Chapter 170 - Dasar Bodoh

Karin membuka matanya karena tak merasakan apapun. Dan begitu ia membuka mata Ryu sudah setengah terduduk melindungi dirinya dari beberapa barang yang jatuh dan menahan dengan kuat rak yang sudah sedikit miring tersebut.

Karin mendongak keatas melihat wajah Ryu yang terus menahan sakit setiap kali tubuhnya terhantam oleh barang yang jatuh. Berat barang yang jatuh tersebut sedikit membuatnya goyah namun berusaha untuk tetap bertahan demi menyelamatkan Karin. Melihat Ryu kesulitan, Karin dengan segera bangkit membantu Ryu dan merapatkan posisi rak kedekat dinding.

"Kalian baik-baik saja?" Rinto dengan cepat membantu Karin merapatkan Rak yang membuat Ryu bisa melepaskan pegangannya dan terduduk meringis sakit.

"Ryu... Karin apa yang terjadi?" Riyan datang secepat kilat melewati tumpukan barang yang berserahkan. Ryu segera membantu Ryu dengan membopongnya dan mengeluarkannya dari gudang sedang Karin menatap dengan pandangan khawatir.

"Yogi, ambil pengganjal dong.." pinta Rinto dengan suara tercekat menahan berat Rak.

"Bentar!!!" Yogi langsung berlari kesana kemari mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengganjal kaki Rak barang yang patah.

"Apa Rinto terluka? Bagaimana dengan dirimu Karin?" Adora dan Gani dengan cepat membantu Rinto menahan Rak barang yang sudah kosong tersebut.

"Aku baik-baik saja tapi sepertinya Ryu mendapat luka yang cukup dalam karena beberapa barang yang jatuh tepat mengenai tangan dan punggungnya." terang Karin dengan tatapan sendu.

"Aku hanya menemukan ini, semoga ini bisa digunakan!" kata Yogi sembari membawa sebuah Balok besar yang kemudian ia masukkan dibawah kaki rak barang tersebut.

"Bisa kalian lanjutkan? Sebaiknya aku segera mengobati Ryu sekarang!" ucap Karin seraya berlari keluar dari gudang.

"Biar aman kita butuh sesuatu yang bisa digunakan untuk mengikat Rak ini agar tidak miring lagi." Tegas Rinto sembari memperhatikan langkah-langkah yang harus dia kerjakan.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Karin kepada Ryu yang duduk disofa ruang tengah keluarga Zein.

"Aku baik-baik saja tidak ada yang perlu di khawatirkan, Riyan sudah memeriksaku tadi" terang Ryu tersenyum menyembunyikan rasa sakitnya.

"Oh yaah..?? bagaimana kau seyakin itu?" Karin memegang punggunggnya dengan lembut namun itu sudah cukup membuat Ryu meradang menahan rasa sakit di bahunya.

"Apa kau mau membunuhnya?" Riyan memicingkan matanya melihat Karin yang sedang memegang punggung Ryu yang sedang terluka. Riyan membawa loyang yang berisi air panas ditemani ibu Zein yang terlihat panik.

"Aku baik-baik saja! kalian tidak perlu khawatir..." seru Ryu tidak ingin merepotkan banyak orang.

"Lukamu perlu diobati secepatnya. Memang tidak begitu fatal namun bisa akan menyebabkan peradangan dan juga kau akan kesulitan dalam kegiatanmu sehari-hari!" Zein datang membawa sebuah kain tebal yang bisa digunakan untuk mengkompres luka lebam Ryu.

"Luka ini akan sembuh dengan sendirinya jadi kalian tidak perlu khawatir! Ucap Ryu mencoba untuk menenangkan mereka.

"Meskipun luka memar itu akan hilang dengan sendirinya, sebaiknya pengobatan juga harus dilakukan untuk mempercepat proses penyembuhan!" ucap Zein yang memasukkan kain tebalnya kedalam air panas untuk mengkompres lukanya.

"Zein, tak apa. Aku yakin aku baik-baik saja saat ini" tegas Ryu merasa tak nyaman jika orang lain harus repot karena dirinya.

