Chapter 143 - Aura Membunuh

"Karin aku... " Belum sempat Adora menjelaskan kepada Karin orang itu sudah melesat dengan cepat kehadapan Alisya dan melakukan sesuatu kepadanya yang membuat Alisya bangun dan memuntahkan darah yang cukup banyak.

"Alisya... kenapa dia melakuan itu????" Rinto dan Yogi panik melihat Alisyah sudah memuntahkan darah sedangkan Adith hanya memegang tubuh Alisya dengan wajah yang kelam.

"Kau baik-baik saja???" ucapnya setelah melihat Alisya bisa bernafas dengan baik.

"Siapa dia kenapa dia memukul dada Alisya dengan kuat seperti itu?" Bentak Riyan tak kalah takut namun Karin menghalanginya untuk mendekati orang itu.

"Biarkan dia,, dia adalah ayah Alisya! Tak kusangka dia bisa datang secepat ini!" Karin yang meragukan kehadiran ayahnya tepat waktu membuatnya terkejut dengan kehadiran Ayah Alisya disana.

"Om..." Adith menatap ayah Alisya dengan mata nanar dan gelisah.

"Aku datang tepat setelah pengawal yang mengawasi Alisya menghubungiku akan masalah ini, Aku bisa datang tepat waktu dengan memakai landasan helikopter di gendung atap kepala sekolah!" Jelas Ayah Alisya menepuk pundak Adith. Karena Adith, Alisya mampu bertahan hidup dengan menekan Aliran darahnya.

"Apa??? jadi dia ayah Alisya???" Zein tak menyangka kalau Alisya adalah seorang anak dari menteri pertahanan negara. Sudah cukup baginya dikejutkan dengan Alisya yang seorang cucu dari Takahashi Yamada yang merupakan CEO elite perusahaan besar skala dunia sekarang ia dikejutkan dengan sebuah kebenaran baru mengenai Alisya. Karin hanya mengangguk dan langsung memeriksa denyut nadi Alisya dengan sangat teliti.

"Bagaimana kondisinya Om?" Wajah Adith lebih kelam dari yang sebelumnya saat ia terus melihat Alisya masih mengalirkan darah segar dari mulutnya.

"Untuk sekarang saya sudah membuka Aliran darahnya. Aliran darah yang menumpuk disekitar dadanya karena penghentian itu akan membuatnya memuntahkan darah sebagai reaksi bahwa penumpukkan darah itu yang kemudian berhasil dikeluarkan!!!" Jelas Ayah Alisya dengan tenang sambil terus menekan-nekan Area tubuh tertentu Alisya untuk memastikan kondisinya.

"Lalu kenapa sekarang nafasnya masih tetap pelan seperti yang sebelumnya??" Melihat hembusan nafas Alisya yang belum teratur membuat Adith tidak bisa menenangkan diri.

"Itu karena ketika saya telah membuka aliran darahnya maka seluruh pembuluh darah Alisya melebar untuk memberikan ruang bagi aliran itu mengisi daerah-daerah penghentian sehingga pada bagian luka tentu sekarang akan mengalirkan peredaran darahnya dan keluar. Kondisi ini membuat Alisya masih belum bisa mengembalikan pernafasannya tapi tenang saja secara perlahan dia akan dengan mudah mengaturnya dibanding sebelumnya!" Ayah Alisya segera mengendurkan Kancing bagian dada Alisya untuk memberikan ruang lebih agar Alisya bisa mengatur nafasnya.

"Bagaimana keadaanya???" Pak Hadi menerobos Riyan dan Zein yang kini membelakang untuk menghargai privasi Alisya.

"Bisakah kita mengangkatnya ketempat yang lebih baik??" tanya Karan yang datang bersamaan dengan ayahnya.

"Aku rasa tidak, lukanya akan semakin melebar jika kita harus memindahkannya. Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi, kita harus melakukannya disini!!!" Jelas Ayah Karin melihat kondisi Alisya yang tidak memungkinkan.

"Tapi jika disini kita tidak bisa melakukannya dengan baik terlebih karena kita membutuhkan banyak alat..." Tegas Karan mengingatkan ayahnya.

"Apa yang harus kami lakukan untuk membantu???" Adith setengah menoleh ke arah Karan meyakinkan Karan kalau dia bisa melakukan apapun saat itu.

