Chapter 316 - Akiko Uehara

Setelah selesai acara inti, mereka saling bercengkrama satu sama lainnya sambil mencicipi hidangan serta bersilaturahmi dengan semua anggota karyawan kakeknya.

Nenek Alisya sangat bahagia melihat keluarga mereka yang belasan tahun terpisah dan berantakan itu akhirnya bersatu kembali serta bisa bersama merasakan moment berharga itu kembali.

Ia tanpa sadar membuat Alisya berkeliling dari satu kolega ke koleganya yang lain untuk mengenal kan Alisya. Rasa bangga karena akhirnya Alisya sudah membuka diri membuatnya sangat bahagia.

"Pergilah bersama teman-teman mu. Aku akan menemani ibu Adith bersama yang lainnya disana." ucap neneknya melepas Alisya yang terlihat kelelahan.

Alisya mencium neneknya cepat dan segera beranjak pergi menuju Karin dan yang lainnya tak jauh dari sana.

"Maaf saya terlambat." Ayah Karin segera menyapa nenek Alisya yang terlihat duduk bersama dengan ibu Adith.

"Ya ampun Hady, kau hampir saja membuat Alisya kecewa. Sapalah anak itu, kau tau kan kalau dia merajuk satu rumah yang di musuhinya." ucap nenek Alisya mengetahui betapa Hady adalah orang yang sudah menjadi pengganti sosok ayahnya selama ini.

"Maaf ma, Aku harus menarik telinga mereka berdua untuk bisa sampai kesini." Ibu Karin menyalami nenek Alisya dengan mencium pipinya di kiri dan kanannya.

"Tentu, kalian bisa kembali melanjutkan gosip kalian. Oh iya kalau bisa tolong panasi telinga anak badung itu sekalian." tunjuk Ayah Karin kepada Karan yang berjalan masuk menghampiri nenek Alisya.

"Tentu saja, itu masalah kecil buat kami." ucap Ibu Adith dengan tatapan tajam kepada Karan paham akan maksud dari Ayah Karin.

"Kau itu ada-ada saja!" pukul istrinya gemas.

"Oke, aku serahkan dia pada kalian. Aku akan menemui Quenby ku tersayang." Ayah Karin segera memberikan kepalan tinjunya kepada nenek Alisya dan menyerahkan urusan Karan kepada para ibu-ibu tersebut.

Untuk urusan memanas manasi, memang para ibu-ibu memiliki tekhnik tersendiri untuk mengangkat lidah mereka yang bahkan mampu mengguncangkan sebuah negara karena kelenturannya.

"Kapan kalian menyediakan ini semua?" tanya kepada teman-temannya dengan pandangan takjub.

"Tentu saja tadi." ucap Aurelia singkat dengan senyuman puas.

"Kami melakukannya hanya mengikuti arahan dari Adith saja. Kau kan baru memberitahu kami mengenai acara pertunangan kalian, tapi tak ku sangka Adith mampu memimpin kami dengan baik." Adora memeluk Feby karena senang berhasil melakukannya.

"Kami hanya melakukan satu kali latihan tepat sebelum kami kemari. Dan aku tak mengira hasilnya bisa se lumayan ini." Karin melirik ke arah Alisya yang kemudian memberinya kode untuk menoleh ke belakangnya.

"Hai sayang, maaf aku telat. Terlalu banyak yang harus di urus makanya aku dan bibimu baru sempat datang sekarang." ucapnya sembari melirik ke arah istrinya di sebelah dirinya.

"Kami janji, untuk acara nikahan kalian kami usahakan agar datang tepat waktu." seru ibu Karin tersenyum hangat membelai pipi Alisya lembut.

"Tidak apa kok, dengan kehadiran kalian saat ini sudah sangat membuatku senang." ucap Alisya dengan tatapan berbinar binar.

"Kau sudah semakin dewasa rupanya. Kapan putriku yang seorang lagi bisa seperti dirimu." singgung Ayah Karin kepada Karin yang berada disebelah Alisya.

"Sepertinya diriku masih di sebut, aku pikir mereka sudah mengganti putri mereka." goda Karin kepada kedua orangtuanya.

"Pulang lah lebih cepat malam ini, aku sudah menyediakan hidangan spesial yang dapat membuat mulutmu berbusa hanya dalam satu detik." senyum ibu Karin sembari mencubit pipi anaknya dengan gemas.

Semua teman-temannya merinding mendengar ucapan Ibu Karin yang begitu sadis namun memasang ekspresi yang datar bahkan dengan senyuman yang sangat manis.

"Kamu pasti Akiko kan?" ucap Ibu Karin saat melihat Akiko yang terlihat berbeda berada di sekitar mereka yang berwajah Indonesia.

"Ah iya, nama saya Akiko Uehara. Saya cucu dari adik kakek Alisya." Akiko dengan cepat melangkah ke depan untuk memperkenalkan diri.

"Ternyata benar, ikutlah bersamaku!" senyum ibunya tipis dengan cepat ingin membawa pergi Akiko dari sana.

"Apa yang ingin kau lakukan dengannya?" tanya Ayah Karin bingung dengan apa yang ingin di lakukan istrinya.

