Chapter 378 - Aku Harap Kau Tak Mengingatku Selamanya

Adith yang mendapatkan ciuman sesungguhnya dari Mery tak menyangka kalau hal itu akan terjadi. Matanya membelalak kaget lalu dengan pelan mengatur ekspresinya begitu Mery melepaskan ciumannya. "Ah…. Ayumi, maaf aku tak mengira kau akan melihat ini." Ucap Mery sengaja ingin memancing Alisya. "Tidak, sepertinya aku yang harus meminta maaf pada kalian berdua. Kalian bisa melanjutkannya lagi." Alisya salah tingkah dengan apa yang baru saja dilihatnya. Hatinya pedih dan perih melihat Adith mencium Mery di hadapannya sendiri. Terlebih karena Adith tampak seolah biasa saja dan tak ingin menjelaskan apapun kepada Alisya. "Kau mau turun? Ikutlah bersama kami." Ajak Mery sekedar basa basi. "Oh tidak, aku hanya mengira direktur adalah Yogi. Aku salah orang, silahkan lanjutkan perjalanan kalian." Ucap melepaskan tangannya dari pintu lift. Hingga pintu itu tertutup, Adith sama sekali tak melihat ke arah Alisya. "Sebegitu besarkah kebencianmu padaku?" Gumam Alisya dengan suara serak yang perlahan mengeluarkan air matanya. Tak pernah terbayangkan olehnya akan mendapatkan perlakuan kasar dari Adith dan juga pengkhianatan seperti itu. Hati Alisya remuk membuat dadanya sesak dan tak berdaya. "Alisya…" Rinto ingin menepuk pundak Alisya namun Yogi dengan cepat menahannya. Mereka lebih memilih membiarkan Alisya sendiri, karena Yogi tau kalau Alisya tak ingin ada yang melihatnya menangis. Meski Alisya adalah seorang Kapten dari satuan khusus yang dapat membunuh orang semudah membunuh koloni semut, tapi hatinya tetaplah hati seorang perempuan yang memiliki 9 perasaan. "Mengapa kau melakukan itu?" Suara dingin Adith segera menggetarkan tubuh Mery. Mery hanya membuat praduga dan ia ternyata benar kalau Adit memiliki perasaan terhadap Alisya, namun sepertinya hubungan di antara keduanya tidak cukup baik saat ini. "Kau menyukai Ayumi dan kau ingin membuat dia cemburu bukan? Aku hanya membantumu saja" Ucap Mery dengan santai seolah tak terjadi apa-apa. "Aku menyukai siapa itu bukan urusanmu!" Tatap Adith tajam ke arah Mery. Keringat dingin mulai mengalir di seluruh tubuhnya. " Kalau begitu kenapa kau ingin memanfaatkan diriku? Aku hanya memberikan kesempatan padamu dengan memanfaatkan diriku dengan cara yang benar. Setidaknya dengan cara itu kita impas" Mery menatap balik kepada Adith dengan tegas. Adith tak bisa menyalahkan Mery sepenuhnya atas perbuatannya karena dialah yang telah terlebih dahulu memancing Mery dan memanfaatkannya. "Huhhh,,, maaf sepertinya aku tak bisa pergi bersamamu lagi." Ucap Adith begitu pintu lift terbuka. Mery melangkah keluar dan kembali menatap Adith. "Tidak masalah jika kau tak ikut, aku sudah mendapatkan hal yang lebih dari cukup untuk menggantikan kenangan indahku selama 1 bulan di Indonesia." Mery tersenyum manis dan melangkah pergi meninggalkan Adith di dalam lift. Adith kembali menutup pintu lift dengan cepat. Nafasnya memburu hebat karena ciuman yang dilakukan oleh Mery padanya. Tubuhnya bergetar hebat dan dadanya sesak serta kepalanya yang sangat berat membuat dia terus bernafas dengan berat. Dengan kaki yang linglung Adith terus berjalan menuju kantornya untuk menemukan obat penenang dan membersihkan mulutnya dengan menggunakan antiseptik.  