Chapter 118 - Jet Pribadi

"Kamu baik-baik saja Alisya?" Akiko terlihat khawatir dengan Alisya yang sudah terduduk sambil memegang kepalanya.

"Akiko, tadi organisasi sudah membuatku sakit kepala, lalu kenapa sekarang pesawatku harus mengalami penundaan keberangkatan? apa aku berangkat di hari yang sial?" Alisya mendesah karena lelah menunggu selama 2 jam lebih di ruang tunggu.

"Jangan berbicara seperti itu, aku sudah menanyakan kepada pihak penerbangan dan mereka bilang semua penerbangan yang menuju ke Indonesia mengalami penundaan karena cuaca buruk!" Akiko mencoba menenangkan Alisya yang mulai kehilangan kesabaran.

"Huhhhh,, aku juga heran bagaimana mungkin aku tak melihat satu orangpun dari Indonesia! Aku tidak yakin jika bandara sebesar ini tidak memiliki seorangpun dari Indonesia yang memiliki tujuan yang sama denganku!" Alisya sudah memperhatikan keadaan bandara semenjak pertama kali ia duduk setelah membeli tiket penerbangan ke Indonesia.

"Mu mungkin mereka mengetahui cuaca buruk di Indonesia makanya mereka tidak melakukan penerbangan hari ini" Akiko terlihat sedikit gelagapan tapi Alisya tak menaruh curiga apapun padanya. Alisya memang akan ketinggalan banyak informasi karena dirinya yang tidak menggunakan handphone.

"Ah,,, sudahlah.. tak ada gunanya aku mengeluh!" Alisya memilih merebahkan diri pada kursi panjang menutup kepalanya dengan buku majalah yang di ambilnya saat melewati tumpukan majalah gratis yang biasa disediakan pihak bandara lalu melipat kedua tangannya.

"Aku akan membelikanmu air bagaimana?" tanya Akiko cepat sebelum Alisya jatuh tertidur.

"Oke, Tolong yah... aku butuh yang dingin untuk mendinginkan kepalaku! Kebisingan bandara sudah membuatku semakin tak karuan." ucap Alisya sedikit membuka majalah yang menutupi wajahnya.

"Oke, tunggu disini yah..." Akiko langsung menghilang secepat kilat setelah memberikan senyum sumringah kepada Alisya.

Akiko yang tujuan awalnya ingin membeli minuman dingin langusng mengambil handphonenya lalu menelpon seseorang dengan ekspresi wajah yang sangat panik.

"Halo, kakek pertama! sepertinya Alisya sudah mulai kehilangan kesabaran, aku sudah mencegahnya berulang-ulang kali untuk membuatnya tidak berbicara dengan seorangpun dari pihal bandara. Tapi aku tidak yakin sampai kapan aku bisa menahannya kek!" Suara Akiko bergetar saat menelpon Kakek pertama yang sangat ditakutinya itu namun ia tak punya pilihan lain lagi.

"Akiko tenanglah, mereka sudah berada disana sekarang! Aku sudah menghubungkanmu dengan mereka. Biar mereka yang ambil alih setelah ini! Oh iya, Terimakasih banyak. Maaf sudah merepotkan dirimu!" ucap kakek Alisya sebelum mengakhiri pembicaraan mereka.

"Tidak, tidak , tidak kek! aku merasa sangat senang bisa membantu!" Akiko menunduk dengan sopan meski tak berada dihadapan kakek pertamanya.

"Baiklah, kalau begitu bersenang senanglah kalian!" tutup kakeknya yang membuat Akiko mengeryitkan kening tak paham apa maksud dari kalimatnya yang terakhir. Akiko hanya mendapat permintaan dari kakek pertama untuk menghentikan Alisya mendapatkan penerbangan sejak 2 jam yang lalu dan tak mengetahui akan apa sebenarnya yang sedang ia rencanakan.