"Jangan merusak kepolosan anak ini ma!" ucap Karin menahan ibunya untuk membawa Karin.

"Aku rasa sebaiknya dia tetap bersama kami saja." tambah Alisya lagi memasang ekspresi takut dan paniknya.

Adora dan yang lainnya menjadi sangat takut melihat tingkah Alisya dan Karin yang berusaha untuk menyelamatkan Akiko. Mereka bisa menebak semenakutkan apa ibu Karin dengan suaminya yang juga berusaha menyelamatkan Karin.

Ibu Karin langsung menggetok kepala Alisya dan Karin dengan gemas.

"Berhentilah membuatku seperti orang jahat." bentaknya kesal dengan acting kedua putri evil nya tersebut.

Alisya dan Karin hanya tertawa pelan bersama dengan ayah Karin yang segera membuat Adora dan yang lainnya bingung. Sedang Akiko tak tahu apa yang harus dilakukannya.

"Kau juga sama!" pukulnya kesal kepada ayah Karin.

"Ikutlah bersama Ibu ku, dia akan mengenalkan mu pada seseorang." Bisik Karin pada Akiko yang di jawab dengan anggukkan olehnya.

"Bagaimana dengan Adith?" tanya Ayah Karin melihat sekitar namun seolah tak menemukan sosoknya.

"Ayah dan Kakek sedang membanggakannya pada semua rekan bisnisnya. Aku sudah mengalami hal yang sama berkat nenek dan Karin serta yang lainnya yang menyelamatkan aku kemari." terang Alisya menunjuk ke arah Adith yang sedang mengobrol santai dengan Ayah dan Kakeknya serta beberapa orang lainnya tak jauh dari sana.

"Baiklah, sebaiknya aku kesana untuk menyapa mereka dulu." ucapnya sembari berlalu pergi mendekati mereka.

"Sepertinya Karan sedang menghadapi kesulitan terbesar dalam hidupnya." ucap Aurelia melihat ke arah Karan yang sedang di kerumuni para ibu-ibu termasuk nenek Alisya dan Ibu Adith.

"Dia pantas mendapatkan nya." ucap Karin dengan tersenyum jahat.

"Umm... Hai Alisya!" seorang perempuan mendekati Alisya dengan ragu-ragu.

Alisya mengerutkan keningnya tak tahu siapa yang berada di hadapannya saat ini.

"Aku Kanya, kita pernah bertemu dua kali di Senayan dan di acara ulang tahun Riyan." ucapnya memperkenalkan diri kepada Alisya.

"Aku ingat." Alisya masih menatap dingin kepada orang dihadapannya tersebut.

"Apa yang kau inginkan pada Alisya?" tanya Karin datar karena tak menyukai Kanya yang angkuh dan sombong tersebut.

"Tidak ada, aku kesini hanya ingin meminta maaf padamu. Sikap ku tempo hari memang bisa di bilang sangat kasar. Aku kemari tulus karena ingin meminta maaf, melihatmu membuatku berpikir bahwa kekayaan dan jabatan memang bukanlah segalanya di dunia ini." ucapnya dengan suara lembut dan kepala yang menunduk menyesali perbuatannya.

Bisa mendengar ketulusan kata-katanya dari ritme jantung Kanya, membuat Alisya jadi meluluh dan tersenyum hangat kepadanya. Mereka akhirnya berbincang-bincang dengan lebih akrab yang ternyata Kanya orang yang heboh juga.

"Apa???? Jadi kalian udah tunangan?" tanya Adora kaget.

"Kapan?" tanya Aurelia lagi.

"Dimana?" lanjut Feby.

"Kok Bisa?" tambah Emi

"Hebat!!!" seru Gina singkat.

"Ibu Riyan adalah orang yang keras. Kami bertunangan 3 hari setelah acara ulang tahunnya ketika ibu Riyan mengetahui bahwa.." Kanya terlihat ragu-ragu untuk berbicara.

"Kenapa?" tanya Karin penasaran.

"Kau tak perlu cerita jika kau tak ingin." ucap Alisya menenangkannya.

"Riyan tidak menyukaiku tetapi menyukaimu, sehingga ia memaksa Riyan untuk segera bertunangan denganku." ucap Kanya dengan tersenyum kecut.

Karin yang mendengar hal tersebut kaget dan merasa tak enak kepada Kanya yang berada di hadapannya.

"Maafkan aku, tapi aku sama sekali..." Karin berusaha untuk menjelaskan.

"Aku tau! Aku bisa melihatnya bagaimana sikapmu kepada Riyan. Aku juga tersadar saat Riyan dengan keras menolak diriku di hadapan orang tuaku dan orang tuanya. Tapi baik aku maupun Riyan tak punya pilihan lain." seru Kanya dengan suaranya yang mulai terdengar serak.

"Apa kau mencintai Riyan?" tanya Aurelia yang mulai bersimpati kepada Kanya.

"Ya, aku sangat mencintainya. Tapi karena itu pula aku semakin terluka. Saat kau mencintai seseorang dengan sepenuh hati tapi kau hanyalah orang yang sangat di bencinya, maka rasanya akan begitu menyakitkan." jelasnya tersenyum pahit.