Chapter 99 - Sahabat Kampret

Elsa berlari dengan sangat cepat membuat jarak yang kembali melebar antara dirinya dengan Yogi namun Yogi masih bisa terus menyusul mempersempit jarak yang ada. Saat melihat Alisya yang telah siap, Elsa menatap tajam dan mempercepat langkahnya dengan ceroboh sehingga tanpa sadar kakinya tersendung dan hampir terjatuh.

"Kau tidak apa-apa? usaha yang bagus!" Adith dengan sigap menangkap Elsa yang hampir terjatuh kemudian mengambil tongkat dengan lembut.

Melihat reaski Adith yang begitu cepat menangkap Elsa dan bersikap mesrah membuat hati Alisya panas. Yogi tiba tepat setelah Adith melepas pelukannya pada Elsa yang dengan cepat Alisya mengambil tongkat dari tangan Yogi. Alisya dan Adith mulai berlari secara bersamaan setelah mendapatkan tongkat di tangan mereka.

Melihat ekspresi kesal diwajah Alisya Adith tersenyum nakal dan terus memacu kecepatannya melewati Alisya. Adith merasa puas sudah mengacaukan hati Alisya sehingga kecepatan Alisya menjadi tidak teratur yang membuat Adith bisa dengan mudah menang tipis darinya.

"Luar biasa!!! Alisya bisa mengejar Adith dengan jarak sepersekian detik???" teriak seorang guru yang sudah tegang menyaksikan dari tadi.

"Alisya ternyata tidak bisa di anggap remeh!" seorang siswa dari penonton berteriak riuh menyaksikan pertandingan seru itu.

"Ada apa dengan Alisya? kenapa kecepatan larinya sangat kacau dan tak teratur?" Rinto kaget menatap Karin dan Yogi bergantian.

"Apa yang terjadi???" tanya Karin begitu Alisya mendekat kearah mereka.

"Sepertinya Adith sengaja memeluk Elsa untuk mengacaukan perhatianku!" Alisya memegang tongkat estafet dengan sangat erat sampai terdengar suara retakan dari tongkat yang terbuat dari besi berongga tersebut.

"Dia bisa menggunakan trik se licik itu?" tanya Yogi heran tak percaya.

"Masa sih?" Adora tak yakin dengan apa yang dikatakan oleh Alisya.

"Ayo kita ikuti permainannya!" Alisya menyeringai licik. Melihat itu Karin yakin akan melakukan hal yang lebih licik lagi dibanding dengan apa yang di lakukan oleh Adith.

Alisya tampak mengambil kapur yang biasa digunakan agar cengkraman tangan para atlit tidak licin lalu menaruhnya ke kepalanya. Ia kemudian berjalan menuju ke arah Zein.

"Ternyata kamu cukup atletis juga yah... kamu juga cukup perhatian dengan mengambilkan minuman untuk teman-temanmu!" Alisya menghampiri Zein yang sedang menaruh botol minuman kedalam kotak pendingin.

"Aku malah takjub denganmu, aku kaget melihat kamu bisa menyamai kecepatan Adith dengan mudah!" puji Zein tulus kepada Alisya.

"Terimakasih banyak, aku jadi tersanjung!" Alisya menunduk malu melingkarkan rambutnya ketelinganya memperlihatkan leher putih mulus dengan tahi lalat dilehernya yang berbentuk bintang.

"Sebentar!" Zein tampak mengambil handuk putih yang masih bersih.

"Ada apa?" tanya Alisya bingung.

"Rambutmu putih karena kapur, biar aku bantu bersihkan!" pinta Zein langsung menaikkan handuk kecil itu mulai membersihkan kapur dari kepala Alisya.

"Ahh,,, terimakasih! kau membuatku grogi" senyum Alisya lembut memegang tangan Zein yang berada dikepalanya.

"Oh maaf, aku hanya ingin membantu saja!" Zein malu dan kikuk saat Alisya menyentuh tangannya.

Melihat tingkah Alisya dan Zein dari jauh membuat Adith memecahkan botol kaca plastik yang berada ditangannya menatap tajam kearah Zein dan Alisya. Adith teringat mengenai ucapan Zein kepadanya, ia takut kalau sekarang Zein sedang menyatakan perasaanya kepada Alisya.

"Adith, kau baik-baik saja?" Elsa kaget melihat tatapan penuh amarah Adith.

"Aku baik-baik saja!" tegas Adith mengambil handuk mengeringkan peluh di wajahnya yang tak sengaja pipinya menyentuh tangan Elsa yang juga mengambil handuk.

"Kau yakin??? tubuhmu panas sekali!" Elsa cukup terkejut saat tangannya tak sengaja menyentuh pipinya yang sangat panas membara.

"Tidak usah khawatirkan aku, fokus saja untuk memenagkan pertandingan ini" suara Adith bergetar dingin dan nafas yang mulai tak teratur. Adith duduk untuk menenangkan dirinya.

"Ada apa?" Riyana dan Chaca menghampiri Elsa yang memandang Adith dengan penuh khawatir.

"Sepertinya Adith sedang mengalami demam tinggi!" Elsa berbicara pelan agar tidak terdengar oleh orang lain.

Alisya kembali ke tempat Karin dan yang lainnya setelah berpisah dari Zein.

"Woww,,, dari mana kau pelajari Trik seperti itu?" Karin menatap penuh takjub melihat Alisya memperlihatkan sebuah kepribadian yang belum pernah dilihatnya sebelumnya.

"Setiap perempuan harus memiliki kemampuan seperti itu!" terang Alisya datar namun penuh percaya diri.

"Aku tak menyangka kau ternyata bisa memperlihatkan ekspresi malu-malu seperti itu!" puji Adora dengan tatapan berbinar.

"Belum lagi bahasa tubuhnya yang sangat menjijikkan! Aku ngilu melihatmu seperti itu!" Karin bergidik ngery mengingat ekspresi wajah Alisya yang tak biasanya.

"Sahabat Kampret!!! kau seharusnya memperhatikan ekspresi Adith dibanding asik menonton diriku!" Alisya mengambil leher Karin menjepitnya dan mencubit pipi Karin dengan gemas.

"Manya myungkin haku meyewathan kehadian syeperhi yadi... (Mana mungkin aku melewatkan kejadian seperti tadi)" racau Karin karena pipinya yang tertekan oleh Alisya.

"Aku juga hanya fokus menatapmu!" tawa Adora melihat wajah jelek Karin.

"Saat kau berbicara dengan Zein, aku langsung menatap kearah Adith yang begitu murka saat Zein membersihkan kepalamu. Adith tampak marah melihat tingkahmu dengan Zein!" Terang Rinto masih mencuri liat kearah Adith.

"Bagus!! Itu artinya trik ku berhasil dengan baik, takkan ku biarkan kamu memenangkan semuanya. Terlebih karena kamu sudah berani memainkan permainan ini" Ucap Alisya melepaskan Karin dengan lembut setelah cukup puas menyiksa sahabatnya itu.