Chapter 117 - Pamali..

"Kamu yakin mau balik sendirian ke Indonesia?" nenek Alisya duduk ditepi ranjang memperhatikan cucunya yang sedang berbenah.

"Iya nek,, kakek sama nenek kan sudah lama tidak bersama semenjak nenek selalu bersamaku! untuk itu nikmatilah waktu seminggu ini bersama kakek di Jepang!" Alisya memandang ke arah Kakeknya yang menatapnya khawatir.

"Tapi Alisya bukankah kamu sudah terbiasa dengan nenekmu selama ini? bagaimana kamu bisa mengurus dirimu?" Kakeknya masuk dan berdiri disamping istrinya dengan canggung.

"Datanglah bersama permaisurimu saat bulan madu kalian selesai, aku akan menunggu kalian datang! Gunakan hadiah libur yang aku berikan untuk kalian berbulan madu oke???" Alisya berkedip kepada kakeknya membuat neneknya malu dengan tingkah cucunya itu. Kakeknya terpaku dengan ucapan Alisya yang merupakan tandq bahwa dia akhirnya bisa tinggal bersama dengan cucunya di Indonesia.

"Apakah kau harus menangis tiap kali cucumu mengeluarkan kata-kata??? nenek Alisya memukul pundak suaminya yang sudah berlinang air mata. Hal yang selama ini dinantinya akhirnya bisa terwujud.

"Oke aku berangkat sekarang!!!" Alisya melangkah pasti saat melihat kakeknya sudah mulai menitikkan air mata lagi. Kakeknya yang diketahui oleh banyak orang begitu berwibawa dan terkesan kejam serta sangat ditakuti dapat dengan mudah menangis hanya dengan satu kata yang dikeluarkan oleh Alisya membuatnya risih dan segera bergegas keluar untuk tetap mempertahankan harga diri kakeknya dihadapannya sendiri.

"A channn,,, Jangan pergi, aku tak ingin A chan pergi, aku masih ingin bermain denganmu!!! kita belum menghabiskan banyak waktu dan kamu sudah mau pergi? bahkan kau tak ingin pamit kepada ku!!!" Akiko datang menghambur dipelukan Alisya dengan mata yang penuh linangan Air mata. karena suaranya yang serak Alisya hampir tak bisa menerjemahkan apa yang dikatakan oleh Akiko dalam bahasa jepangnya.

"Akiko, aku tuh hanya kembali ke Indonesia, bukan kerahmatullah... jadi kamu tak perlu se histeris itu!" Alisya menjepit pipi Akiko dengan kedua tangannya membuat Akiko menangis dengan pipi dan bibir yang maju kedepan.

"Plakkkk!!! kalau ngomong jangan suka sembarangan, pamali tau..." nenek Alisya menabok Alisya dengan sangat keras membuat Akiko terlepas dari jepita Alisya.

"Pamali?? iya pamali A chan!!!" Akiko mengulang ucapan nenek Alisya yang tidak dipahaminya namun karena Alisya melepaskannya ia pikir itu adalah sebuah kata keramat yang mampu membuat Alisya takut.

"Tau apa kamu soal pamali???" ucap Alisya dalam bahasa indonesia kembali menjepit kepala Akiko dilengan kananya.

"Oba.. chan..." Akiko meminta tolong kepada nenek Alisya dalam cekikan Alisya.

"Berhentilah bermain-main, kamu akan ketinggalan pesawat nanti. Dan lepaskan Akiko, kenapa kau selalu saja menyiksanya sih..." nenek Alisya selalu bingung dengan cara Alisya menunjukkan kasih sayangnya. Mungkin pengaruh ayah dan kakeknya sudah tertanam dalam dirinya dan mendarah daging sehingga tanpa disadari ia selalu melakukan hal seperti itu kepada siapapun yang disayanginya.

