Chapter 377 - Ciuman Adith dan Mery

Beberapa hari telah berlalu semenjak kejadian diruang meeting sebelumnya. Adith tak pernah ingin bertemu dengan Alisya dan ia selalu saja jalan bersama dengan Mery kemanapun ia pergi. Alisya paham bahwa semua yang terjadi karena Adith masih sibuk dengan proyek kerja sama mereka sehingga dia tidak begitu memikirkannya.

"Sampai kapan kau akan terus menghindar darinya?" tanya Rinto yang berjalan beriringan bersama Adith dan Yogi masuk kedalam lift.

"Aku tak menghindarinya, tapi aku memang sangat membencinya. Setiap kali melihatnya aku tak bisa mengendalikan diri untuk tak mual dan muntah memikirkan malam itu." Ucap Adith dengan suara sedingin hembusan uap Es.

"Apa kau mau mendengar saranku? Bukan saran dari seorang manajer perusahaanmu, tapi dari seorang sahabatmu." Ucap Rinto dengan sangat berhati-hati. Rinto takut kalau Adith bukannya menerima baik niatnya, malah akan menjadikannya semakin buruk.

"Huhhh, baiklah. Silahkan katakana padaku." Adith mendesah dalam namun tetap mengiyakan ucapan Rinto.

"Tanyakan pada hatimu yang paling dalam dan renungkan, apakah benar kau membencinya? Sebelumnya kau bahkan tanpa sadar jatuh cinta padanya tak peduli dia siapa dan percaya pada perkataanya yang mengatakan bahwa dia adalah istrimu." Seru Rinto dengan penuh kehati-hatian agar tidak membuat Adith tersinggung.

"Tanyakan juga pada hatimu apakah kamu mempercayai atau tidak dibanding dengan kau terus mengingat kejadian malam itu. Coba kamu pikirkan kembali, tidak kah kau berpikir bahwa apa yang terjadi pada malam itu mungkin sebenarnya memiliki sebuah alasan kuat yang tak kau ketahui?" tambah Yogi lagi ingin membuka pikiran Adith agar tak semakin berlarut-larut salah paham dan menyakiti Alisya.

"Tidak kah hatimu semakin tersakiti setiap kali kau memperlakukannya dengan kasar? Tidakkah hatimu melawan semua sikapmu saat ini? Aku harap kamu mau merenungkannya lagi." Pinta Rinto dengan tulus menepuk Pundak Adith.

"Sekarang belum terlambat, aku harap kamu bisa menenangkan diri terlebih dahulu. Kalian sudah benyak mengalami penderitaan dengan terpisah cukup lama, sekarang takdir ingin menyatukan kalian kembali. Aku harap kamu bisa memikirkan semuanya kembali." Lanjut Yogi tersenyum dengan hangat kepada Adith.

Tidak menjawab perkataan kedua sahabatnya tersebut, Adith terus berjalan dengan linglung menuju ruangannya. Disana dia terus saja memikirkan apa yang sudah dikatakan oleh ke dua sahabatanya. Pikirannya yang kalut membuat ia tanpa sadar terus mengeluarkan energi nano yang cukup kuat.

"Energi nano?" Alisya tiba-tiba bangkit dari kursinya dengan tubuh yang bergetar hebat. Ia sangat tahu betul kalau energi yang keluar itu adalah energi nano, namun untu beberapa saat ia masih tak mengetahui siapa pemilik energi tersebut.

"Ada apa? Apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba terkejut sperti itu?" tanya Yani yang juga terkejut karena Alisya yang tiba-tiba berdiri disampingnya.

"Adith?! Bagaimana besar energi sebesar ini berasal dari Adith? Sejak kapan ia seperti ini?" Alisya dengan terburu-buru berlari keluar menuju kantor Adith.

"Hei, kau mau kemana? Apa yang sedang terjadi?" teriak Vindra kaget dengan reaksi Alisya yang tampak sangat khawatir.

"Ada apa dengannya?" tanya Vindra kepada Yani sambil terus memperhatikan Alisya yang sudah menghilang dengan sangat cepat.

