Chapter 238 - Satu Putaran

Malam menjelang, mereka semua berada pada kamar yang berbeda namun dihubungkan oleh pintu yang sama dimana pada satu pintu terdapat 2 ruang kamar didalamnya.

Pada kamar nomor 1, Adith sekamar dengan Ryu disebelahnya terdapat Zein yang sekamar dengan Riyan. Sedang dikamar nomor 2, Rinto sekamar dengan Yogi dan disebelahnya lagi ada Beni yang sekamar dengan Gani.

Merasa bosan, Adith langung menuju keluar karena malam hari tak ada kegiatan yang dilaksanakan sehingga para peserta bisa memanfaatkan waktu untuk sekedar bermain dengan yang lainnya atau beristirahat didalam kamar dengan nyaman.

Setelah cukup berkeliling, Adith melihat seseorang sedang bermain basket pada area samping gedung resort yang hanya memiliki area setengah lapangan saja. Setelah semakin mendekat, Adith mengenali sosok yang sedang bermain basket tersebut.

"Aku pikir siapa yang sedang mengdribel bola dengan sangat kuat." Adith bersandar pada dinding sembari memperhatikan Arka yang sedang bermain basket dengan lihainya.

Melihat Adith disana, ia dengan cepat melempar bola itu kearah Adith yang dapat ditangkap oleh Adith dengan mudahnya.

"Bagaimana kalau satu putaran?" tantang Arka kepada Adith saat ia sudah dipenuhi oleh peluh. Adith segera masuk kedalam sembari se sekali membanting bola basket itu ke lantai dengan malas.

"Dari mana kau mendapatkan ini?" tanya Adith tak mengira kalau akan ada Bola basket disana.

"Aku sendiri yang membawanya dari rumah. Aku sangat suka bermain basket sehingga tanpa sadar bola itu juga aku masukkan sewaktu akan berangkat kesini." Arka segera memasang posisi defense saat Adith sudah siap melakukan dribble untuk menembus dirinya.

"Lalu apa yang membuatmu bermain basket di tempat ini?" tanya Adith memulai posisi menyerangnya yang dengan cepat bermain taktik dengan melakukan pola zig-zag saat menggiring bola, Adith berhasil memasukkan bola kedalam keranjang setelah melakukan lay up.

"Aku hanya merasa sedikit bosan berada di dalam kamar sehingga sedang mencari udara segar." berganti posisi dengan Adith yang berada pada posisi defense dan Arka yang menyerang membuat Arka cukup sulit untuk menembus pertahanan Adith sehingga saat ia memaksakan diri untuk Shooting, bolanya memantul dengan keras mengenai bibir ring.

"Yah... meskipun aku tau kau sudah membawa bola ini, melihat kau bermain dengan sangat serius membuatku berpikir bahwa ada hal lain yang sedang menganggumu sekarang." ucap Adith sambil melakukan Bouncepass dengan cepat dari tangan kiri ke tangan kanannya untuk mengelabuhi Arka yang sekali lagi ia bisa melewati pertahanannya dengan mudah.

"Kau benar-benar seperti yang mereka katakan. Kemampuan mu dalam menganalisis lawan benar-benar tak bisa dipahami." Arka mendribbel bola dengan cepat sudah merasa cukup panas untuk menunjukkan kemampuannya. Super dribbelnya memberikan bunyi yang cukup kuat pada lantai karena benturannya dengan bola.

"Dan apa yang mereka katakan tentangmu yang sudah bertunangan dengan Yumna menjadi topik panas pada hari pertama." Adith mencoba merebut bola dengan sedikit memberikan tekanan pada Arka.

"hahahaha... hhhh,,, aku sangat bangga dengan hal itu. Dengan begitu, Aku ataupun Yumna menjadi lebih terlindungi dengan tidak ada satupun wanita yang medekatiku begitupula dengan Yumna." Arka berhasil melewati Adith setelah memperlebar jarak antara dia dengan tubuh Adith yang dengan cepat ia ubah haluan lalu melakukan shooting dengan mudah.

