Chapter 422 - Kemampuan Perspektif

Dengan arahan dari profesor Ahmad, mereka segera memulai pelatihan mereka setelah sebelumnya menyebarkan serangga milik Karin sebagai bentuk kewaspadaan mereka sebelum terjadi sesuatu. Ayah Alisya yang bertugas untuk mengamati layar monitor milik Karin yang terhubung dengan para serangganya selama 2 jam kedepan sebelum pergantian pelatihan dimulai. Mereka yang berada pada ruang berbeda segera melakukan pelatihannya sesuai dengan pasangan masing-masing.  "Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menekan udara yang ada dalam tubuhmu. Rasakan setiap udara yang berada dalam setiap tubuh mu dengan konsentrasi tinggi. Mereka yang tak memiliki energi nano tentu tak dapat melakukannya dengan mudah, tapi kamu pasti bisa!" Ucap Profesor Ahmad memulai sesi latihannya. Mendengar arahan dari profesor, Adith segera menutup matanya dan langsung berkonsentrasi dengan sangat serius hingga 1 menit kemudian, dia sudah bisa melakukannya dengan sangat baik. Kecepatannya bahkan hampir mendekati Alisya namun terlihat ada sesuatu yang berbeda dengannya. "Sepertinya benar, kalau tubuh anak ini juga sudah terlahir dengan special. Bagaimana mungkin dua orang mengerikan seperti mereka bisa bertemu. Beruntunglah mereka menjadi pasangan, jika mereka menjadi musuh maka tentu saja mereka adalah musuh yang sangat kuat dan menakutkan." Batin profesor kagum dengan pengendalian Adith yang sangat baik. Terlihat jelas di matanya kalau energi nano pada tubuh Adith dapat ia alirkan dan pusatkan keseluruh tubuhnya, seolah seluruh tubuhnya adalah sebuah senjata yang kuat baginya. Adith terus melakukan pengendalian tersebut dengan sangat bersungguh-sungguh. Tidak ada yang lebih berusaha keras selain Adith saat ini dimana sebelumnya ia sudah bertekad kuat untuk bisa melindungi Alisya dengan menjadi lebih kuat lagi. "Konsentrasi yang sangat hebat. Energi nanonya bahkan tak pecah sama sekali. Sia-sia aku mengkhawatirkannya." Batin profesor Ahmad lagi terus mengamati perkembangan Adith. "Ini… apa ini? Aku bisa merasakan apapun dan orang-orang yang berada di sekitarku. Dalam jarak… 50 meter? Aku bisa menentukan posisi mereka dalam jarak ini?" Adith merasa takjub dengan kemampuannya tersebut, bahkan hidungnya jauh lebih tajam 10 kali lipat dari sebelumnya. "Kemampuan ini, bukankah seperti kemampuan Persepsi? Stimulasi fisik dan kimia yang masuk dalam seluruh panca indraku membuatku bisa mengenali lingkunganku." Batin Adith terus mengeksplorasi lingkungan sekitarnya menggunakan kemampuan yang dimilikinya. Persepsi yang dimasukkan oleh Adith adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra. Seperti misalnya penglihatan yang merupakan cahaya yang mengenai retina pada mata, pencium yang memakai media molekul bau (aroma), dan pendengaran yang melibatkan gelombang suara.  Persepsi bukanlah penerimaan isyarat secara pasif, tetapi dibentuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan, dan perhatian. Namun Adith yang sedari awal memiliki kepekaan terhadap lingkungannya membuat kemampuannya jauh lebih berkembang. "Dua orang ini benar-benar membuatku merinding. Jika Black Falcon mengetahui kemampuan dua orang ini, maka mereka pasti akan melakukan perburuan secara besar-besaran dengan melibatkan seluruh organisasi demi mendapatkan mereka." Gumam Profesor Ahmad mengingat bagaimana kemampuan Alisya yang juga sama mengerikannya. Saat yang lainnya terus saja gagal dalam memulai tekniknya, Ryu dan Rinto sudah mulai berhasil setelah mencoba untuk yang ketiga kalinya. Zein berhasil pada percobaan keempat begitu pula dengan karin, sedangkan