Chapter 142 - Tekni Penghentian Aliran Darah

"Apa kalian baik-baik saja?" Zein dan Rinto mengampiri Alisya serta Adith yang melompat disekitar pagar tanaman sekolah.

"Aku baik-baik saja!" pandang Adith kepada Alisya menanti jawaban yang ditanggapi dengan anggukan pelan.

Fikiran Alisya masih melayang kepada bagaimana Zat yang sangat berbahaya tersebut bisa berada diruang alat, jika memang seseorang yang mengirimkan itu barang bermaksud untuk membunuh mereka atau mencelakai mereka secara sengaja, maka Zat tersebut harusmya akan berada diruang bahan namun karena Zat itu berada diruang alat maka berarti itu merupakan suatu peringatan. Alisya terus memikirkan segala kemungkinan yang timbul karena mustahil untuk Zat berbahaya seperti itu dikirimkan kepada Laboratorium sekolah.

"Alisya,,, Alisya,, Alisyaaahh..." Karin mengguncang hebat tubuh Alisya yang terlalu terfokus akan apa yang sedang dipikirkannya sehingga tidak mendengarkan panggilan Karin.

"Kau yakin ?? benar baik-baik saja??" tanya Adith memastikan keadaan Alisya karena wajah Alisya yang terlihat semakin pucat dan mengkhawatirkan.

"Iya aku baik-baik sa... jah!" Alisya yang hampir terjatuh langsung di tangkap oleh Adith. Dengan penuh rasa khawatir Adith membalikkan tubuh Alisya secara perlahan lalu membuatnya terduduk untuk membuatnya nyaman.

"Apa yang terjadi?? bukannya dia baik-baik saja?" Zein menatap penuh curiga melihat kondisi Alisya yang terlihat kurang baik.

"Tunggu sebentar!!!" Karin membuka Jas putih yang melapisi tubuh Alisya dan betapa kagetnya ia melihat kalau di bagian dada Alisya tertancap sebuah batang besi pendek.

"Alisya kau...." Adith tak menyangka Alisya bisa menyembunyikan luka didadanya dengan sangat baik. Adith menggepalkan tangannya dengan sangat kuat sampai kukunya mampu menggores tipis tangannya.

"Tapi jika tertancap seperti itu, bukankah harusnya sekarang baju Jas maupun dadanya sudah banjir akan darah? di dadanya bahkan tak mengalir darah sedikitpun!" Tanya Rinto penasaran tak melihat seberkaspun darah mengalir didada Alisya.

"Dia menghentikan Aliran darah disekitar luka agar darahnya tidak mengalir namun akan sangat berakibat fatal pada dirinya!" Tegas Karin dengan suara bergetar.

"Apa maksudmu? bukankah harusnya dia akan baik-baik saja karena dengan begitu dia tidak akan kehilangan banyak darah!" Adith semakin takut dengan suara Karin yang bergetar. Itu Artinya Alisya memang dalam bahaya.

"Saat kau menghentikan Aliran darahmu, maka Jantung akan mengalami sedikit paksaan saat memompa darah karena penghentian tersebut. Selain itu kau tidak bisa bergerak terlalu banyak dan melompat dari kaca adalah pilihan yang bisa mengakhiri hidupmu!" Wajah Karin semakin menunduk saat Nafas Alisya perlahan semakin menghilang.

"Tidak,, tidak akan aku biarkan! kalau begitu kenapa kau tidak mencoba mengembalikan penghentian darah disekitar luka agar bisa kembali mengalir? bukankah kau juga seorang dokter yang sudah memiliki lisensi? apa yang kau lakukan dengan hanya menatap Alisya seperti itu?" Adith terlihat sangat panik sampai menaikkan suaranya memarahi Karin yang hanya terdiam ditempatnya.

"Apa yang terjadi?? ada apa dengan Alisya???" Yogi datang melihat Alisya yang sudah setengah terbaring dipangkuan Adith.

"Kalau begitu kita bawa saja dia ke UKS, aku akan memanggil ambulance kemari" Rinto segera pergi namun terhenti saat mendengar suara Karin yang lemah.

"Aku tidak bisa Adith!!! Alisya tidak bisa menahan guncangan sekecil apapun sekarang! Sedikit gerakan saja akan membuat nyawanya melayang!" suara Karin lirih menggigit bibirnya dengan sangat kuat.

