Chapter 421 - Tekhnik Pernafasan

Melihat situasi yang tegang itu membuat Elvian segera menengahi mereka semua. "Jangan salah paham, mereka bermaksud jahat dengan apa yang mereka katakan pada kalian semua." Ucap Elvian dengan cepat agar tak ada perselisihan diantara mereka. "Tapi apa yang mereka katakan itu tidak salah. Jika kalian tidak bisa menguasai pengendalian itu dengan cepat, maka kemungkinan terburuk bisa terjadi pada kalian." Jelas Rafli dengan nada suara yang menyimpan kesedihan mendalam. "Langsung saja pada intinya!" Tegas Rinto kepada mereka semua. Dia yang sedari awal hanya terdiam pada akhirnya kehilangan kesabarannya. Profesor dan Alisya menarik nafas berat dan saling berpandangan dengan serius. "Misi kami sangatlah rahasia, tapi dengan kehadiran kalian disini membuat kami harus berbagi informasi ini pada kalian." Profesor Ahmad mulai lagi berbicara dengan serius. "Awalnya aku juga tak tahu kalau Forthnight akan dilakukan diatas kapal ini, kami hanya berpikir akan ada rencana lain yang akan dilakukan oleh Black Falcon. Namun ternyata semua ini mereka lakukan dengan tujuan lebih besar." Tambah Alisya lagi menggenggam tangan Adith dengan erat. "Tujuan utama mereka adalah untuk memberikan teror pada dunia dengan menghancurkan kapal pesiar ini yang memiliki persenjataan dan tekhnologi mutakhir. Dengan jatuhnya kapal ini, maka ini adalah sebuah peringatan kepada dunia yang menentang mereka." Sambung profesor yang langsung membuat mereka semua terlonjak kaget tak percaya. "Menghancurkan kapal pesiar ini sama saja menjatuhkan sebuah negara. Kapal ini layaknya sebuah pesiar dengan jumlah penduduk yang sangat banyak karena bisa menampung sekitar 5 ribu orang." Adith mengepalkan tangannya tak mempercayai apa yang baru saja di dengarnya. "Selain itu, dengan kehadiran kalian disini akan sangat berbahaya jika mereka mengetahui kekuatan kalian, sebab kalian akan menjadi ancaman terbesar bagi mereka." Jelas Rendy dengan suara yang lebih rendah. "Itulah kenapa Profesor Ahmad mengingikan kalian untuk melakukan pengendalian terhadap energi nano kalian agar kalian bisa mempertahankan diri dan juga melindungi orang lain serta membantu kami dalam menjalankan misi menggagalkan rencana mereka." Tambah Jati menatap mereka dengan hangat. "Dengan bantuan kalian, kami mungkin bisa menyelamatkan orang lebih banyak meski kami tak bisa mencegah hancurnya kapal pesiar ini." Terang Alisya dengan senyumnya yang samar. "Baiklah, Sepertinya tak ada pilihan lain selain melakukan seperti apa yang kalian maksudkan. Selain itu, pengendalian itu justru sangat menguntungkan bagi kami." Zein menatap teman-temannya secara bergantian. "Lalu pengendalian seperti apa yang kalian maksudkan?" Yogi mulai memasang ekspresi lebih serius dari biasanya. "Teknik yang harus kalian adalah dengan teknik pernafasan. Teknik ini sangat baik dalam pengendalian, karena saat kalian melakukan teknik ini tubuh kalian bereaksi lebih baik dengan setiap desahan nafas yang masuk dan keluar dari tubuh kalian." Terang profesor Ahmad menjelaskan tentang apa yang harus mereka lakukan. "Kedengarannya mungkin sederhana, tapi kita tidak tahu akan seperti apa jika belum mencobanya." Ucap Yogi merasa hal itu akan sulit bagi mereka. "Berapa waktu yang harus kami butuhkan selain dari waktu yang sudah kalian tetapkan?" Tanya Ryu memastikan berapa lama yang harus mereka lalui agar bisa menguasai teknik tersebut. "Alisya bisa menyelesaikannya dan mengendalikannya hanya dalam sekali percobaan." Tegas profesor Ahmad yang membuat mereka langsung melirik takjub kepada