Chapter 171 - Patahkan Ginjal

Di pekarangan rumah.

Rinto yang baru saja selesai memindahkan semua barang-barang yang akan mereka bagikan segera menuju ketempat Adora yang sedang mengambil beberapa piring yang berserahkan dimana-mana karena telah selesai digunakan.

"Dimana Alisya dan Adith? aku tak melihat mereka sejak tadi!"Rinto melihat sekeliling mencari keduanya.

Adora yang baru saja mendongak ingin menjawab sudah disambar oleh Gani yang datang langsung mengambil segelas air minum dan menghabiskannya dalam satu tarikan nafas.

"Mereka berada disebelah, mereka sedang bergulat dengan para anak-anak! Anak kecil memiliki tenaga monster, mereka seolah tak pernah lelah! Perangkat keras apa yang mereka tanamkan disetiap ototnya?" Gani terduduk melepas lelahnya membantu Adith dan Alisya mengatur para anak-anak.

"Kau bisa membunuh dirimu jika minum seperti itu bodoh!!!" pukul Adora dibahu Gani memperingatkan dirinya.

"Kata ayahku mereka itu adalah malaikat-malaikat syurga, tanpa tawa mereka maka syurga akan terasa hampa!"Ucap Emi dengan senyuman manis menghampiri mereka.

"Benarkah? kalau begitu pas, kita sedang membutuhkan tenaga lebih!" ucap Gani menarik Emi tanpa memperdulikan usahanya menolak.

"Bukan, bukan itu maksud aku!!!" Emi terus saja berusaha melarikan diri namun kerah baju belakangnya sudah digenggam erat oleh Gani. Dengan tetap menjaga keseimbangan Emi, Gani terus saja menarik Emi menuju ketempat Adith dan Alisya yang sedang kerepotan.

"Syukurlah aku tak mengatakan apa-apa!" wajah tegang Rinto melihat Gani menarik Emi dengan penuh semangat membuat Adora tertawa pelan.

"hahahaha... aku rasa sebentar lagi giliranmu akan tiba!" Adora tertawa dengan renyah tak sadar kalau ada yang sedang menatapnya tajam.

"Kamu kak Adora kan?" Tanya Zizy dengan tatapan tajam kepada Adora.

"Iya dek, ada apa?" Adora melirik kearah gadis kecil yang ia taksir baru saja masuk kesekolah menengah pertama.

"Ohh... jadi kakak yang suka sama abang Zein?" ucapnya dengan tatapan tajam. Kalimatnya membuat Adora menelan liur dengan susah payah.

"Ummm... sepertinya giliranku sudah lewat!" Gumam Rinto menatap menyelidik kearah Zizy. Baru kali itu dia melihat adik Zein secara langsung dan dilihat dari wajah memandang Adora, sepertinya anak ini memiliki kekuasaan yang cukup untuk menundukkan Adora.

"Dari mana kamu tahu?" Adora masih berusaha tersenyum manis meladeni adek Zein yang sangat jutek.

"Woww.. Bahkan sikap adeknya lebih ganas dari pada Zein! Bisik Rinto kepada Adora yang sudah panas dingin dibuatnya.

"Tadi kak Feby bilang kalau kak Adora itu suka sama abang Zein. Tapi kakak tidak cantik, body kakak krempeng, dadanya rata lagi." Setiap kata yang diucapkan oleh anak itu membuat ribuan pacul memukul keras kepala Adora.

"Akan ku patahkan ginjal anak itu!!! Buat apa juga dia menceritakan hal seperti ini pada anak kecil?" Batin Adora mengutuk pedas Feby.

Tanpa alasan yang jelas Feby merasakan rasa dingin yang menyetrum seluruh tubuhnya dengan hebat. Tubuhnya yang bergetar membuatnya bingung karena ia sedang berhadapan dengan bara api membakar beberapa daging untuk menu makan mereka ditemani Gina dan Beni.

"Kamu kenapa Feby? mau pipis?" tanya Gina melihat tubuh bergetar Feby.

"Apa tubuh bergetar itu artinya kita mau pipis???". Feby menarik bibir Gina yang berbicara terlalu keras dihadapan Beni.

"Aku juga seperti itu setiap kali menahan pipis atau setelah lega mengeluarkan pipis! seru Beni dengan lembut.

