Chapter 140 - Ledakkan

"Booommmm... Braaaakkkkhhhhh" suara ledakkan keras menggemuruh diseluruh sekolah memberikan sedikit guncangan kuat karena getaran serta tekanan udara yang sangat hebat.

"Apa itu??? apa yang sedang terjadi??" Teriak Riyan kaget sambil menundukkan kepalanya untuk melindungi diri. Reaksi yang sama yang dilakukan oleh Zein dan Adith.

"Arahnya dari luar!" Zein dengan cepat berlari keluar gedung laboratorium untuk melihat apa yang sedang terjadi.

"Itu suara ledakkan, bukan kah arahnya dari laboratorium kelas biasa??" mata Adith terbelalak sempurna saat melihat laboratorium terbakar dan kacau karena ledakkan.

Tanpa pikir panjang ketiganya langsung berlari sekuat tenaga bercampur dengan perasaan takut serta khawatir kepada seluruh orang yang berada didalam laboratorium tersebut terlebih karena mereka tau bahwa tempat itu sedang digunakan oleh kelas Mia 2 untuk praktikum kimia.

"Apa yang terjadi kenapa laboratorium itu bisa meledak??" Teriak beberapa siswa yang sedang belajar.

"Bagaimana dengan para siswa dari kelas mia 2?" Tambah yang lainnya tak kalah paniknya.

"Aku belum melihat siapapun dari mereka yang keluar dari sana!" lanjut yang lain mengkhawatirkan seluruh siswa dari kelas Mia 2.

"Hei lihat,, bukankah itu Rinto? dia sedang memecahkan kacanya!" teriak seorang siswa yang menengadah keatas melihat Rinto yang harus memecahkan kaca dengan melempar kursi namun belum berhasil menghancurkan kaca.

"Minggir dari sana, dia akan mengulanginya lagi. Jangan berada di bawah jendela!" teriak yang lain.

"Menjauh dari sana jika kalian tidak ingin terluka!!!" teriak seorang guru mengamankan para siswa yang mulai berkerumun menyaksikan laboratorium yang meledak dan tengah terbakar tersebut.

"Pihak sekolah sudah menelpon pemadam kebakaran untuk itu sebaiknya kalian bisa memberikan jalan untuk tidak menghalangi mereka dengan berkerumun di depan gerbang seperti itu!" Seorang guru segera membawa pengeras suara untuk bisa mengarahkan seluruh siswa yang berkerumun tak karuan.

Adith dan Zein serta Riyan tiba dan langsung memperhatikan Rinto yang berhasil memecahkan kaca jendela laboratorium setelah percobaan yang ketiga kalinya begitupula dengan Yogi yang mencoba membantu Rinto untuk memecahkan jendela.

Tepat setelah pecah beberapa dari mereka bergantian untuk bisa menghirup udara segar. Adith yang melihat itu dengan cepat berpikir tenang dan melihat keadaan itu agar bisa memberikan bantuan sebelum pemadam tiba.

"Zein, arahkan para siswa untuk mengambil matras dan menyusunnnya di dekat jendela. Riyan kau bisa mengarahkan beberapa siswa untuk secepatnya mengumpulkan pasir di karung yang akan kita gunakan untuk memadamkan Api sebelum Api itu menyebrang masuk kedalam ruang Lab yang lainnya!" Tegas Adith yang kemudian dengan cepat mereka bertiga bepencar untuk melakukan segalanya yang bisa digunakan untuk membantu.

"Karin,, mereka sudah menyusun matras yang bisa kita gunakan untuk keluar dari sini. Apa yang harus kita lakukan???" Teriak Rinto dengan sangat keras. Bunyi ledakkan itu membuat pendengaran mereka sedikit terganggu sehingga tanpa mereka sadari cara mereka berbicara jadi setengah berteriak.