"Aku juga takt ahu. Baru bali ini aku melihatnya sepanik itu." Yani menjadi sangat mengkhawatirkan Alisya yang selama ini selalu bisa bersikap dengan tenang namun tiba-tiba menjadi sangat gusar tersebut.

Melihat Alisya terus menekan pintu Lift dengan sangat terburu-buru membuat Rinto dan Yogi saling berpandangan kemudian berlari menghampiri Alisya.

"Ada apa? Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat sangat panik?" tanya Yogi dengan cepat menghentikan tangan Alisya yang sudah hampir menghancurkan tombol lift karena ia menekannya dengan sangat kuat dan cepat.

"Dimana Adith?" tanya Alisya dengan tatapan yang sangat khawatir.

"Adith? Dia di kantornya. Ada apa?" tanya Rinto bingung dengan sikap Alisya.

"Kita harus kesana secepatnya. Saat ini energi nano miliknya sangat tidak stabil. Aku takut hal ini dapat dirasakan oleh mereka yang berada dalam organisasi. Kita harus menghentikannya secepatnya." Pinta Alisya cepat yang langsung membuat Rinto menarik tangan Alisya masuk ke lift khusus.

"Apa maksudmu dengan itu?" tanya Yogi begitu mereka sudah berada di dalam lift.

"Energi nano yang tak terkendali bisa menyebabkan serangan shock pada orang-orang disekitarnya jika terus berlanjut, aku pikir kalian sudah cuku tau dengan hal tersebut." Jelas Alisya sambil terus menatap ke arah lampu lantai atas tak sabar ingin sampai ke ruangan Adith.

"Kenapa kau masih terus termenung disini? Ikutlah bersamaku, aku akan membawamu kesuatu tempat." Mery masuk dan melihat Adith yang duduk bersandar di kursinya dengan aura hitam.

Mery tak bisa merasakan energi nano yang ada pada tubuh Adith sehingga ia mengira kalau Adith hanya sedang dalam mood yang kurang baik saat ini.

"Tingalkan aku sendiri, saat ini aku tak ingin kemana-mana lagi." Ucap Adith dengan desahan kuat tak bertenaga.

"Ayolah, aku hanya tinggal 3 hari lagi di Indonesia dan kau belum pernah mengajak aku keluar sama sekali. Apa kau serius akan membiarkanku seperti ini?" Mery merengek dengan manja kepada Adith.

"Baiklah, memang sebaiknya aku juga keluar. Jika tidak pikiranku akan semakin kalut jika berada disini terus." Adith akhirnya mengikuti keinginan Mery agar ia bisa menenangkan pikirannya.

Mereka berdua segera menuju ke Lift yang dengan sekilas ia melihat Alisya baru keluar dari lift yang berada di sebelahnya. Alisya yang terlalu terburu-buru membuat ia tak memperhatikan Adith yang sedang berdiri di sebelahnya.

Tak peduli dengan apa yang akan dilakukan Alisya, Adith hanya ingin menjauh darinya untuk beberapa saat untuk menenangkan diri sehingga ia acuh kemudian masuk kedalam lift bersama Mery.

"Bukankah itu Ayumi? Sepertinya dia sedang terburu-buru mencarimu." Mery yang melihat Alisya menuju ruangan Adith segera mengingatkan Adith.

"Tidak usah kau perdulikan dia!" ucap Adith memencet tombol turun. Begitu pintu lift akan tertutup, Adith mrlihat Alisya yang sudah berlari menghampirinya. Dia dengan refleks langsung memegang kepala Mery seolah-olah ingin mencium Mery.

"Maaf menganggu!" ucap Alisya menahan pintu lift tersebut agar kembali terbuka. Alisya terkejut bukan main melihat Adith sedang mencium Mery ia tertegun dan tak tahu harus bereaksi seperti apa.

Mery juga sempat bingung dan terkejut dengan apa yang sedang dilakukan Adith padanya, namun karena melihat ekspresi rumit di wajah Adith serta lirikannya kepada Alisya, Mery akhirnya paham akan apa yang sedang dilakukan oleh Adith.

"Kalau kau ingin melakukannya dengan benar, maka harusnya lakukan seperti ini." Mery menempelkan bibirnya ke bibir Adith.

Tubuh Alisya bergetar dengan sangat hebat melihat Mery seolah membalas ciuman Adith.