Dia bahkan sampai berkumur beberapa kali setiap kali dia mengingat bibir Mery menyentuh bibirnya. Alisya yang tak bisa pergi kemanapun hanya bisa merebahkan diri menghadap matahari di taman perusahaan. Ia menghalangi sinar matahari menggunakan tangannya dan melihat silau cahaya matahari lewat jari-jari tangannya. Ketika sekilas ia menutup matanya, bukannya bayangan matahari yang terlintas, melainkan wajah Adith. Hati Alisya penuh akan kerinduan yang sangat mendalam pada Adith.  Semua kenangan di antara mereka terus mengisi kepala Alisya membuat hatinya begitu pilu. Alisya sangat merindukan Adith namun ia tak bisa berbuat apa-apa karena laki-laki yang dicintainya malah melupakan dirinya. Alisya menangis dengan menutup wajahnya dengan lengannya. Tangisannya pecah dalam diam. "Hah??? Kenapa energi dia semakin besar? Jika seperti ini terus, Adith akan meledakkan energi nanonya dan menghasilkan gelombang kejut yang sangat kuat." Alisya dengan cepat terbangun dari posisinya dan langsung bangkit menuju ke ruangan Adith. Tak peduli dengan apa yang sudah Adith lakukan pada dirinya, Alisya masih tetap ingin menyelamatkan Adith dan juga orang disekitarnya. "Apa yang sebenarnya kau pikirkan? Bagaimana kau dengan mudahnya mencium wanita lain dihadapan Alisya?" Yogi datang mengungkapkan kemarahannya kepada Adith atas apa yang sudah dilakukan olehnya. Adith tak menjawab dan hanya menunduk tak peduli karena pikirannya semakin kalut dan berat. Tubuhnya semakin panas dan serasa ingin meledak dengan sangat kuat. "Oke, apa yang kau lakukan hari sudah membuat Alisya kecewa. Dan aku pastikan kau akan menyesali seumur hidupmu atas apa yang sudah kau lakukan saat ini." Yogi penuh amarah dan langsung keluar dari ruangan Adith. "Aku kecewa dengan sikapmu Dith. Kau yang biasanya bisa berpikir dengan tenang kali ini sudah sangat salah. Dan ini adalah kesalahan terbesar yang sudah kau perbuat pada Alisya. Maaf pun takkan bisa menutupi semua kesalahanmu kali ini." Rinto juga mengutarakan pendapatnya kepada Adith kemudian keluar dari Adith mengikuti Yogi. Adith semakin larut dalam emosinya hingga begitu Alisya masuk, gelombang kejut dari energinya meledak begitu saja. Meski tak sebesar dirinya dan sedikit samar, salah satu anggota Balck Falcon yang berada di sana bisa merasakannya. "Adith, kau baik-baik saja? Maafkan aku karena terlambat." Alisya terlambat untuk menenangkan Adith tapi ia tetap masuk untuk melihatnya.  Adith terlihat lemah dengan tubuh yang terus bergetar dan begitu melihat Alisya, dia dengan cepat mencium Alisya. Ciumannya kali ini lembut dan hangat, namun karena Alisya yang tergesa-gesa naik ke kantornya yang berada di lantai 60 dengan menaiki tangga, membuat dia belum bisa mengatur nafasnya. "Umm.. umm.." Alisya berusaha melepaskan diri. "Ohokkk ohokkk ohokkk!" Alisya hampir kehilangan nafas karena tekanan Adith. Kacamata serta gigi palsunya lepas. Baru kali itu dia memperlihatkan wajah aslinya kepada Adith. Sekali lagi Adith tertegun melihat perubahan Alisya seperti itu. Alisya yang sekarang sedang mengambil nafas di hadapannya terlihat sangat cantik dan mempesona. Tak tahu mengapa, hatinya sakit dan dengan penuh amarah dia karena merasa kalau Alisya memang sedang mempermainkan dia dengan melakukan penyamaran tersebut. "Bukkkh" Adith menekan tubuh Alisya ke dinding dengan kuat dan kembali menciuminya dengan kasar. "Uahhh… apa yang sedang kau lakukan? Kau pikir apa diriku hah?" Alisya tak suka dengan perlakuan Adith. "Cih, tak usah bersikap sok suci. Dari awal kau sudah berniat ingin menggodaku bukan?" Tantang Adith yang langsung mendapatkan tamparan keras dari Adith. "Aku harap kau tak mengingatku selamanya!" Alisya pergi dari hadapan Adith dengan tangisan dan meninggalkan Adith.