"Iya nek, aku pergi sekarang yah!" Alisya menyalami neneknya dan dengan malas kembali masuk untuk menyalami kakeknya. Dan sekali lagi sikap Alisya yang seperti itu mau tidak mau membuat kakeknya kembali menangis.

"Berhentilah menangis!!! apa kau tidak malu???" nenek Alisya mulai kesal dengan tingkah suaminya meski sebenarnya ia bisa memaklumi hal tersebut.

"Sudah lah nek,, biarkan saja! aku berangkat yah.. jangan lupa 1 minggu" Alisya mencium neneknya sekali lagi sebelum melangkah keluar.

"Sya, kamu lupa alatmu!" nenek Alisya tak sengaja mengaktifkan alat peredam miliknya.

"ahhhh,,, kenapa nenek mengaktifkannya?" Alisya menyambarnya dengan cepat.

"Loh kenapa? sampai kapan kamu akan bersembunyi dari Adith? bukankah dia sudah mengetahui banyak hal mengenai dirimu?" nenek Alisya mendekati Alisya dan bertanya dengan lembut.

"Aku tidak mengindarinya ataupun bersembunyi darinya nek, hanya saja aku tak ingin Adith terlibat terlalu jauh dalam kehidupanku. Dia terlalu baik untukku, aku takut kalau suatu saat nanti aku akan membahayakan dirinya!" Suara Alisya pelan dan serak tiap kali membayangkan Adith. Tidak bisa dipungkiri selama ia berada di Jepang Adith selalu menghadirkan kekosongan yang sangat mendalam dihatinya karena ketidak beradaanya.

Akiko hanya terbengong melihat Alisya dan neneknya sedang berbicara satu sama lain. Meski tak paham, Akiko seolah mampu memahami perasaan dari keduanya setelah melihat ekspresi mereka.

"Akiko akan mengantarmu sampai kebandara menggunakan mobil sport jadi kamu tidak akan mengalami phobia mobil!" nenek Alisya sengaja mengalihkan pembicaraan secepat kilat. "Mohon bantuannya Akiko!" ucap neneknya dalam bahasa jepang.

"Siap nek, jangan khawatir!" seru Akiko dalam bahasa Indonesia yang masih kental dengan logat Jepangnya.

"Ohhh,,, bahasa Indonesiamu semakin baik!!!" puji Alisya dalam bahasa jepang yang membuat Akiko mengangkat dagu, bangga.

Tepat seperti apa yang sudah dikatakan neneknya, Alisya berangkat di antar oleh Akiko menggunakan mobil sporty yang terbuka sehingga phobianya terhadap mobil sedikit tertasi karena bagian atasnya terbuka lebar. Alisya menikmati semilir angin dan sinar matahari serta harum bunga sakura disepanjang perjalanan menuju bandara.

"Aniki!!!! Semoga perjalanan anda menyenangkan dan sampai jumpa lagi!!!" suara anggota paman Yoshio langsung menggema di seluruh bandara tepat saat Alisya baru saja melangkah masuk.

"Siapa dia?? apa dia adalah pemimpin geng yakuza?" bisik yang lain melihat semua anggota organisasi menunduk kepada Alisya.

"Mana mungkin, dia masih terlihat sangat muda untuk menjadi pemimpin Yakuza!" bisik yang laiinya di ikuti dengan sejumlah pasang mata seluruh penumpang lain yang saling berbisik satu sama lain memandang Alisya dengan tatapan takut.

"Ahhhhhhh,, apakah kalian harus muncul dengan cara yang mencolok seperti ini?" Alisya memegang kepalanya sakit setelah melihat seluruh orang memperhatikannya dengan sangat tajam.

"Maaf nona, tapi biarkan kami memberi hormat kepadamu sebelum kamu benar-benar pergi meninggalkan kami lagi!" paman Yoshio menunduk sekali lagi untuk memberi pernghormatan kepada Alisya sebagai pemimpin Asli yang telah memberikannya jabatan sepenuhnya.