Riyan dan Yogi berhasil pada percobaan ke lima. "Tak ku sangka mereka bisa melakukannya secepat ini. Rasanya memang sedikit tidak adil." Rendy yang tak memiliki energi nano bisa melakukan teknik tersebut setelah sebulan berlatih dengan sangat keras. Mereka yang bisa melakukan teknik itu hanya dengan tiga kali percobaan membuat Rendy sedikit merasakan pahit pada hatinya, namun tetap saja Rendy jauh lebih berpengalaman dibanding dengan mereka saat itu. "Akhhh…" Alisya segera menggetok kuat kepala Karin saat energi nanonya mulai terlihat pecah. "Ini sulit sekali, bisakah kau memukulku sedikit lebih pelan? Aku merasa kau memukulku dengan penuh kebencian." Karin memohon kepada Alisya karena merasakan sakit yang amat kuat pada kepalanya. "Kalau begitu lakukan dengan baik dan hilangkan pikiran kotormu itu." Tegas Alisya langsung menyuruh Karin untuk kembali melanjutkan latihannya. "Bukkk!!!" Pukulan kembali di daratkan di kepala Karin dengan keras namun Karin tidak merasakan sakit seperti sebelumnya. "Apa kau menaruh dendam padaku?" Ia tetap saja kesal pada Alisya yang memukulnya dengan keras. "Anggap saja ini hukuman atas apa yang kau lakukan tadi. Lagi pula kau terlihat tidak begitu merasakan pukulan ini lagi." Alisya tersenyum mengerikan dihadapan Karin yang membuatnya merinding dengan hebat seolah tau apa yang dipikirkan oleh Alisya. "Dasar Iblis!" Maki Karin kesal. "Plakkk!!!" Pukul Alisya pada bagian punggung Karin. "Asshhh.. Apa sih? Aku belum melakukan apapun juga!" Karin menatap Alisya dengan kesal kehilangan kesabarannya. "Konsentrasi, pengendalian yang harus kau lakukan adalah bukan hanya mentalmu saja, namun juga kesabaranmu." Alisya menatapnya dengan dingin membuat Karin hanya bisa mendesah pasrah. Dengan susah payah dia kembali melanjutkan konsentrasinya. Karin mulai merasakan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Dengan terus berkonsentrasi, dia bisa merasakan energi nano dalam tubuhnya dan mengaturnya pada tahap dimana dia menjadikan kaki dan tangannya sebagai senjata andalannya dalam kecepatan pergerakan. "Meski awalnya dia kesusahan, pada akhirnya dia bisa menyelesaikannya dengan mudah." Tatap Jati kepada Zein yang terlihat mulai lebih stabil dibandingkan dengan sebelumnya. Zein yang bisa menekan auranya sampai pada titik Jati tak bisa merasakan hawa keberadaannya membuat Jati takjub tak percaya. "Apa karena semua penderitaan yang sudah mereka lalui bersama membuat mereka menjadi begitu kuat saat ini? Bukan hanya kemampuan fisiknya saja, tapi kemampuan mentalnya mungkin melebihi diriku." Jati terus menatap perkembangan dari energi nano dalam tubuh Zein. "Plakkkkk!!! Konsentrasilah dengan baik. Kau hanya perlu memusatkan pikiranmu pada satu titik, yaitu energi nano dalam tubuhmu." Rafli memukul kepala Riyan yang hampir memecahkan energi nanonya. "Dengan konsentrasi yang baik, kau bisa memunculkan energi nanomu kapan saja. Selama kau bisa mengendalikan energi dalam tubuhmu dengan baik." Jelas Rafli lagi sembari terus menatap ke arah Riyan. "Konsentrasi… konsentrasi… konsetrasi… kontrasesi.. Kontrasepsi… croottt!" Riyan membayangkan MP yang dilakukan oleh Adith dan Alisya yang langsung membuatnya mimisan dengan hebat. Jati bahkan sampai terlonjak kaget melihat darah yang meluncur deras dari hidungnya. Jati bahkan sampai kebingungan dengan apa yang dialami oleh Riyan karena belum pernah sebelumnya hanya dengan sedikit konsentrasi sudah membuat seseorang mengalami mimisan. "Brengsek!!!" Pikiran Adith buyar ketika mendengar ucapan Riyan dan semua kesadarannya kembali dengan mendadak membuatnya menarik nafas dalam.