Chapter 240 - 120 %

Setelah pertunjukan Adith selesai, Adith segera keruang ganti untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian yang jauh lebih nyaman. Alisya dan yang lainnya terus melanjutkan menonton pertunjukkan seni dimana Akiko, Adora, Feby dan Emi sudah siap untuk melakukan pertunjukan tari.

Setelah kepergian Adith, Alisya masih tak bisa memfokuskan fikirannya karena nyanyian dan ekspresi wajah Adith saat berjalan mendatanginya. Melihat teman-temannya yang masih asik menonton sekaligus mendukung teman-temannya dengan penuh semangat.

"Umhhh,,, kepalaku rasanya sakit sekali, siapa anak kecil dalam ingatanku itu? dimana aku melihatnya?" Alisya keluar dengan kepala yang sakit dan linglung. Pikirannya dipenuhi akan semua ingatan yang dirasanya agak asing.

Seorang anak kecil yang terus saja ia kejar dan ia datangi, anak kecil yang selalu saja ia tolong setiap kali anak itu terjatuh dan terluka, setiap kali ia berhadapan dengan anak-anak lain yang menganggunya, si anak kecil yang sudah memikat hatinya.

"Pokoknya aku akan menjadi istrimu saat besar nanti." ucap si anak kecil dengan lantang.

Alisya lunglai seolah mendengar kalimat itu secara langsung keluar dari kepalanya. Hatinya sakit dan pedih saat sekali lagi mengingat itu semua.

Penanda yang berada di jam tangan Karin tidak dilihat olehnya karena terlalu asik menonton pertunjukan teman-temannya. Sedangkan Adith yang sudah selesai berganti pakaian pun tak sengaja melupakan handphonenya yang ia masukkan kedalam baju jas nya sehingga keduanya tak ada satupun yang sadar akan tanda vital yang digetarkan oleh alat mereka masing-masing.

"Kau baik-baik saja?" Zein sudah memegang lengannya yang hampir terjatuh.

"Aku tak tahu, kepalaku rasanya sakit sekali." Ucap Alisya sambil terus memperbaiki posisinya dengan tidak memberatkan tubuhnya kearah Zein.

"Apakah kau membutuhkan sesuatu?" tanya Zein yang bingung melihat kondisi Alisya seperti itu.

Rasa sesak dan sakit dikepalanya membuat Alisya merasakan tekanan yang sangat kuat pada telinganya yang entah kenapa dia yang sudah memakai alat peredam Adith masih bisa mendengarkan semua suara yang ada didalam gedung seni tersebut dengan sangat jelas.

Telinga Alisya berdengung yang membuatnya semakin tak nyaman dan jam tangannya berbunyi dengan sangat kencang. Zein yang melihat tanda pada jam tangan Alisya yang sudah melebihi 120 % tersebut semakin bingung dengan terus berusaha menghubungi Karin ataupun Adith.

"Karin, mana Alisya? bukannya tadi kalian bersama-sama disini?" Adith yang bingung tak melihat keberadaan Alisya disamping Karin segera mencarinya ditengah keramaian orang yang sedang menonton dengan heboh.

"Aku pikir dia ada disini tadi, Zein sama Ryu juga nggak ada!" Karin segera mencari kesana kemari berharap menemukan mereka bertiga.

"Ada apa?" tanya Riyan yang baru keluar dari ruang ganti bersama dengan Beni dan juga Yogi.

"Sejak kapan mereka tak ada? aku bahkan tak menyadari kepergian mereka!" ucap Rinto juga kaget karena tak menyadari kepergian Alisyam Zein dan juga Ryu.

"Maaf, aku juga tidak memperhatikan kepergian mereka." ucap Yumna yang segera menoleh ke arah Arka bertanya dengan tatapan matanya.

"Sama! sepertinya kita cari saja di luar. Mungkin saja dia sedang mencari udara segar." terang Arka yang dengan cepat mengajak mereka untuk keluar.

Saat Adith sedang mengambil Handphone miliknya yang berada di Jas hitam miliknya yang sebelumnya sempat dipakainya, Adith melihat panggilan telepon dari Zein sebanyak 5 kali.

