Chapter 329 - Waxing

Emi kaget melihat semua teman-temannya berada disana. Ia tak menyangka kalau mereka semua berhasil menemukannya disana.

"Bagaimana kalian bisa menemukanku disini?" Tanyanya dengan sedikit berdesis sakit karena tamparan Mus yang melukai tepi bibirnya.

"Alisya meletakkan alat peredamnya di mobil yang kau tumpangi sehingga kami bisa melacaknya menggunakan handphone milik Adith." Jelas Karin sembari membersihkan darah yang mengalir di dagu Emi dengan sapu tangan milik Zein.

"Aku tak menyangka kalau kalian bisa berada disini." Ucap Emi lagi bersyukur dengan kehadiran mereka.

"Ryu ikat dia!" Pinta Alisya kepada Ryu yang mengarahkan kepada Mus yang tergeletak setengah sadarkan diri dan menahan sakit.

"Mereka masih belum menunjukkan padamu dimana Adikmu berada?" Tanya Adith karena tak melihat tanda-tanda keberadaan orang lain selain mereka berempat.

"Tidak, mereka membohongiku dengan mengatakan bahwa akan membebaskan adikku jika aku…." Emi tak ingin melanjutkan kata-katanya melihat ekspresi marah Alisya.

"Kau tau betapa bahayanya apa yang kau lakukan saat ini?" Tatap Alisya geram ke arah Emi.

Emi bisa memaklumi sikap amarah Alisya karena jika itu adalah dia, maka tentu ia akan merasakan hal yang sama.

"Maafkan aku Sya, bukannya aku tak ingin bercerita pada kalian, tapi aku tidak punya keberanian untuk melakukan hal tersebut." Ucap Emi tertunduk menyesali perbuatannya.

"Sudahlah, yang utama sekarang adalah menyelamatkan adikmu terlebih dahulu." Ucap Alisya cepat tak mempermasalahkan apa yang sudah dilakukan oleh Emi sebelumnya.

Setelah beberapa saat kemudian, Ryu menyiram wajah Mus untuk membangunkannya dari pingsannya. Ia duduk terikat di sebuah kursi dengan dada yang sakit akibat dari tendangan Alisya yang cukup kuat.

"Sial, berani sekali kalian mengikatku seperti ini. Kalian sudah menggali kuburan kalian sendiri! Aku takkan melepaskan kalian." Bentak Mus dengan geram saat melihat mereka hanyalah sekumpulan anak-anak SMA.

"Sepertinya kau tidak paham dengan situasimu sendiri yah, meskipun kami masih anak SMA, berhadapan dengan para biadab seperti kalian tidak akan membuatku takut." Ucap Karin dengan tatapan dingin.

"Kau, akan ku cari kau sampai ke ujung dunia dan ku buat semua keluargamu semakin menderita." Tatap Mus kepada Emi.

"Dimana Adikku? Dimana kalian mengirimnya?" Tanya Emi dengan keras.

"Hhahahaha, kau pikir dengan mengikatku seperti ini kau akan bisa menemui adikmu? Tidak akan pernah bisa!" Ucap Mus dengan tatapan meremehkan yang membuat Adit langsung marah dan meninju mukanya dengan keras.

"Harusnya kau paham betul akan situasi mu saat ini. Kami tidak sedang bermain-main denganmu." Tatapan bengis Adith yang sedari awal sudah sangat marah kepada Mus saat melihat ia melecehkan Emi tak membuat Mus bergeming karenanya.

"Apa yang bisa dilakukan oleh anak SMA seperti kalian selain dengan mengancam belaka? Hahahahaha kalian sedang bermain jadi pahlawan ha? Mus tertawa geli melihat Adith dan yang lainnya yang sedang berlagak menjadi pahlawan yang menyelamatkan teman-temannya.

Mus mengira bahwa mereka hanyalah anak SMA biasa yang takkan berani melakukan hal yang lebih nekat. Berbeda dengannya, dia bahkan bisa melakukan apa saja kepada mereka semua.

Mus berencana untuk meloloskan diri dari sana dan memberikan pelajaran berharga yang takkan pernah dilupakan oleh mereka semua.

"Kau benar-benar sedang mengira kami bermain-main? Jangan pikir hanya kalian yang bisa berbuat kejam." Riyan mencoba memberikan ancamannya kepada Mus dengan menatap tajam.

