Chapter 149 - Kau Takut Padaku???

"Sudah ku duga, hidungmu mampu mencium aura yang aku keluarkan!!! Awalnya aku berpikir kalau kau hanya sensitif pada bau parfum saja, tapi ternyata tanpa kamu sadari hidungmu menjadi sangat peka bahkan terhadap bau Aura tubuh seseorang!" Alisya berbisik ditelinga Adith dan tersenyum dengan sangat sinis.

Posisi Adith yang sudah terhimpit didinding membuatnya tertekan tak bisa melakukan apa-apa karena Alisya mempersempit jarak antara tubuh mereka yang membuatnya mampu mencium aroma Alisya dengan sangat pekat.

"Apa yang kau lakukan???" Adith menutup hidungnya dan jantungnya berdebar tak karuan dengan sangat cepat dan besar. Alisya yang berada cukup dekat dengannya seolah mendengar bunyi dentuman beduk yang dipukul keras tepat sebelum adzan dibunyikan.

Mendengar dentuman jantung Adith, Alisya langsung memundurkan langkahnya kebelakang memberikan ruang bagi Adith untuk bernafas nyaman dan membelakangi Adith.

"Kau takut padaku???" Senyum Alisya masih sinis namun matanya sarat akan kesedihan.

Adith terdiam beberapa saat mendengar apa yang dikatakan oleh Alisya, mustahil baginya tidak takut terhadap aura membunuh yang dikeluarkan oleh Alisya. Sebab aura membunuh yang dikeluarkan oleh Alisya begitu pekat dan sangat kuat. Namun entah bagaimana aura yang dikeluarkannya tak sebusuk dengan aura membunuh seperti yang dikeluarkan oleh seseorang yang ingin membunuhnya di atap tempo lalu.

"Iya benar, aku takut kepadamu!" Adith melangkah maju mendekati Alisya yang membelakanginya. Dengan perlahan dia melingkarkan kedua tangannya dibahu Alisya dan mendekapnya erat.

Alisya kaget dengan apa yang dilakukan Adith namun tak tahu harus bereaksi seperti apa sehingga ia memilih untuk mencoba menghindar namun Adith semakin mengeratkan lingkaran tangannya. Dagu Adith kini bersandar di bahu Alisya dengan lembut.

"Aku takut, kalau aku akan kehilanganmu lagi. Bukankah sudah aku peringatkan untuk jangan pernah pergi dan menghilang dariku? Aku tak suka jika kau selalu melakukannya sendirian!!!" Suara Adith berat mengelir masuk kedalam telinga Alisya membuta hati Alisya terasa sakit dan pedih karenanya. Alisya seperti bisa memahami bagaimana rasa sakit dan frustasinya Adith dari setiap hembusan kata-kata yang ia ucapkan.

Setelah Adith terdiam, Alisya memegang tangan Adith dan mendekapnya. Alisya juga tak ingin kehilangan siapapun juga sehingga tentu saja ia sangat memahami apa yang dirasakan oleh Adith saat ini.

"Maafkan aku!!!" Alisya mendekap tangan Adith dengan sangat erat.

"Ku terima maaf mu dengan syarat kau harus menceritakan semuanya kepadaku!!!" Adith segera melepas genggamanya begitu Alisya mengatakan hal itu.

"Buset!!! ekspresinya cepat amat berubah!!!" Gumam Alisya begitu mendengar nada suara Adith yang berubah menjadi lebih hangat dan semangat.

"hummm? Apa yang kau katakan???" tanya Adith tidak begitu jelas mendengar ucapan Alisya. Alisya dengan cepat menggeleng sedang Adith sudah menuju sofa mencari posisi nyaman untuk bisa mendengarkan semua yang akan dikatakan oleh Alisya.

"Ini anak siapa sih sebenarnya? kelihaiannya mengendalikan orang melebihi kemampuanku! oh Alisya.., kau belum berinteraksi dengan banyak orang sebelumnya jadi wajar saja kau kalah sedang dia seorang CEO perusahaan besar yang mengharuskannya untuk berinteraksi dengan banyak orang. Kau pasti akan kalah jika berlawanan dengan si Jenius Nakal ini" Alisya berbicara menggunakan ekspresinya dengan menggertakkan giginya sembari tersenyum manis ke arah Adith yang sedang duduk nyaman memperhatikan dirinya.