Handphonenya tiba-tiba saja berbunyi saat ia masih terus memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini dalam menghadapi Alisya. Alisya yang sudah mulai kehilangan kesabaran membuat Akiko jadi panik dan bingung. Ia tak ingin Alisya menganggapnya sebagai pembohong.

"Halo, ini Akiko kan?" suara seseorang yang berbahasa jepang dengan sangat fasih dan lembut membuat Akiko merasa tenang saat mendengar suaranya.

"Iya benar, kamu siapa?" tanya Akiko dengan gugup mendengar suara pria itu dari balik handphonenya.

"Aku Zein, kakek Alisya pasti sudah memberitahumu bahwa akan ada yang menghubungimu nanti" Zein kembali bersuara lembut namun tetap dengan ciri khasnya yang dingin.

"Iya benar!" Akiko langsung mengagguk cepat mengingat kakek pertama mengatakan hal itu sebelum mengakhiri percakapan mereka.

"Kamu jangan khawatir, sekarang kamu bisa arahkan Alisya untuk masuk menuju ke platform yang ke 5 setelah itu.." Zein menjelaskan panjang lebar mengenai apa yang harus dilakukan oleh Akiko. Setelah selesai melakukan pembicaraan, Akiko dengan cepat kembali ke tempat Alisya setelah sebelumnya membelikan Alisya minuman dingin dengan logo halal.

"Kenapa kau lama sekali? aku hampir saja menyusulmu karena khawatir!" Akiko kaget saat melihat Alisya sudah berdiri dari tempat ia terbaring sebelumnya dan memegang tasnya untuk melangkah pergi.

"Maaf, aku harus ke toilet sebentar tadi sebelum mencarikanmu minuman dingin yang halal" Akiko memberi alasan dengan keringat dingin.

Melihat tingkah Akiko Alisya mengira kalau Akiko sudaj berjuang keras karena mencari minuman halal di tempat yang mayoritas bukanlah muslim. Akiko bahkan terlihat sangat kelelahan karenanya.

"Maafkan aku, aku hanya mengkhawatirkanmu!" Alisya mengelus kepala Akiko dengan lembut untuk membuatnya tenang dan mengambil minuman yang dipenganya.

"Alisya, kakek sudah menyediakan jet pribadi untukmu agar bisa kembali ke Indonesia jadi kamu bisa kesana sekarang!" Akiko menatap Alisya penuh was-was saat ia sedang terduduk untuk meneguk minumannya.

"Benarkah? dari mana kake..." Alisya teringat bahwa kakeknya mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk mengetahui hal sekecil ini terlebih jika itu berurusan dengan dirinya. Tanpa berbicara lagi Alisya mengikuti Akiko yang menuntunnya ke tempat jet pribadi yang disediakan untuknya.

Saat Alisya masuk, ia tak bisa menghentikan rasa takjubnya saat melihat pesawat jet pribadi yang disediakan untuknya itu. Sangat mewah dan elegan sehingga Alisya merasa kalau pesawat itu terlalu luar biasa untuk dinaikinya sendiri.

"Apa kakek tidak berlebihan? pesawat jet pribadi ini bahkan bisa menampung orang sekitar 20 penumpang!" pesawat itu sangat besar dan cukup luas. Semua yang ada di dalam pesawat ini benar-benar mewah. Bahkan di dalam pesawat itu, ada sebuah tangga spiral yang bentuknya mirip tangga di dalam rumah. Pesawat ini memiliki lounge yang nyaman layaknya sebuah lounge di hotel bintang lima. Kamarnya pun sangat mewah.

"Woaaah... kakek benar-benar tak main-main jika sudah berhubungan denganmu! Akiko sejenak lupa akan kekhawatirannya dan fokus mengagumi apa yang sedang dilihatnya itu. Meski Akiko memiliki banyak hal mewah, baru kali itu ia melihat sebuah kemewahan yang sebenarnya.