"Kau yang bersuara lembut dengan rahang keras berbentuk segi empat itu sudah cukup untuk membuatku merinding siang dan malam!" Bukan hanya Gina dan Feby yang bergetar mendengar kalimat Beni, anak-anak yang baru saja datang dan mendengar ucapan Beni juga ikut merinding dibuatnya.

"Anak ini cukup pintar menilai" Rinto menaikkan jempolnya kepada Zizy yang mengatakan semua kekurangan Adora dengan santai.

"Diam kau dan pergilah jadi obat nyamuk Yogi dan Aurelia sana!!!" Usir Adora kesal meski ia terus berusaha menahan rasa malunya.

Rinto hanya terbahak-bahak melihat situasi Adora yang sedang dijinakkan oleh seorang anak kecil.

"Adek, kakak tau kalau kakak tidak memiliki apapun yang bisa kakak banggakan. Kakak juga sadar kok kalau Zein belum tentu menyukai kakak, tapi perasaan kakak kepada Zein itu tulus. Kakak juga tidak pernah memaksa Zein untuk menyukai kakak!" Ucap Adora sambil tersenyum manis kepada Zizy. Tatapan Zizy langsung melembut mendengar ucapan tulus dari Adora.

"Ouuhhh,, so sweet!!!" Terang Rinto menggoda Adora.

Adora yang sudah tidak tahan lagi dengan segera menendang pantat Rinto sehingga ia terpental cukup jauh dari hadapan mereka. Rinto tertawa terbahak-bahak sembari meringis sakit karena pantat nya panas akibat dari tendangan kuat yang diberikan oleh Adora.

"Ada apa???" Tanya Yogi melihat Rinto datang sembari tertawa dengan ekspresi wajah yang cukup aneh.

"Lihat, Adora menemukan lawan yang cocok baginya!" Tunjuk Rinto menggunakan gelengan kepalanya kearah adik Zein dan Adora.

"Apa yang sedang mereka bicarakan? kenapa terlihat sangat serius?" Aurelia ikut melihat kearah Adora dan adik Zein.

"Lihat saja, sebentar lagi kita akan melihat drama yang begitu menakjubkan mengalahkan drama antara orang nomor satu dan wanita terkuat disekolah!" Rinto merujuk kepada Adih dan Alisya.

Dari kejauhan, mereka terus melihat kearah Adora dan adik Zein yang terlihat semakin larut dalam perbincangan mereka.

"Itu artinya cinta bertepuk sebelah tangan??" katanya tegas. Ia menyunggingkan senyuman sinis yang dirasa menusuk tajam ditubuh Adora.

"Bisa dibilang seperti itu!!" Adora tersenyum pahit membenarkan apa yang dikatakan oleh anak SMP tersebut. Adora selalu jujur akan apa yang sedang ia rasakan sehingga dengan mudahnya ia berkata jujur kepada adik Zein.

"Kakak Bodoh atau idiot? kenapa kakak semudah itu menyerah akan perasaan kakak? bukannya cinta itu harus diperjuangkan?" Suaranya sinis dan meninggi. Ia melipatkan kedua tangannya bersikap seperti orang dewasa.

"Ini anak maunya apa sih? Tadi dia tidak suka kalau aku sama kakaknya, sekarang malah dia marah tidak jelas apa maunya sih?" gumam Adora pelan tak mengerti kenapa dia bisa berhadapan dengan anak yang satu itu. Adora bahkan tak percaya harus mendapat nasehat dari anak semuda dia yang seolah sudah mengetahui tentang kehidupan percintaan.

"Maksud kamu???" Adora mengerutkan keningnya bingung tak paham apa maksud dari perkataannya.

"huuhhhhh,,, kalian berdua sama saja!!!" Zizy menepis jidatnya merasa kesal dengan sikap Adora yang mudah pasrah dan sikap Zein yang terlalu cuek.

"Ibu memanggilmu katanya ada beberapa hal yang harus dilakukan!" Ucap Zizy dingin dan menunjuk ke arah ibunya berada.

"Kenapa nggak bilang dari tadi??? ibumu kan jadi harus menunggu lama!" Wajah Adora panik karena waktu berlalu cukup lama sewaktu mereka sedang berbincang-bincang.