Ryu yang selama ini sudah mengalami banyak sekali luka lebam ataupun luka memar yang bahkan jauh lebih parah dari ini dan selalu merawat dirinya sendiri merasa kurang nyaman ketika sekarang ada yang memperhatikannya. Meski rasa hangat menyelimuti hatinya yang selama ini tak pernah merasakan indahnya persahabatan ataupun kekeluargaan namun ia merasa sangat bahagia.

"Jangan menggunakan air hangat, luka lebam yang terjadi karena benturan dari benda keras menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil atau kapiler sehingga pada saat setelah benturan kulit akan terlihat berwarna merah dan terasa sedikit nyeri serta bengkak, untuk itu yang harus diberikan adalah mengkompresnya dengan menggunakan Es. Setelah dia berwarna biru atau keunguan esok hari barulah bisa dikompres menggunakan Air hangat. Air hangat ini digunakan untuk memperlancar peredaran darah pada area lebam untuk mengisi kekurangan asupan oksigen dan menurunkan pembengkakkan yang terjadi, jadi kau harus..." Karin menceramahi Ryu yang sedang bersikap baik-baik saja.

"Oke-oke,, biar aku melakukannya sendiri" ucap Ryu pasrah dengan apa yang mereka inginkan.

Ibu Zein kembali dengan sekantung Es yang sudah dibalut oleh Kain sesuai petunjuk dari Karin. Ryu dengan susah payah mencoba menaruh Es dibagian punggungnya namun ia tak bisa mencapainya.

"Berikan padaku!!!" Karin kesal melihat Ryu yang terus saja mencoba untuk mengurus segalanya sendirian.

Ryu langsung meringis sakit setiap kali sentuhan lembut Karin menyentuh punggungnya menggunakan Kompresan Es tersebut.

"Jika masih ada yang kalian butuhkan, panggil aku saja, aku harus kembali kesana untuk mengurus yang lain!" Ibu Zein memohon pamit setelah melihat keadaan sudah lebih terkendali.

"Iya tante, terimakasih banyak! ucap Karin sedang Ryu hanya menunduk dengan menahan rasa sakitnya.

"Kar, kau bisa merawatnya sendirian kan? Aku harus menyelesaikan semuanya. Tidak enak membuat mereka menunggu lebih lama lagi" Zein memandang Karin dengan serius.

"Tentu saja, kalian bisa pergi sekarang! Biar si Bodoh ini aku yang tangani" ucap Karin menatap tajam kepada Ryu.

"Baiklah.. kami serahkan padamu! Jika ada hal lain kamu bisa melihatnya sendiri dikotak P3 K diujung sana!" Tunjuk Riyan berjalan pergi mengikuti langkah Zein.

Tepat setelah mereka menghilang, Karin dengan kuat memukul tubuh Ryu yang membuat Ryu bingung dengan apa yang sedang dilakukan oleh Karin.

"Dasar bodoh!!! kau pikir siapa dirimu? kenapa kau melakukan hal yang tidak perlu seperti itu? kau taukan aku mampu menghindari semua barang yang jatuh tadi?" Karin menatap dengan penuh kesal sambil menekan keras kompresan ditangannya.

Ryu tersenyum dengan tingkah Karin entah sedang marah atau sedang mengkhawatirkannya namun ia merasa wajah marah Karin terlihat manis dan cantik.

"Aku tau, tapi entah kenapa aku secara tak sadar tergerak untuk langsung melindungimu begitu melihat Rak barang itu jatuh. Aku hanya refleks untuk menyelamatkan mu!" ucap Ryu sambil menekan nekan pelan tangannya yang ia rasa cukup sakit.

"Kau dan Alisya sama saja! Menyelamatkan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri, untuk apa kau melakukan itu semua? Meski kau sudah tahu jika kau bisa menghindarinya!" Karin masih belum bisa menyembunyikan rasa kesalnya.

"Itu karena,, aku tak ingin kamu terluka!" Suara Ryu terdengar tenang namun hangat ditelinga Karin.

Untuk beberapa saat Karin duduk terdiam tak tahu harus berkata apa terhadap apa yang baru saja dikatakan oleh Ryu. Dia tak tahu apakah harus menangis atau bahagia saat ini dengan ucapan mendadak Ryu.