Chapter 168 - Sampah memang cocok dengan Sampah

"Sepertinya aku harus menunjukkan sesuatu untuk membuka matamu!" tegas Yona dengan senyuman liciknya.

"Membuka mataku? harusnya aku yang bilang seperti itu padamu, aku adalah seorang anak dari petinggi sebuah perusahaan ternama sedangkan dirimu tak lebih hanya sekedar mendapatkan sedikit bantuan untuk.. puhhaha.. berpakaian seperti ini" ucap Jody dengan nada menghina.

"Kau benar, jika bukan karena mereka aku mungkin takkan sadar kalau aku bisa lebih dari apa yang kau inginkan. Jika bukan karena mereka juga maka aku takkan pernah mengetahui tentang siapa diriku sebenarnya dan bagaimana aku seharusnya. Untuk itu aku ingin berterimakasih denganmu, Terimakasih karena sudah mempertemukan aku dengan mereka." Yona masih bersikap santai dengan hinaan Jody.

"Pergilah dari sini, kau tak pantas berada di tempat ini. Selain itu kau bahkan tidak tahu malu masuk kedalam tempat ini tanpa mendapat undangannya!" Jody mendorong bahu Yona dengan kasar karena sebal Yona terus saja menyikapinya dengan santai.

"Hei Bro.. tidak kau pikir sikapmu terlalu berlebihan kepada seorang perempuan?" Riyan segera maju geram dengan sikap kasar Jody.

"Hentikan, kau lihat Yona hanya tersenyum dengan itu? itu artinya dia sudah merencanakan sesuatu!" terang Adith menghentikan langkah Riyan.

"Sepertinya ini akan semakin menarik!" ucap Alisya dan Karin bersamaan. Mereka tak sabar melihat kejutan apa yang akan diberikan oleh Yona dalam pertunjukkan kali ini.

"huuuhhh,,, tadinya aku memberikanmu kesempatan namun sepertinya hatimu sudah terisi oleh Jin sehingga matamu juga hatimu tak mampu melihat dan merasa dengan baik!" ucap Yona dengan senyumannya yang manis.

"Baiklah... karena kamu selalu membanggakan masalah kedudukan orang tuamu dan mengambil nama atasnya maka aku juga perlu mengatakan tentang hal ini padamu. Namaku yang sebenarnya adalah Zinandria Velyona Bisma. Seorang anak pemilik perusahaan dimana ayahmu bekerja karena dikenalkan oleh Zein. Awalnya aku tak mengetahuinya namun ketika mendengar informasi dari Adith dan Riyan, aku langsung menelpon ayahku untuk mencari tahu dan ternyata benar." terang Yona yang membuat Adith dan Riyan menatap Zein dengan pandangan tajam.

Mereka tak menduga kalau cewek lusuh yang mereka temui sudah membuat mereka salah paham hanya karena pakaian yang dikenakannya. Yona dengan jelas melemparkan sebuah kenyataan pahit dimuka Jody namun Jody merasa tak yakin dengan apa yang sudah dikatakan oleh Yona.

"Kau pikir kau bisa mempermainkanku? puhahaaha hei lihat, ada seorang cewek miskin yang seketika mengakui dirinya seorang kaya hanya karena orang lain telah merubah penampilannya lucu sekali." teriak Jody kepada semua orang yang hanya mendapat tawaan menghina dari teman-temannya.

"Sampah memang sangat cocok dengan sampah!!!" ucap Yona tersenyum menghina karena Jody hanya mendapat perhatian dari teman-temannya saja sedang yang lain sudah menatap jengkel pada dirinya.

Jody yang marah mendengar kalimat Yona dengan segera melayangkan tamparannya kearah pipi Yona. Yona hanya menatap dengan datar tanpa berekspresi ataupun menghindari tamparan yang dilayangkan oleh Jody.

"Lepaskan!!! apa yang kau lakukan Zein? aku harus beri pelajaran pada wanita ini untuk menyadarkannya." Bentak Jody kepada Zein yang sudah menghentikan tangan Jody.

"Oh ayolah, kau hanya akan semakin mempersulit dirimu! Aku sedang menyelamatkanmu sekarang mengingat kebaikan hati ayahmu!" Tegas Zein langsung menepis tangan Jody dengan kuat.

"Apa maksudmu dengan menyelamatkan aku?" Jody melirik kearah Yona dan melihat bahwa Adith, Riyan serta Ryu sudah berada lebih dekat kesisi Yona yang membuatnya berpikir bahwa mungkin saja ia akan dihajar balik oleh mereka.

"Oh tidak, tidak, tidak, bukan mereka yang membuatku menyelamatkanmu tapi dia!" tunjuk Zein kepada Yona dengan penuh penghargaan.

"Aku tak paham apa.." tepat saat itu handphone miliknya berdering dengan sangat keras.

