Chapter 100 - Kau Milikku

Poin yang diperoleh oleh kedua kelas adalah 2:2 karena Mia 1 sudah memenangkan 2 pertandingan pada lomba Lari putra dan Lomba Estafet, sedangkan Mia 2 memenangkan 2 pertandingan Lomba Lari Putri dan Lari Rintang.

"Apa yang terjadi, kenapa ketahananmu sudah menurun?" Zein menghampiri Adith yang tampak terengah-engah karena pertandingan Lari Rintang sebelumnya.

"Pergilah!!!!" bentak Adith tajam kepada Zein.

"Ada apa? kenapa dengannya? keringatnya terlalu banyak dan langkahnya terlihat gontai" tanya Riyan melihat Adith berjalan pergi meninggalkan Zein.

"Ummm,,, sebenarnya Adith..." Elsa datang ingin memberitahu Zein dan Riyan mengenai kondisi Adith namun peluit untuk pertandingan berikutnya telah berbunyi dengan sangat keras.

Semua orang semakin riuh dan heboh karena pertandingan mereka yang sangat sengit. Olah raga gabungan yang berubaha menjadi sebuah pertandingan harga diri itu sangat menarik perhatian semua orang yang terus bersorak mendukung kedua belah pihak. para elite yang sebelumnya meremehkan Alisya dan teman-temannya kini menaruh perhatian besar kepada mereka.

Pertandingan terakhir adalah Basket. Pertandingan ini akan menentukan kelas mana yang akan memenangkan pertandingan dari olah raga gabungan hari itu.

Selama pertandingan, Adith terlihat menguasai seluruh alur pertandingan dengan baik. Dia bahkan terlihat memonopoli bola basket dan mencetak poin yang banyak. Tepat ketika Adith mendribel bola berusaha melewati Rinto, Yogi dan Beni juga Gani dan Doni Adith bertabrakan dengan Rinto karena terlalu memaksakan diri tanpa mengoper bola ke arah Zein sehingga Adith jatuh terjerembab ke lantai.

Semua orang panik dan kaget dengan kejadian itu terlebih karena Adith terdiam tak bergerak sama sekali. Keadaan yang semula terus meneriakkan nama Adith dengan riuh tiba-tiba saja terdiam penuh kesunyian.

"Adith,,, kau baik-baik saja?" Rinto langsung mendekati tubuh Adith yang terbaring di lantai.

"Adith,, dith Adith??? tubuhnya panas sekali, sepertinya dia demam!" teriak Zein melihat Adirh bernafas dengan berat.

"Apa demam?? sejak kapan?" tanya Riyan kaget.

"Sepertinya dia sudah demam sejak lari Estafer sebelumnya!" seru Elsa panik.

"Apa? jadi kamu tahu? kenapa kau tak menghalanginya?" Zein marah geram kepada Elsa.

"Aku,, a aku sudah mencoba semaksimal mungkin tapi dia terus saja mengacuhkanku!" Elsa berbicara tergagap karena takut.

"Sudahlah! bantu aku membawanya ke UKS." Ajak Rinto mengingatkan mereka agar tidak berdebat.

Pertandingan itu berakhir tanpa adanya pemenang. Alisya yang melihat mereka tengah membopong Adith menuju ke UKS seketika membuatnya sangat khawatir dan berlari menuju kearah mereka secepat kilat.

"Kondisinya baik-baik saja, berikan dia ruang untuk beristirahat. Aku sudah memeriksa kondisinya dengan baik" Seru Karin memakai peralatan yang ada pada UKS tersebut.

"Bagaimana dengan demamnya?" tanya Zein dengan wajah khawatir.

"Ibu Naima sedang mengambilkan obat yang sebelumnya harus ia konsultasikan dulu dengan dokter yang selama ini menangani Adith! jadi kalian tidak perlu khawatir." Ucap Karin memandang ke wajah Alisya yang menatap kosong.

Alisya masuk kemudian duduk disamping Adith yang masih bernafas dengan berat karena demam tingginya. Karin dan yang lainnya meninggalkan mereka didalam ruangan UKS agar Adith bisa beristirahat dengan nyaman.

"Dasar bodoh!!! kau menantangku untuk mengikuti semua permainanmu sedang kondisimu dalam keadaan seperti ini" Alisya memukul pelan dada Adith. Adith tanpa sadar menggenggam tangan Alisya dengan erat dan mengigau menyebut nama Ali.

Alisya menatap Adith dengan pandangan bingung tak tau siapa yang sedang disebut oleh Adith. Alisya mengambil handuk hangat dan mengelap peluh Adith yang masih terus membanjiri.

"Tuan Ali, tu.. tuan Ali!" racau Adith.

Alisya membelalakkan matanya kaget karena Adith memanggil namanya sewaktu ia kecil dengan nada yang sama seperti ibu Adith pernah memanggilnya lalu. Alisya kemudian bangkit dari tempat duduknya ingin memcari tahu tentang sesuatu namun tertahan oleh tangan Adith.

"Mau kemana kamu? jangan berani tinggalkan aku lagi" ucap Adith berusaha bangun dari tempatnya.

"Apa maksudmu? aku hanya..." Alisya langsung tertarik masuk kedalam pelukan Adith yang basah dan hangat karena demamnya.

"Kamu milikku Alisya, aku takkan biarkan orang lain mengambilmu dariku!" suara Adith terdengar serak dan berat.

"Kamu kenapa sih Dith,,, aku..." Adith semakin mengeratkan pelukannya saat Alisya berusaha melepaskan dirinya.

"Aku mencintaimu Alisya, dan perasaanku ini sudah ada sejak kita pertama kali bertemu!" Suara Adith lirih "Lebih tepatnya 10 tahun Lalu!" batin Adith tak berani mengucapkannya. "Aku tak suka melihat kau bermesraam dengan orang lain!" lanjutnya lagi dengan nafas yang mulai teratur.

Alisya terdiam tak tahu apa yang harus ia katakan, namun kemudian melemaskan tubuhnya dan memeluk Adith dengan erat. Alisya kembali terbayang betapa takutnya ia saat Adith terbaring tak bergerak dilantai.

"Aduh mataku!!! aku sudah khawatir setengah mati mereka hanya bermesraan disini! Yogi datang bersama Karin dan Rinto serta Zein dan Riyan. Membuat Adith melepaskan pelukannya kepada Alisya yang sudah memerah malu.

"Demamnya bahkan sudah turun hanya dengan satu pelukan dari Alisya! Sia-sia aku mengkhawatirkanmu!" Karin membanting obat Adith dengan keras melihat kondisi Adith sudah jauh lebih stabil dibanding sebelumnya.

"Kalian sungguh luar biasa! Menggunakan kami sebagai batu jembatan!" Ucap Zein sambil menangkup kedua tangannya.