"Kami memiliki semua peralatan kami dimobil yang terparkir di depan gedung. Karena terlalu banyak orang kami tidak bisa membawanya masuk untuk itu salah seorang dari kalian harus mengemudikan mobil sedangkan yang lainnya bisa mengamankan jalan masuknya!" Jelas Karan mengeluarkan beberapa alat yang bisa digunakan untuk pertolongan pertama sedang Ayah Karin sudah mulai merobek baju Alisya dibagian area besi yang menancap didadanya.

"Kita juga membutuhkan sesuatu untuk bisa memanaskan besi yang menancap ini agar kita bisa memotongnya menjadi lebih pendek namun tetap mengusahakannya agar tidak mengalami pendarahan parah!" Jelas pak Hadi mulai mengeluarkan alat pemotong kecil dari dalam tasnya.

"Aliran listrik disekitar sini sedang dimatikan karena kebakaran tersebut! Apa yang harus kita lakukan??" tanya Karin melihat daerah sekitar mereka yang tidak terdapat Aliran listrik karena pemadaman.

"Aku akan membuat alatnya menggunakan peralatan yang terdapat dilab fisika! Kalian tidak perlu mengkhawatirkan itu,," Terang Adith segera melangkah untuk menuju ke lab namun tiba-tiba saja Alisya berdiri tepat dibelakang Adith memegang pisau bedah yang akan digunakan oleh pak Hadi.

Alisya yang berdiri dengan mata tertutup itu dengan pasti membelokkan sebuah peluru menggunakan pisau bedah pak Hadi dengan memanfaatkan kelenturan dari pisau sehingga dengan sangat Ahli dia mampu membelokkan peluru tersebut. Sembari terus mempertajam pendengarannya Alisya mampu menemukan keberadaan seseorang yang akan menembak mereka untuk yang kedua kalinya namun dengan menarik nafas penuh Alisya mengambil ancang-ancang dan melempar pisaunya ke atas gedung sekolah.

Adith tak pernah merasa begitu takut sebelumnya sejak kejadian terakhir kali saat dia mengalami penculikan, namun kali ini hidungnya yang tidak pernah mencium bau apapun dari tubuh Alisya dan bahkan selalu mencium aroma yang sangat disukainya pada Alisya kini mencium aroma membunuh yang sangat kuat yang mampu membuat hidungnya sakit dan lehernya tercekat. Aura membunuh Alisya didasarkan akan amarah yang sangat besar dan ingin melindungi, selain itu bau membunuh yang justru sangat menganggunya berasal dari atap gedung dengan aura membunuh Alisya yang mengarah ke atap sana.

"Sial!!! kita hampir saja kecolongan.. tak ku sangka secepat ini mereka akan menemukan Alisya!" Ayah Alisya sudah berdiri tegap kembali yang sebelumnya memukul tunduk Riyan dan Zein saat terjadinya tembakan yang pertama sedang mereka baru saja turun dari mobil Van pak Hadi.

"Apa yang sedang terjadi?" Riyan melihat ke arah gedung dan tampak seseorang memegang bahunya melompat dari satu gedung kegedung yang lain.

"Bagaimana mungkin dia masih bisa bangkit dengan kondisi tubuh seperti itu?" Zein takjub melihat Alisya yang masih memusatkan kewaspadaanya meski dalam keadaan setengah sadar.

"Itu karena Alisya sudah terbiasa dalam memakai instignya terhadap situasi dimana ia mampu merasakan bahaya terlebih ketika akhirnya dia mampu meningkatkan kemampuan dan kesensitifan pendengarannya!" Ucap Karan bangkit setelah melindungi Adora dan Karin.

"Meski Alisya tak menyadarinya, alam bawah sadarnya sekarang sepenuhnya dalam mode waspada sekaligus membunuh. Sehingga dia mampu merasakan aura membunuh seseorang yang juga mungkin... " pak Hadi juga bangkit perlahan dengan tangan yang berada di atas kepala Rinto dan Yogi yang dengan cepat membuat mereka tertunduk untuk berlindung.

"Membuat Alisya mampu mendengar detak jatung dari orang yang akan membunuh tersebut!!!" tegas Karin melihat Alisya yang masih berdiri goyah dengan mata tertutup dan berlumuran darah.