Alisya. "Tapi itu tergantung bakat yang kalian miliki, karena aku masih belum bisa memastikan sebesar apa energi nano dan pengendalian mental kalian terhadap tubuh kalian." Sambungnya lagi cepat. "Itu artinya kami harus berusaha dengan keras untuk bisa menyelesaikan nya dengan tepat waktu." Tatap Karin kepada Alisya yang langsung membuat Alisya mengangguk pelan. "Bagaimana mereka harus melakukannya?" Ayah Alisya sangat memperhatikan mereka semua mengingat mereka tidak memiliki pengalaman dan tubuh yang kuat seperti Alisya. "Kita akan membagi kelompok, setelah mendapatkan arahan dariku dan Alisya mengenai bagaimana cara pengendaliannya, maka yang lainnya akan berfungsi untuk mengamati pengendalian mereka agar tidak meluap. Sebab sedikit saja yang keluar, maka organisasi akan dengan sangat cepat mendeteksi kalian." Terang profesor melirik kepada Rendy dan yang lainnya. "Aku juga membutuhkan bantuan anda untuk melatih tubuh mereka." Tatap profesor Ahmad kepada Ayah Alisya. Ayah Alisya mengangguk paham dengan maksud dari profesor Ahmad. Meski latihan pengendalian dan pertahanan ini akan sangat menyulitkan mereka, ayah Alisya menaruh harapan yang cukup besar kalau mereka semua bisa melaluinya dengan baik. "Untuk kondisi spesial Adith, biar aku sendiri yang melatihnya secara terpisah. Sedangkan untuk yang lainnya akan berada dibawah pengawasan Alisya dan yang lainnya. Setiap 2 jam kalian akan mendapatkan pergantian pelatihan dan hanya bisa beristirahat 10 menit saja." Jelas profesor memulai penjelasannya mengenai apa yang harus mereka lakukan. "Aku akan mengawasi Karin juga secara terpisah mengingat perempuan butuh pelatihan yang juga harus terpisah." Tatap Alisya kepada Karin dengan penuh perhatian yang dijawab dengan anggukan pelan oleh Karin. "Ryu dan Rinto akan bersama dengan Rendy, Zein akan bersama Jati, Riyan dengan Rafli dan Yogi bisa bersama dengan Elvian." Lanjut Alisya lagi. "Kita akan melakukannya malam ini, untuk itu persiapkan mental kalian sebelum kita memulainya." Ucap Profesor menatap mereka semua dengan tatapan tajam. "Maafkan aku, karena aku…" Alisya yang ingin berkata maaf kepada mereka malah mendapatkan tatapan tajam dari mereka semua. "Kau tau jika kami tak suka jika kau menujukkan ekspresi seperti itu." Karin berbicara dengan suara tegas dan dingin. "Nona, semua ini bukanlah hal yang harus nona tanggung sendiri dan terus merasa tak enak pada kami." Ucap Ryu tak kalah tegas. "Meski awalnya semua ini memang terjadi karenamu, tapi tak pernah sedikitpun kami menyalahkan dirimu." Sambung Zein. "Bagi kami kau adalah sahabat yang sangat berharga. Kaulah yang mengubah pandangan kami terhadap orang lain." Tambah Riyan dengan tersenyum hangat. "Berkat dirimu pula, kami bisa menjadi orang yang lebih baik dari ini." Tambah Yogi menoleh kepada Rinto yang dulu banyak melakukan kesalahan sebelum akhirnya bertemu dengan Alisya. "Kami sempat menyalahkan diri sendiri sewaktu kepergian mu, namun dengan kembalinya dirimu sekarang. Kami akan buktikan kalau kami juga bisa melindungi diri sendiri, termasuk melindungi dirimu." Tegas Rinto tak ingin lagi merasakan kehilangan yang menyakitkan seperti yang sebelumnya. "Bukankah itu harusnya dialog yang diucapkan oleh Adith?" Tatap Yogi kepada Rinto untuk menggodanya. "Sepertinya ada yang mau mengambil tanggung jawab seseorang." Sambung Riyan dengan santai. Wajah Rinto sudah mulai memerah panas dengan godaan kedua temannya. Dengan penuh kesal Rinto segera menghajar keduanya. Ucapan Riyan dan Yogi langsung membuat suasana tegang diruangan itu menghilang.