Chapter 169 - Ayo kita berlomba

"Ya sudah, kita abaikan saja apa yang barusan terjadi! Untuk sekarang kalian harus membayar keterlambatan kalian." Zein langsung menarik Riyan dan Adith di ikuti oleh teman-temannya.

"Tunggu dulu, kami tidak sengaja ingin terlambat tapi tadi itu,,," Riyan berusaha menjelaskan.

"Tidak ada alasan. telat yah telat! Jadi sekarang ikutlah bersamaku!" Ucap Zein tegas.

"Kak Zein, kakak mau bawa kemana kak Adith?" teriak adik Zein dari kejauhan dengan suara manja.

"Bentar yah Zizy,, kak Zein masih ada perlu sama kak Adith! Anak SMP nggak boleh manja!" teriak Zein dengan tegas.

"Apa sih??? kan aku cuma nanya!!!" Zizy tak suka dianggap manja dihadapan Adith dan teman-temannya.

"Kita mau kemana nih?" tanya Riyan bingung dengan ajakan Zein yang sudah menuju ke bagian belakang rumahnya.

"Kemana lagi yah disini!" ucap Zein setelah tiba didepan pintu gudang penyimpanan barang.

Zein langsung memimpin masuk kedalam gudang diikuti oleh Riyan dan yang lainnya hingga tersisa Adith, Alisya dan Karin.

"Kalian berdua lebih baik kepekarangan saja untuk mengatur para anak Yatim yang sudah kita undang! ucap Karin menatap Adith dan Alisya yang terdiam membeku.

Karin paham betul kenapa Adith dan Alisya tak bisa masuk kedalam gudang, meski keduanya sudah bertemu. Masalah diantara keduanya belum selesai sehingga trauma masa lalu merekapun belum hilang dengan mudah.

"Terimakasih!" ucap Adith dan Alisya bersamaan. Alisya pikir bahwa Adith tidak masuk kedalam gudang hanya untuk menemaninya. Awalnya ia ingin menyuruh Adith untuk bersama mereka saja namun begitu sampai ia melihat lautan anak kecil yang bercanda ria dan berlarian kesana kemari tak tentu arah.

"Sepertinya ini akan menjadi pekerjaan berat!" Terang Adith menarik nafas dalam melihat mereka yang sangat banyak.

"Bagaimana bisa kita tidak melihat kalau mereka sebanyak ini tadi??" tanya Alisya bingung karena sewaktu mereka masuk ia tak melihat kumpulan anak-anak ini.

"Pekarangan ini dibagi menjadi dua bagian, bagian pintu masuk tadi menjadi tempat dimana semua tamu undangan bisa mencicipi makanan sedangkan disebelahnya sengaja Zein buat seperti taman untuk para anak-anak ini!" Jelas Adith sambil terus matanya berkeliling melihat kekiri dan kekanan mencari seseorang.

Setelah melihat pembina dari para anak Yatim, Adith segera meminta bantuan kepada mereka untuk segera mengatur semua anak-anak ke tempat duduknya masing-masing untuk segera membagikan beberapa barang yang sebelumnya mereka sudah kumpulkan untuk acara Zein yang semuanya merupakan ide Zein sendiri.

"Whhattttt???? serius barang yang akan di bagi sebanyak ini? siapa yang sudah mengerjakan ini semua?" Riyan kaget melihat tumpukan barang yang melewati kepalanya.

"Jangan mengeluh, kau harusnya bersyukur para pembantuku sampai harus keletihan untuk mengemas semua barang-barang ini! Mereka semua terpaksa aku liburkan karena sudah bekerja 3 hari tanpa istirahat, jadi sekarang adalah tugas kita" ucap Zein mengangkat 2 barang yang sudah berbentuk tas kotak tersebut.

"Jadi bagaimana dengan ka...lian??" Riyan kaget melihat teman-temannya sudah keluar membawa barang-barang itu. Para pria langsung mengangkat 2 bingkisan sedangkan yang wanita hanya mampu mengangkat 1 bingkisan karena cukup berat.

"Talk Less Do More Riyan,,," Teriak Yogi sambil membawa dua barang dengan gagah melewati Aurelia.

"Dasar tukang pamer!!!" Ucap Beni mengikut dibelakang Yogi.