"Aku salut dengan keberanianmu mengambil langkah tersebut. Tidak mudah bagi seorang yang masih muda mengambil jalan seperti itu." terang Adith sambil terus berusaha mengelabui Arka yang kecepatannya semakin meningkat.

"Aku punya alasan dibalik itu semua, cukup panjang ceritanya sampai pada akhirnya pilihanku mantap untuk melangsungkan hal tesebut." Adith dengan cepat melakukan pivot dengan bertumpu pada satu kakinya sebagai poros untuk memutar tubuhnya. Adith sekali lagi berhasil memasukkan bola kekeranjang setelah cukup kuat memberikan dorongan pada tubuh Arka.

Kelelahan, Arka yang sudah bermain sejak awal pada akhirnya kalah dari Adith. Mereka berdua langsung terbaring kelantai karena kelelahan. Adith yang belum pernah bermain secara maksimal kali ini sedang berhadapan dengan lawan yang cukup berat sehingga ia juga terlihat basah kuyup karena keringatnya yang mengucur deras.

"Apa yang sudah kau rencanakan?" tanya Arka setelah cukup lama mereka mengambil nafas.

"Maksudmu?" Adith tak yakin akan apa yang sedang dimaksudkan oleh Arka.

"Alisya, Terlihat jelas dari caramu memandangnya itu menandakan bahwa Alisya adalah orang yang saat ini bertahta dihatimu. Aku memang mendengar banyak hal mengenai sikap cuek dan dinginmu kepada perempuan, tapi sepertinya itu tidak berlaku bagi Alisya." terang Arka menoleh ke arah Adith yang sedang berabring disampingnya.

Adith terdiam beberapa saat meresapi apa yang sudah terjadi sejak pertama kali ia bertemu dengan Alisya.

"Sampai saat ini aku masih belum yakin akan apa yang akan aku lakukan kedepannya. Aku juga belum yakin dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Alisya saat ini tapi yang pasti aku ingin berada disampingnya dan melindunginya." Ucap Adith sembari bangkit dan duduk ditempatnya.

"Dari suaramu yang berat, aku merasakan kalau kehidupan yang sedang kalian berdua jalani saat ini sangat berat dan rumit. Meski begitu, ikatan diantara kalian terlihat sangat erat satu sama lainnya. Tetapi masih banyak keraguan didalamnya." Arkapun bangkit dan duduk dengan nyaman disamping Adith yang sudah bertumpu pada tangannya memandang lurus kearah langit yang menghitam.

"Banyak hal yang harus kami hadapi kedepannya. Dia yang Sekarang dan aku yang sekarang masih sama-sama belum bisa menghadapi kenyataan yang sebenarnya. Aku dan dia sama-sama memiliki trauma yang berasal dari masalalu kami yang masih sangat sulit untuk kami lupakan." Terang Adith dengan senyuman yang terlihat putus asa.

"Apa kau percaya padanya?" tanya Arka memandang Adith dengan tatapan serius. Perntanyaan yang dilontarkan oleh Arka sengaja ingin memacing rasa percaya diri Adith terhadap perasaan yang dimilikinya saat ini.

"Tentu saja aku percaya padanya." Ucap Adith mantap dan penuh percaya diri terhadap apa yang sedang dikatakannya.

"Maka itu sudah cukup!. Seperti kamu yang percaya dengan Alisya, maka Alisya juga sama. Aku mengatakannya bukan karena semata-mata ingin menghibur dirimu melainkan karena aku bisa melihat ada kamu di mata Alisya. Aku bisa merasakan ikatan kalian yang bahkan tidak sebanding dengan ikatan perasaan yang aku miliki dengan Yumna. Kalian sudah memulainya sejak kecil, dan aku rasa itu sudah cukup untuk kalian saling mempercayai satu sama lainnya." Terang Arka Panjang lebar.

"Tapi hanya aku yang sadar akan ikatan yang sudah lama ini berlangsung. Alisya yang trauma masih belum bisa mengembalikan ingatannya akan masa lalu." Adith menarik nafas dalam.

Dari ucapan Adith, akhirnya Arka paham akan kegundahan hatinya.