Chapter 346 - 5 Tahun Kemudian

Banyak wartawan sudah hadir dan menunggu di bandara menantikan kehadiran Adith yang baru saja kembali dari Amerika setelah mendapatkan penghargaan sebagai pebisnis muda sukses dan Jenius.

Penghargaan itu didapatkan oleh Adith berkat keberhasilannya dalam mengelola perusahaan Narendra dalam bidang teknologi yang mampu menciptakan berbagai macam alat teknologi mutakhir yang penjualannya langsung merajai pasar dunia. "Eh.. itu Adith datang" seru seorang wartawan yang langsung berhambur menghampiri Adith yang sedang berjalan keluar dari pintu bandara. Dengan cepat mereka segera berkumpul memadati tempat keluar Adith dengan seluruh peralatan wawancara mereka. Ratusan kilatan cahaya kamera langsung menyambut kedatangan Adith. Adith muncul dengan kemeja putih yang dibalut jas brokat abu-abu yang ia sengaja biarkan terbuka dengan kacamata bulat biru mengkilap terpasang di kantong jasnya sembari memegang sebuah tas kecil dengan branded merk ternama membuatnya terlihat begitu tampan dan menawan. Pandangan Adith yang lurus kedepan begitu tajam dan kuat. Begitu mempesona dan terlihat sangat indah di setiap langkah kakinya yang terus mendekat ke arah para wartawan tersebut. Adith berjalan dengan begitu gagah di dampingi oleh Yogi yang berada tepat di sampingnya. Yogi juga berjalan dengan Jas hitamnya yang tampak begitu elegan. Kehadiran mereka berdua memberikan Aura yang cukup kuat. "Adith, bagaimana perasaanmu setelah mendapatkan penghargaan tersebut?" tanya salah seorang wartawan. "Langkah apa yang selanjutnya akan anda lakukan setelah mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut?" Lanjut yang lainnya. "Kau adalah seorang dokter syaraf muda ternama Indonesia, bagaimana caramu membagi waktu dengan semua kegiatan perusahaan mu?" Tanya salah seorang lagi. "Karir dan usiamu yang cukup mapan, apakah kali ini kau akan menggandeng seorang wanita untuk dijadikan istri?" Lanjut yang yang lainnya lagi. Berbagai macam pertanyaan terus saja di lontarkan kepada Adith satu persatu yang mana sebagian besar dari mereka terus saja menanyakan tentang kehidupan pribadinya ketimbang penghargaan yang baru saja di raihnya. Yogi hanya tersenyum masam dengan semua pertanyaan mereka sehingga ketika melihat wajah Adith yang begitu tegas dan tatapan mata yang tajam, Adith memasang kacamatanya siap untuk menjawab pertanyaan mereka. "Penghargaan ini adalah suatu pencapaian terbesar dalam hidup saya sebagai seorang pebisnis dengan persaingan bisnis tingkat dunia tentunya." Terang Adith dengan senyuman rupawan yang melelehkan hati setiap yang melihatnya. "Meski aku seorang dokter, ini tidak menutup kesempatan bagiku untuk terus memimpin perusahaan dengan baik. Manajemen waktu dan kerja keras adalah kunci dari keselarasannya." Jelas Adith sekali lagi dengan mantap. "Kau itu penggila kerja. Bukan karena manajemen waktumu.." Batin Yogi melihat Adith dengan tatapan iba kepadanya. "Soal gandengan saat ini aku masih belum pikirkan, tapi jika saatnya tiba kalian dengan cepat akan mengetahuinya." Adith menghormat kemudian melangkah pergi tanpa memperdulikan lagi pertanyaan pertanyaan mereka selanjutnya. "Rumor tentang dirimu yang gay sudah tersebar luas karena sikap dingin terhadap wanita dan sekarang kau bekata tentang gandengan? Truk gandeng kali yang kamu maksud!" Jawab Yogi lagi di dalam hatinya. Setelah selesai menjawab, Adith segera memasang kacamatanya menunduk hormat dan berlalu pergi dari hadapan semua wartawan yang masih mendesaknya dengan berbagai macam pertanyaan. Adith cukup mengalami kesulitan saat melangkah keluar karena banyaknya wartawan dan beberapa Fans fanatiknya yang terus mengagung-agungkan namanya bahkan sampai membawa banner bertuliskan "Selamat Atas Penghargaanmu Adith". Tepat saat ia terus melangkah menuju ke arah mobilnya seseorang dengan cepat berlari menangkap seorang anak kecil yang bukannya berhasil menangkap anak tersebut, ia malah oleng karena sepatunya yang tergelincir dan menabrak Adith dengan keras. "Aduuhh.." ucapnya saat sikunya dengan keras mengenai lantai. Mereka jatuh dengan posisi terduduk dimana Adith seharusnya terjatuh dengan keras namun anehnya ia tak merasakan apapun dan hanya menatap bingung terhadap gadis muda dihadapannya tersebut. "Siapa