"Apa yang sudah kau lakukan sampai aku harus mendapatkan peringatan keras dari atasanku?" bentak seseorang dari balik telepon.

"Haaaahh? apa sih Yah... baru telpon sudah marah-marah!" Jody masih belum menyadari situasinya.

"Kau tau kalau orang yang sudah kau permainkan adalah anak dari CEO tempat ayah bekerja? aku sudah memberikanmu peringatan untuk tidak bermain-main dengan perempuan dan fokus dengan sekolahmu dan sekarang kau malah menyakiti hati orang lain apa lagi orang itu adalah... hhhhhh, mulai saat ini aku akan menarik semua fasilitas yang kuberikan padamu." Ayah Jody seolah tak mampu melanjutkan lagi kata-katanya dan langsung memberikan peringatan keras kepada adanya.

Dengan tatapan pucat dia memandang kearah Yona. Terlalu besar rasa gengsi yang dimilikinya sehingga ia masih tak sudi untuk meminta maaf kepada Yona.

"Ayo kita pergi sekarang!!!" ajaknya kepada teman temannya. Mereka segera pergi dan keluar dari tempat itu masih dengan pandangan dendam.

"Apa yang sedang terjadi?" tanya Emi melihat mereka pergi begitu saja.

"Sepertinya mereka sudah mendapatkan balasannya." ucap Gina melihat ekspresi kelam diwajah Jody yang masih tak terima akan perlakuan dari Yona.

"Wow,, hebat kau benar-benar hebat!!!" Adora datang menghampiri Yona dengan penuh semangat.

"Tidak, aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan sudah sejak lama!" jawab Yona malu-malu.

"Kami tak menyangka kalau ternyata kau orang yang cukup..." Alisya hanya menaikkan sebelah keningnya.

"Ya benar, semua orang memang selalu salah paham terhadap penampilan luar ku. Bukannya aku bermaksud untuk membohongi semua orang tapi aku hanya tak ingin menampilkan kemewahan yang bukan dari kerja kerasku sendiri. Lagi pula berpakaian sederhana dan apa adanya lebih nyaman dan aman ketimbang berpakaian yang mewah. Indonesia saat ini memiliki tingkat kriminalitas yang cukup tinggi karena sebagian dari individu selalu saja mengutamakan penampilan luar dan memberikan kesempatan untuk pelaku kejahatan melakukan aksinya!" jelas Yona panjang lebar kepada mereka semua.

"Kau lebih dewasa dari yang terlihat!" senyum Karin mengangumi pola pikir dari Yona.

"Lalu jika benar kau anak dari perusahaan Bisma, kenapa kau tak masuk ke sekolah SMA Cendekia Indonesia dan malah memilih sekolah lain?" tanya Yogi penasaran.

"SMA Cendekia Indonesia memang sekolah yang sangat menjadi incaran oleh banyak orang dari kalangan bawah lewat beasiswa sampai dengan kalangan atas lewat usaha mereka atau ayah mereka, namun aku lebih memilih SMA Harapan Jakarta yang lebih dekat dan tak sesibuk sekolah itu agar bisa selalu sedia merawat ibuku yang kondisinya semakin memburuk!" senyuman pahit Yona terukir jelas diwajahnya.

Mereka akhirnya paham mengapa Yona terlihat sangat sederhana dan biasa saja, itu karena ia lebih memilih memusatkan perhatiannya merawat ibunya. Dia yang selama ini selalu meras tertekan dan sendirian akhirnya merasakan sandaran berkat Jody namun ternyata yang dia dapatkan tidak seperti hayalannya.

"Tapi seperti yang kalian bilang, tidak ada salahnya berpakaian seperti ini! Aku rasa ibuku akan sangat senang melihatku berpakaian seperti ini" Yona tersenyum puas sembari membolak balikkan tubuhnya untuk memuji penampilannya.

"Yup! Kamu sangat cantik dengan pakaian seperti itu, dan aku rasa ia lebih sangat bahagia jika dia melihatmu tersenyum dengan penuh bahagia seperti saat ini" ucap Alisya memberikan motivasi kepada Yona.

"Kakak benar, karena selalu takut akan kehilangan ibu. Aku jadi semakin lupa untuk tersenyum dan selalu murung setiap kali berhadapan dengannya. Ummm.. sebaiknya aku pulang sekarang, aku ingin segera menunjukkan ini pada ibu" Yona segera beranjak pergi meninggalkan mereka.

"Biarkan kami mengantarmu!!!" Teriak Riyan menawarkan bantuan.

"Tidak perlu aku bisa sendiri, Oh iya,, Terimakasih banyak! Aku tidak akan pernah melupakan kalian... Sampai jumpa!!!" Teriak Yona setelah berhenti sesaat untuk mengucapkan terimakasih dan menghilang dengan cepat.