"Apa maksudmu tidak Kar? kau ingin melihat Alisya mati dihadapanmu?" bentak Zein semakin khawatir.

"Kenapa kau sudah pasrah? kau harusnya berusaha untuk mengobatinya sekarang!!!" Adith semakin frustasi dengan sikap menyerah Karin.

"Kau pikir aku tidak ingin menyelamatkannya??? Aku sangat ingin menyelamatkannya!!! tapi ini bukanlah hal yang mudah bagiku, penghentian Aliran darah yang dilakukan Alisya adalah teknik khusus yang hanya diketahui oleh beberapa orang saja! Dan Alisyalah satu-satunya yang menjadi orang terakhir yang mengetahui teknik tersebut. Jika aku membuka penghentian darahnya dengan gegabah maka sama saja aku mencoba membunuh Alisya dengan tanganku sendiri" Jelas Karin dengan suara yang serak menahan kesedihannya yang mendalam tak bisa berbuat apapun untuk bisa menyelamatkan Alisya sekarang.

"Jika begitu siapa orang selain Alisya? kita bisa menghubunginya secepat mungkin!" Suara Adith semakin tak terkendali.

"Ibu Alisya, tapi dia sudah meninggal dan satu lagi yang mengetahuinya!" Karin tak yakin kalau orang tersebut akan berada disana.

"Siapa??" tanya Zein mengerutkan keningnya dengan kepalan tangan yang semakin menguat karena rasa takut yang semakin membesar.

"Ayah Alisya!!! Ibu Alisya yang mengetahui teknik penghentian itu mengajarkan kepada Alisya dan memberitahu Ayah Alisya juga. Tapi aku tidak Yakin Ayah Alisya bisa berada disini tepat waktu!" Karin mulai tak bisa menghentikan aliran air dimatanya yang sudah mengalir deras membasahi wajah dan tanah dihadapannya. Tubuh Karin bergetar dengan sangat hebat karena rasa takut akan kehilangan Alisya terlebih karena ia tidak bisa melakukan apapun kepada Alisya untuk menyelamatkannya.

"Alisyah..." Adora dan yang lainnya datang bersamaan tanpa sengaja mendengar penjelasan Karin yang membuat mereka saling berpelukan satu sama lain tak mampu melihat kondisi Alisya yang semakin mengkhawatirkan.

Tempat Alisyah dan Adith melompat sudah dikosongkan oleh pemadam kebakaran untuk mwnghindari kemungkinan yang terjadi sehingga tak satupun guru atau siswa lain yang berada diarea tersebut sedangkan teman-teman Alisya tidak memperdulikan tanda larangan yang sudah dipasang dan menerobos dengan cepat tanpa diketahui untuk segera melihat kondisi keduanya. Tim pemadam yang sibuk mengurus pemadaman Api serta Ambulance yang sibuk merawat siswa dengan kondisi luka-luka tak menyadari Adith dan Alisya yang melompat.

"Lalu apa yang harus kita lakukan? apa kita harus berdiam diri saja disini tanpa melakukan apapun dan menonton Alisya dalam kondisi seperti itu?" Riyan mulai gusar dan marah kepada semua orang dan kepada diri mereka sendiri yang hanya bisa melihat Alisya seperti itu.

Perlahan-lahan kesadaran Alisya mulai menghilang dan hembusan nafasnya perlahan-lahan semakin menghilang. Adith serta yang lainnya mulai mengeluarkan Air mata berteriak meminta tolong kepada siapapun namun karena kebisingan yang terjadi disekitar area kebakaran membuat suara mereka teredam oleh kebisingan tersebut. Dengan Frustasi mereka berteriak sekuat tenaga dan berlarian kesana kemari untuk mencari seseorang yang bisa menyelamatkan Alisya.

Tepat saat itu Adora bertabrakan dengan seseorang yang juga sedang berlari seolah sedang mencari seseorang.

"Kau tau dimana Alisya???" Tanyanya dengan penuh rasa cemas setelah membantu membangunkan tubub Adora. Tanpa pikir panjang Adora langsung menariknya tanpa mengetahui siapa orang tersebut. Suaranya yang telah habis membuatnya segera berlari kearah Alisya terbaring berharap bahwa orang yang sedang mencari Alisya bisa mengetahui sesuatu.