"Puffttr hahahahahha, benarkah kalau begitu aku mau lihat sampai dimana kalian bisa melakukannya." Ucapnya terus tertawa merasa lucu dengan ucapan Riyan.

"Sebaiknya kalian tau apa yang kalian lakukan, karena jika aku lolos dari sini. Aku yang akan menikmati para gadis itu hingga puas dan akan aku biarkan mayat kalian membusuk di tempat ini." Tatapnya kepada Alisya dan yang lainnya.

Adith dan dan yang lainnya yang mendengar ucapan Mus dengan cepat langsung meradang penuh amarah dan ingin menghajar Mus. Alisya yang tak ingin membiarkan teman-temannya dalam masalah atau mengotori tangan mereka langsung menendang salah seorang teman Mus jatuh dari gedung tersebut.

Mereka berada dilantai gedung ke 10 yang tentu saja orang yang jatuh dari ketinggian itu bisa mati seketika.

Mus yang melihat bagaimana temannya ditendang dengan kuat hingga terdengar jatuh dari lantai 10 tersebut membelalakkan matanya tak percaya.

"Apa aku harus membuatmu merasakan hal yang sama agar kau menyadari situasimu saat ini?" Tatapan mata Alisya yang sangat tajam dan mengarah satu tujuan padanya membuat Mus bisa merasakan ancaman sesungguhnya dari Alisya.

"Siapa anak ini? Aura membunuhnya sangat kuat sekali, aku belum pernah melihat tatapan mata seperti ini sebelumnya. Seolah dia sudah terbiasa dalam melakukan pembunuhan." Batin Mus yang bergetar hebat mendapatkan tatapan tajam dari Alisya.

"Tck, kau takkan mendapatkan apapun dariku!" Tegasnya dengan penuh percaya diri.

"Gampang, kami bisa membuatmu mengatakan semuanya!" Senyum Karin yang langsung membuat Emi merinding melihatnya.

Ryu datang dengan sebuah lakban yang ia temukan disana yang biasa digunakan oleh para pekerja bangunan untuk merekatkan sementara bangunan mereka agar bisa lebih rapat dan kuat.

"Lakban? Kalian memang hanyalah sekumpulan anak ingusan." Ucap Mus sembari cekikikan melihat alat yang digunakan oleh mereka untuk membuatnya berbicara.

"Kau tampaknya sangat meremehkan kami yah, kalau begitu bagaimana kalau kita mulai dengan level yang rendah dulu?" Tatap Rinto kepada Ryu yang sudah bersiap untuk melakukan rencana mereka.

"Buka celananya!" Ucap Adith santai yang dengan cepat Riyan dan Zein langsung membuka celana Mus hingga menyisakan boxer pendeknya.

"Apa yang ingin kalian lakukan? Kalian benar-benar sudah membuatku marah!" Ucap Mus kesal dengan perlakuan mereka.

"Kau tau Waxing kan? Kami akan memberikan terapi khusus untukmu!" Ucap Zein tertunduk mulai memasang lakban perekat tersebut ke kakinya yang penuh dengan bulu yang lebat dan panjang.

Tanpa memperdulikan racauan dari Mus, Ryu langsung menarik perekat tersebut secara perlahan dengan sedikit demi sedikit dorongan agar terbuka yang membuat Mus harus merasakan pedih yang menjalar di sekujur tubuhnya.

Akan lebih baik jika Ryu menarik dengan satu hentakkan yang dengan demikian ia bisa merasakan perih karena tarikan yang beberapa kali hentakkan tersebut.

Tampak betul kalau Mus malah semakin meradang dalam penuh amarah dengan nafas yang berat serta ia menggertakkan rahangnya dengan sangat kuat yang dapat membuat wajahnya memerah padam.

"Aku akan buat kalian menyesal karena sudah melakukan ini padaku!" Tatapnya dengan penuh amarah sembari terus berusaha mengguncangkan tubuhnya untuk bisa melepaskan diri dari ikatan. 

Alisya yang sudah tidak tahan lagi langsung mengambil sebuah besi cor yang sudah berkarat lalu ia tusukkan ke paha Mus yang menancap sangat dalam.