"Tunggu apa lagi??? bukankah kau ingin meminta maaf?" tanya Adith membuka kedua tangannya yang ia pangku diatas lututnya. Adith sebenarnya sengaja mengalihkan topik karena setiap kali ia mencium aroma Alisya, ia merasakan magnet pemikat yang sangat berbahaya.

Adith yang selama ini selalu dingin kepada semua wanita tidak yakin dengan sikap yang harus ria tunjukan kepada Alisya, terlebih karena ia tak ingin membuat Alisya tersinggung karena perbuatannya.

"Jadi waktu itu aku melihat sebuah zat di dala..."

"Bukan itu yang aku maksudkan!!!!" Adith memutus omongan Alisya dengan nada yang sangat serius.

Alisya tau betul apa yang ingin diketahui oleh Adith tapi besar resikonya jika Adith mengetahui hal tersebut sebab hal ini akan berdampak pada keselamatan Adith dan keluarganya dan Alisya tak menginginkan itu. Hanya saja, Adith adalah tipe Jenius yang keras kepala sehingga ia merupakan orang yang cukup teguh terhadap apa yang diinginkannya.

"Ayolah Dith, aku baru sadar dan kau sudah menanyakan sesuatu yang cukup berat seperti itu???" Alisya berbicara dengan ekspresi yang sengaja ia buat-buat untuk mendapatkan simpati Adith.

"Tak ku sangka kau bisa juga melakukan ekspresi seperti itu, tapi itu tidak akan mempan denganku!!!" Alisya langsung merenggut dan memonyongkan bibirnya mendengar ucapan Adith. Adith langsung terbatuk-batuk melihat eskpresi wajah Alisya yang manja seperti itu.

"Kenapa?" Alisya bingung melihat ekspresi memerah wajah Adith. "Oh Iya, apa kamu sudah makan? nenek menyisakan makanan ini tadi" Alisya dengan cepat berusaha mengalihkan perhatian Adith dengan mengambil sekotak makanan didalam lemari penyimpanannya.

"Aku sudah makan! Krrruuyyyuuukkkk....." Perutnya yang tak bisa berbohong menjawab pertanyaan Alisya dengan sangat nyaring. Adith seketika kikuk dan merasa malu, wajahnya semakin memerah karena perutnya itu.

"Perutmu lebih jujur dari yang aku pikirkan,,," Alisya tertawa pelan dan menyediakan makanan tersebut diata meja dihadapan Adith. "Jika kau malu untuk makan, mau kah kamu menemaniku makan? Aku juga sangat lapar karena nenek hanya memberiku bubur saja. Dan aku tak suka makan sendirian, seenak apapun itu makanan rasanya akan hambar jika makan seorang diri." Senyumnya kepada Adith yang membuat Adith mengangguk malu menuruti Alisya.

Mereka berdua akhirnya makan dengan sangat lahap terlebih Adith yang ternyata baru pertamakali itu merasakan yang namanya gado-gado sehingga Adith makan dengan sangat lahap sedangkan Alisya hanya menatap dan sesekali mengambil makanan. Alisya mencubit pahanya sendiri untuk menyadarkan dirinya saat ia mulai terbuai oleh ketampanan Adith.

"Eheemmm,, seperti apa Black Falcon itu???" tanya Adith setelah melihat wajah tenang Alisya.

"huh?? ohok ohok ohok..." Alisya terbatuk dengan sangat keras membuat leher serta kepalanya cukup sakit akan itu. Adith dengan santai mengambilkan Alisya air minum lalu memandangnya dengan penuh kasih.

"Aku sudah mengetahui banyak hal mengenai Black Falcon dan juga Zero Alpha, kau tidak perlu menyembunyikan semua itu kepadaku lagi. Aku ingin kamu lebih terbuka denganku Sya, jika kamu terus menyembunyikan apapun padaku aku..." Suara Adith semakin tenggelam dan tercekat.

Alisya terdiam sesaat memikirkan bagaimana ia harus menannggapi ucapan Adith, namun beberapa saat kemudian Alisya mulai menceritakan segalanya kepada Adith. Alisya paham akan resiko yang akan didapatkan oleh Adith namun ia berpikir kalau dengan mendengar kebenarannya Adith mungkin akan menjauhinya dan itu akan membuat Adith lebih aman dibanding berada disekitarnya.