"Bagaimana bisa aku tak menyadari ini?"Adith kaget saat melihat panggilan dari Zein tersebut.

"Ada apa?" tanya Karin melihat wajah tegang dari Adith.

"Zein sudah mencoba menghubungiku beberapa saat lalu, tapi aku tak menyadarinya." Tegas Adith mencoba untuk menelpon balik Zein.

Deringan pertama Zein tidak mengangkat telepon dari Adith hingga sampai pada akhir deringan dan Zein masih belum menyadari panggilan dari Adith.

"Jleb....." sebuah jarum yang ditusukkan pada leher Alisya membuat Zein kaget. Namun setelah ia menoleh ia melihat Ryu yang sudah menekan kuat suntikan itu dan membantu Alisya untuk duduk dengan nyaman.

"Apa yang sudah kau lakukan? dan dari mana kau mendapatkan itu?" tanya Zein yang bingung dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Ryu kepada Alisya. Namun melihat kondisi Alisya yang secara berangsur-angsur mulai membaik membuat Zein sedikit menurunkan rasa khawatirnya.

"Suntikan penenang yang ayah Karin buat khusus untuk Alisya. Alisya memiliki trauma mental yang aku pikir itu takkan pernah muncul kembali, namum untuk berjaga-jaga aku meminta beberapa suntikan kepada Karin. Saat ini mereka takkan bisa mendengarkan panggilan teleponmu karena masih terfokus dengan pertunjukan tarian yang dialakukan oleh Adora dan yang lainnya." Jelas Ryu yang dengan cepat memberikan botol minuman miliknya.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Ryu yang tertuduk dihadapan Alisya yang tertunduk masih mencoba menemukan kesadarannya. Suntikan Ryu secara perlahan memang memberikan rasa tenang pada emosi Alisya namun tidak menghilangkan rasa sakit dikepalanya dan rasa sesak didadanya.

Handphone milik Zein kembali bergetar yang membuatnya dengan cepat mengangkat telepon yang sekilas bisa ia lihat itu dari Adith.

"Dith... Alisya..." Zein bingun bagaimana menjelaskan kondisi Alisya yang saat ini sedang berada dihadapannya.

"Dimana kalian?" tanya Adith cepat menerobos kerumunan semua orang. Karin yang melihat wajah serius Adith seketika dengan cepat mengikutinya dari belakang setelah menyuruh Riyan dan yang lainnya untuk tetap berada disana agar tidak membuat yang lain khawatir.

Yumna dan Arka yang semula ingin ikut, memutuskan untuk memberikan mereka ruang dan terus mendukung teman-teman sekolahnya.

"Sepertinya kau ingin ikut bersama mereka." tanya Arka melihat wajah khawatir dari ekspresi yang timbul di wajah Yumna.

"Tidak, meskipun aku sangat mengkhawatirkan Alisya, melihat hanya Adith dan Karin yang mengarah kesana membuatku berpikir bahwa ini mungkin bukan saat yang tepat jika kita berada disana." terang Yumna dengan tersenyum kecut.

Meski Yumna baru mengenal Alisya dalam waktu 2 hari ini, ia merasa sudah cukup akrab dengan mereka sehingga ia juga merasakan khawatir kepada Alisya. Namun bagi dia ada batasan bagi mereka yang baru bersama untuk terlibat lebih dalam sehingga ia memilih untuk tetap berada disana.

"Kau baik-baik saja?" tanya Adith yang sudah duduk berjongkok dihadapan Alisya dengan ekpresi yang sangat khawatir.

"Siapa dirimu sebenarnya Adith? Kenapa aku merasa bahwa kau adalah orang yang sudah lama aku kenali sejak dulu? Kenapa kau terasa begitu dekat dan akrab melebihi ini sebelumnya?" batin Alisya memikirkan semua kejadian-kejadian dimana Adith selalu memberinya sebuah tanda dalam setia tindakannya tepat seperti yang ia lakukan sewaktu di Festifal Hokaido.

Melihat wajah Adith, Alisya hanya tersenyum mengangguk pelan. Alisya merasa bahwa ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Adith sehingga ia memutuskan untuk mencarinya sendiri.