perempuan bodoh itu?" Teriak seorang wanita kesal. "Si jelek itu beraninya membuat Adith terluka!" Bentak yang lainnya pelan. "Tamatlah riwayatnya, Adith membenci 2 hal terhadap perempuan. Satu adalah bau parfumnya dan satu lagi adalah mysophobia terhadap sentuhan langsung dari seorang perempuan." Jelas yang lainnya dengan tatapan licik. "Kalau begitu anggap saja dia sudah mendapatkan hari yang sial hari ini" senyumnya licik menatap ke arah Adith dan perempuan itu. "Mari kita lihat apa yang akan terjadi pada anak itu." Tambah yang lainnya dengan tatapan antusias karena penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. "Ah, maafkan aku, aku tak sengaja!" Ucap gadis muda yang berkacamata dengan rambut hitam legamnya yang pendek dan terlihat cupu tersebut. Adith tak menyadari saat perempuan itu sedang memegang tangannya untuk membantunya bangkit dari duduknya. "Kamu baik-baik saja?" Tanya Yogi selain terkejut karena gadis muda yang menabrak Adith tersebut, namun juga terkejut dengan Adith yang terlihat santai dengan sentuhan gadis muda itu. "Aku baik-baik saja!" Tegas Adith berdiri dari tempatnya dengan sigap. "Raly, kamu nggak pa-pa?" Seorang remaja dengan cepat menghampiri gadis muda tersebut dengan penuh perhatian. "Aku baik-baik saja, sekali lagi maafkan saya!" Ucapnya kembali beralih kepada Adith yang berada di hadapannya dengan tatapan penuh rasa bersalah. "Tidak masalah!" Ucap Adith santai yang membuat semua orang yang berada disana terkejut bukan main. "Kita pergi dari sini." Bisik Raly cepat karena tak ingin mendapatkan masalah lagi. "Tapi kak…" Raly dengan kikuk langsung menariknya dengan cepat pergi dari sana karena merasa tak nyaman. Melihat gadis muda yang pergi begitu saja membuat mereka merasa iri dengan apa yang baru saja di alaminya, entah keberuntungan yang serang berpihak kepadanya atau karena Adith yang sedang dalam mood yang sangat baik sehingga ia tidak mempermasalahkan hal tersebut. "Sial! Andai saja itu aku, apakah aku akan seberuntung dia?" Tatap salah seorang di antara mereka yang cemburu kepada gadis muda tersebut. "Anak SMA itu sangat beruntung sekali." Tambah yang lainnya setelah menatap gadis itu menghilang dari pandangannya. "Kau ingin kembali kerumah atau ke perusahaan sekarang?" tanya Yogi ketika mereka sudah berada di depan pintu mobil. "Adith? Apa kau mendengarku?" Tanya Yogi sekali lagi karena Adith tak bereaksi dan hanya terdiam. "Ke rumah sakit saja, masih ada yang harus aku kerjakan." Pinta Adith dengan ucapan dinginnya. "Oke" ucap Yogi santai langsung masuk ke kursi kemudi sedang Adith duduk di sampingnya. Meski Yogi telah menggantikan Ayahnya Pak Dimas untuk menjadi Asisten pribadi Adith, Adith tetap menjadikan Yogi sebagai sahabat dan orang yang paling ia percaya sehingga ia tidak membatasi diri ketika mereka sedang berada di luar kantor. "Apa kau butuh tisu?" Tanya Yogi saat melihat Adith terus saja memperhatikan tangannya dengan tatapan kaku. Adith hanya mengangguk pelan meski sebenarnya ia tidak begitu membutuhkan tisu tersebut. Yogi tak ingin bertanya banyak melihat ekspresi kaku Adith karena tak ingin merusak suasana hatinya. "Bagaimana keadaan Ayah saya dokter?" Tanya seorang gadis cantik kepada Adith yang baru saja keluar dari ruangan pemeriksaan Ayahnya. "Dia baik-baik saja. melihat kondisinya yang semakin membaik, sepertinya tidak ada Masalah pada saraf mata Ayahmu sehingga dia tetap akan bisa melihat dengan jelas. Kalian tidak perlu khawatir." Jawab Adith ramah dengan tersenyum hangat kepada ibu gadis tersebut tanpa menoleh kepada si anak yang bertanya kepadanya. "Terimakasih banyak dokter, terimakasih karena sudah menyelamatkan suami saya!" Ucap sang ibu dengan penuh rasa syukur. "Itu sudah tugas kami sebagai seorang dokter bu, dan berterima kasih lah kepada allah yang sudah memberikan kesembuhan. Saya hanya sebagai perantara saja." Seru Adith menepuk pundak ibu tersebut dengan lembut. Meski Adith memiliki mysophobia yang membuatnya terlihat sangat merasa jijik ketika berhadapan dengan seorang wanita, namun ia tampaknya memiliki toleransi yang cukup jika itu tak bersentuhan kulit langsung. Adith pergi meninggalkan mereka menuju ruang kantornya dan begitu masuk, ia mendapati Zein dan Riyan yang sudah duduk dengan begitu santainya.