"Bisakah kita kerja dengan benar?" ucap Rinto sembari membawa 3 barang yang berada di kedua tangannya dan satu di kepalanya.

"Kau sangat cocok dengan pekerjaan seperti ini yah to..." ucap Emi dengan susah payah menggendong barangnya.

"Akhirnya tenaga preman itu bisa dipakai ditempat yang benar!" Adora dan Feby tertawa mengingat bagaimana kenakalan Rinto yang sebenarnya.

"Aku butuh bantuan disini..." Akiko yang terbiasa dimanjakan cukup asing dengan pekerjaan berat seperti itu.

"Biar kita membawanya berdua, setidaknya kita bisa melakukan apa yang bisa kita lakukan!" ucap Gina langsung menyambar barang Akiko dan menopangnya bersama-sama.

"Arigatouuu" Akiko terharu dengan bantuan dari Gina.

"Ayo kita berlomba!!!" Gani berlari dengan penuh semangat melewati mereka semua.

"Dasar bodoh, kau akan cepat capek jika bekerja dengan cara seperti itu! Aurelia berkata dengan dingin.

"Biarkan saja, mereka pasti sangat senang bisa melakukan pekerjaan yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya!" Karin tersenyum melihat tingkah Gani yang penuh semangat.

"Beri aku jalan!!" Ryu meminta dengan lembut karena Karin dan Aurelia menutup jalan ia lewat.

"Dia benar-benar laki-laki sejati!!!" ucap Aurelia memuji kekuatan Ryu yang langsung membawa 4 di kedua tangannya.

"Dimana Alisya dan Adith? kenapa dua sejoli itu meninggalkan kita disini? jangan jangan..." Adora mulai bereskpestasi dengan liar.

"Mereka mendapat pekerjaan yang lebih berat dibanding dengan apa yang sedang kita lakukan sekarang!" Terang Karin sambil tersenyum membayangkan bagaimana wajah Alisya melihat banyaknya anak-anak yang harus dia urus.

"Maksud kamu?" Aurelia tak paham maksud dari Karin.

"Mereka harus mengatur anak-anak Yatim!" ucapan Karin seketika membuat mereka tersenyum simpul memahami derita yang sedang dihadapi oleh keduanya.

Melihat semangat teman-temannya, Riyan dengan segera mengambil 2 barang dengan penuh semangat dan segera berlari menuju ketempat pembagian.

Ryu dan Karin yang terlebih dahulu kembali dari pengantaran pertama. Keduanya sangat serius memisahkan beberapa barang serta menurunkan barang-barang yang berada pada ketinggian untuk mempermudah teman-temannya.

Karin terlihat sedikit kesulitan saat akan mengambil barang yang berada ditumpukkan paling atas karena terkait oleh paku. Melihat barang itu berada di rak paling atas, Karin mencari cara dan menemukan ide setelah melihat rak barang itu yang saling berhadapan satu sama lainnya.

Karin dengan segera melompat dari satu rak yang berada disebelah kiri lalu ke rak lain yang berada disebelah kanan dengan lihai dan ringan. Dan dengan satu tenaga dorongan keatas, ia berhasil meraih bingkisan paling atas tanpa masalah. Lalu ia mendarat dengan sempurna bersama bingkisan yang cukup berat ditangannya.

"Ah.. ini jadi sobek, sepertinya aku menariknya terlalu keras!" Karin melihat sobekan yang cukup besar pada bingkisan yang ia ambil.

Rak tempat Karin menarik barang tersebut seketika bergoyang karena Karin menariknya terlalu keras sedang tumpukan bagian bawah sudah kosong hanya menyisakan tumpukkan di beberapa rak diatasnya sehingga keseimbangan dari rak tersebut goyah.

Karin yang tidak menyadari itu dengan santai membetulkan sobekan bingkisan yang berada ditangannya lalu sedetik kemudian dari tempatnya duduk, ia melihat kaki rak-rak itu patah. Saat ia menoleh keatas barang-barang dengan segera berjatuhan menindihnya.

Ia berusaha berdiri dari tempatnya untuk menghindar namun tiba-tiba saja sesuatu jatuh menimpanya dengan sangat keras. Karena merasakan bahaya Karin dengan refleks melindungi kepalanya dan menutup rapat-rapat matanya.