Chapter 101 - Gila!!!

"Pagi Alisya..." Adora menyapa dengan suara lemah.

"Yo! Pagi Sya..." Yogi menyapa dengan gaya fungky ditengah desahan Emi dan Feby yang masuk melewati Yogi.

"Kenapa mereka?" Alisya bukannya menjawab sapaan malah bertanya kepada Karin yang hampir bersamaan masuk kelas dengan mereka.

"Selalu saja kau tidak pernah memiliki rasa khawatir, makanya kau tak tau apa yang sedang mereka rasakan!" ucap Karin sembari membanting dirinya keatas kursinya dengan desahan nafas yang cukup berat.

"Karin,,, aku serius! kalau aku tau aku nggak akan tanya!" Alisya menekan kalimatnya meminta jawaban dari Sahabatnya yang paling rese' itu.

"Ya ampun Sya,,, minggu depan tuh kita Ujian penaikan kelas! Itu artinya pertempuran sampai keringat darah dan mimisan harus dilakukan demi mendapatkan nilai yang bagus untuk bisa naik kelas, tau sendiri sekolah ini adalah sekolah no 1 di Indonesia yang sangat mengutamakan kecerdasan serta keterampilan yang harus dimiliki oleh tiap siswa!" Jelas Karin panjang lebar memegang pundak Alisya seolah sedang mengajari anak SD.

"Dan sekolah kita hanya melihat orang yang memiliki kualifikasi nilai yang baik. Bagi mereka yang tidak mencapainya akan di depak dari sekolah ini" Tambah Yogi menggeser tempat duduknya menghadap Alisya.

"Untuk itulah mereka sangat khawatir kalau mereka takkan bisa lolo seperti terakhir kali" lanjut Rinto memandang teman-teman sekelasnya yang menunjukkan ekspresi terbebani.

"Oh,,,," seru Alisya cuek.

"Eh buset, segitu saja reaksi kamu? kejam amat! kamu yang cerdas mana paham sih?" keluh Karin kesal. Meski Karin tau bahwa ia bisa lolos dengan nilai yang baik, ia tetap saja takut kalau tidak bisa melakukannya dengan baik.

"Loh,,, bukannya kemarin kita sudah sepakat untuk kerja kelompok dan belajar bersama? kenapa masih khawatir?" Alisya memperbesar volume suaranya untuk menarik perhatian teman-temannya.

"Whatt!! kamu serius Sya???" Beni menerobos masuk dengan tatapan semangat.

"Beneran kamu mau bantu kita lagi?" teriak Adora menoleh dengan cepat hampir memelintir lehernya sendiri.

"Kamu nggak becanda kan Sya?" Feby dan Emi berdiri hampir bertabrakan.

"Kami juga bisa ikutan kan???" Gani dan Gina memimpin teman-temannya yang lain memohon ikut.

"Sebentar sebentar, jika hanya terdiri dari 5 orang aku mungkin bisa bantu. tapi kalau udah sampai sekelas yang ada malah tidak maksimal nantinya!" Alisya gugup melihat semua teman-temanya memohon ikut.

"Benar apa yang dikatakan Alisya, dia akan kesulitan jika harus membimbing kita semua untuk itu kita butuh tambahan orang!" Rinto tau betul akan kemampuan Alisya dalam membimbing seperti terakhir kali ia lakukan.

Alisya membimbing sekaligus belajar sehingga tidak akan mengganggu performa belajarnya namun tetap saja akan sulit baginya jika harus mengatasi puluhan orang dan itu akan membuat hasil yang tidak maksimal untuk tiap orangnya.

"Aku tau siapa orang tambahan kita!" lirik Karin nakal dengan senyuman licik.

"Aku punya pemikiran yang sama, tapi apakah dia mau?" Yogi mengelus-elus dagunya berpikir keras.

"Tentu saja! Alisya bisa melakukan Trik yang ia gunakan saat merayu Zein lalu!" Karin menyeggol bahu Alisya menggodanya.

"Gila!!! nggak... kalian pikir siapa aku!" geram Alisya membelakangi Karin.

"Ya elah Sya, dicoba aja dulu. kemarinkan sudah ada acara peluk pelukan tuh..." Karin sengaja berkata dengan suara yang lantang.

Alisya yang kaget dengan kalimat Karin dengan cepat membekap mulut Karin lalu mengunci lehernya kuat.

"Sepertinya selama ini aku terlalu lembut kepadamu yah Kar? Apa aku harus kasi kamu sebuah bimbingan yang bisa membuatmu ingat bagimana aku selalu menyiksamu?" Alisya menggertakkan giginya karena mulut ember sahabatnya ini yang tak tanggung-tanggung.

Karin menutup kedua tangannya sambil tertunduk-tunduk mohon ampun agar bisa dilepaskan oleh Alisya, namun Alisya malah membuat wajah Karin semakin memerah bukan karena kehabisan nafas, tapi karena kuncian Alisya membuat lehernya sangat gatal dan ingin terbatuk-batuk.

"Kau ingin membunuhku???" Karin berusaha melonggarkan kuncian Alisya yang memiliki tekhnik cukup berbeda dengan kuncian leher yang biasanya digunakan untuk membuat lawan tak bisa bernafas dengan baik.

"Aku takkan puas jika melakukan itu!" ucap Alisya melepaskan kunciannya setelah yakin kalau Karin akan mengalami gatal leher selama beberapa jam kedepan.

"hahahahha,,, aku tak menyangka kalau Alisya bisa semenakutkan ini!" tawa Adora bergidik nyeri memasang jarak takut melakukan kesalahan.

"Tapi bagaimanapun juga, apa yang dimaksudkan Karin ada benarnya Alisya. Meski aku tidak membenarkan cara yang dia inginkan! Terang Rinto setelah memberikan sebotol minuman kepada Karin yang masih berdehem untuk menghilangkan rasa gatal di lehernya.

"Aku tau, aku hanya suka menyiksanya!" jawab Alisya cuek.

"Bagaimana bisa kau menyebut dirimu sahabatku???" Karin berkata dengan suara serak.

"Dalam persahabatan, kau akan sering mengalami hal seperti ini dimana hanya sahabatlah yang akan tertawa keras saat kau jatuh dan hanya dia juga yang mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkanmu!" tegas Alisya tersenyum licik kearah Karin.

"Oh tuhan... dari sekian banyak sahabat yang harus kau berikan, kenapa si Iblis berdarah dingin ini yang masuk dalam kehidupanku?" Karin beracting memelas memohon doa.

"Karena aku menyiksamu sebesar rasa cintaku padamu!!!" Alisya mengerling manja ke arah Karin sembari melempar ciuman. Tingkah keduanya membuat suasana jadi lebih hangat untuk sejenak lupa akan kekhawatiran mereka.