"Pertama, mereka yang tidak terluka bisa melompat kearah jendela. Kedua Berikan Jas Lab kalian dan susun menjadi beberapa bagian basahi dengan air untuk bisa melindungi yang terluka dari Api dan yang Ketiga tetaplah berpikir tenang karena kita akan baik-baik saja!" Terang Karin dengan penuh keyakinan menenangkan teman-temannya yang menangis dan meringis ketakutan serta kesakitan karena terluka.

"Untuk semua pria, lepaskan Jas kalian dan basahi berikutnya utamakan dulu para wanita. Bantu mereka untuk melompat agar tak ada yang terluka!" Tegas Yogi mengarahkan teman-temannya yang lain.

"Gani kamu bisa membopong Beni dan keluar dari sini kan? horden basah ini cukup tebal dan basah sehingga bisa melindungimu dari api, tapi tentu saja ini akan memberikan sedikit beban berat kepadamu!" Rinto sudah siap dengan horden basahnya untuk mengarahkan Gani yang membopong Beni kearah Pintu yang sedang tersulut oleh Api.

"Tentu saja!!! Aku pasti bisa melakukannya!" Dalam keadaan seperti itu, Adrenalin Gani terpaci dengan sangat hebat. Reaksi cepat teman-temanya yang lebih mementingkan orang lain dibanding diri sendiri membuat Gani juga ingin melakukan satu hal untuk melindungi mereka. Terlebih ketika nelihat Beni yang terluka karena mencoba melindungi Adora dan Aurelia.

"Bagus,, kalau begitu keluarlah sekarang!!!" Rinto berusaha membantu Gani dan Beni keluar dengan mengarahkan mereka yang tertutup oleh selimut sepenuhnya.

Laboratorium mereka yang berada dilantai dua membuat semua orang terlalu takut untuk naik menyelamatkan namun begitu melihat ada yang keluar para siswa yang sedang melaksanakan praktikum disekitat lab langsung membuka tutup selimut yang menutupi tubuh Gani dan Beni kemudian membawa mereka keluar dari gedung itu.

Gani melihat kesibukan mereka memadamkan Api disekitar area Lab dengan Pasir dan Air untuk mencegah agar Api tak menyebar. Springkel Air diluar ruangan Lab bahkan dibeberapa Lab telah menyembur dengan sempurna namun pada Lab kimia springkel air tidak menyembur sama sekali.

"Kamu bisa melompat kan?? tanya Karin kepada Aurelia dan Adora yang masih ketakutan.

"Kenapa kita tidak keluar menggunakan pintu saja? bukankah akan lebih aman jika keluar dari sana?" tanya Feby melihat Gani dan Beni dapat keluar dengan mudah.

"Tentu saja kalian bisa keluar disana dengan mudah tapi lihatlah persedian kain basah hanya tersisa tiga saja 1 sudah digunakan oleh Gani dan Beni sedang yang lainnya kita gunakan untuk mereka yang mengalami luka-luka!" Terang Rinto mencoba untuk menjelaskan dengan baik. Rasa panik kadang menghadirkan rasa ego yang tinggi dan hal ini tidak membuat Rinto marah dan emosi karena memahaminya.

"Sekarang yang harus kita lakukan adalah menyelamatkan kalian secepat mungkin sebelum Api semakin membesar. Karena kita tidak bisa mengeluarkan kalian semua maka kami terpaksa harus membuat kalian melompat dari sini." Karin juga berusaha membantu membuat mereka mengerti dengan terus menjelaskan dengan suara tenang.

"Kita juga tidak mungkin membuat mereka untuk melompat dari sini, lagi pula lihatlah mereka! Zein dan Riyan akan memastikan kalian mendaray dengan sempurna dibawah sana!" Tambah Yogi lagi untuk menenangkan mereka.

"Cepatlah keluarkan mereka dari sini!!!" Teriak Alisya begitu melihat Api dan percikan listrik segera mendekati beberapa alat lab yang akan dengan mudah menyulut ledakkan.

"Cepatlah kita tidak punya waktu lagi, jika tidak ini akan berbahaya bagi kita semua!" Karin setengah berteriak meminta kepada mereka dengan wajah yang sangat serius.