Chapter 420 - Kalian Semua Akan Mati

Melihat profesor yang berjalan mendekati Alisya dan yang lainnya membuat Elvian kaget dan bingung. Ia tak mengira kalau profesor akan mengarah kesana. "Profesor, apa anda…" Elvian bertanya dengan ragu-ragu. "Ikutlah, kalian akan tahu begitu kita sudah bersama mereka." Ucapnya tanpa menoleh sedikitpun. Mereka yang bingung tak tahu pasti apa yang dimaksud oleh profesor tersebut, namun yang jelas sekali kalau profesor sudah merencanakan sesuatu dengan pergi ke hadapan mereka semua. "Apa ini ada hubungannya dengan kita yang dipanggil untuk berkumpul di depan kamar kapten?" Tanya Jati kepada mereka semua yang menatap punggung profesor dari belakang. "Aku tak tahu pasti, tapi sepertinya memang ada hubungannya dengan mereka semua." Tatap Rendy dengan sangat tajam kepada mereka semua. Melihat profesor yang datang menghampirinya, Alisya seolah tahu apa yang akan terjadi berikutnya sehingga ekspresinya yang semula sangat rileks dan santai berubah menjadi sangat serius hingga Ayahnya dan Adith merasa sesuatu yang besar sedang mendekat. "Apakah ini sudah saatnya?" Tanya Alisya yang hanya di jawab anggukkan pelan oleh profesor tersebut. Adith melihat profesor itu dengan sedikit aneh karena jika semakin ia lihat dari dekat, penampilannya tampak hanyalah sebuah penyamaran saja. Semuanya segera masuk ke dalam ruangan yang ditempati oleh Adith dan Alisya sebelumnya, begitu pula dengan ayah Alisya. Semuanya duduk dengan suasana yang sedikit kaku dan canggung. Sebelum memulai pembicaraan, Alisya sudah mengangguk pelan kepada Elvian yang langsung dipahaminya dengan baik lalu dengan satu gerakan, Elvian seolah membuat Shield pelindung di dalam ruang tersebut untuk mencegah apa yang mereka lakukan dan bicarakan dapat diketahui dari luar. "Mungkin kalian bingung dan tak tahu siapa dia. Tapi dia adalah orang yang sudah menyelamatkan ku sebelumnya. Kalian mungkin mengingat Calleb, anak kecil yang dulu pernah kita selamatkan sewaktu penculikan di pelabuhan 8 tahun yang lalu." Seru Alisya mulai membuka pembicaraan dengan tatapan serius kepada mereka semua. Dengan sedikit mengingat, mereka akhirnya paham siapa anak kecil yang dia katakan tersebut. "Perkenalkan, saya adalah ayah Calleb, nama saya adalah Muhammad Ilyas Syafar. Orang-orang memanggil saya dengan sebutan profesor Ahmad. Terima kasih banyak saya ucapkan kepada kalian semua yang sudah menyelamatkan anak saya." Ucap Profesor Ahmad sembari melepas kacamata dan cambangnya untuk membuat perkenalan itu sedikit lebih sopan. "Tidak perlu sungkan, kami hanya kebetulan saja berada dalam konflik tak terduga disana." Jawab Riyan dengan cepat, namun ia memiliki insting yang sedikit kuat terhadap orang dihadapannya tersebut. Meski sikap Riyan selalu terlihat seperti bajingan dan suka bermain-main dalam setiap situasi, namun instingnya lebih kuat dari yang lainnya berkat pelatihan militernya. "Apakah ada sesuatu yang anda sampaikan kepada kami? Sebab saya lihat ada alasan mengapa kalian semua berkumpul disini." Ayah Alisya juga bisa merasakan hal yang sama melihat dari tatapan Riyan kepada mereka semua. "Anda memang selalu tajam dan tidak pernah berubah meski sudah pensiun." Punjinya dengan ketajaman pengamatan ayah Alisya. Adith hanya terdiam dengan terus memperhatikan akan apa yang dikatakan oleh mereka selanjutnya. Sedang Zein dan yang lainnya hanya menatap 4 orang lainnya dengan waspada. "Seperti yang anda katakan, saya memang memiliki beberapa hal yang ingin saya katakan pada Adith dan juga yang lainnya. Keberadaan anda disini juga sangat membantu kami." Lanjutnya lagi dengan yang lainnya terus terdiam untuk mendengarkan hingga akhir. "Aku adalah seorang profesor yang menjadi seorang ilmuan yang bekerja dibawah organisasi Black Falcon sebelumnya. Namun banyak hal yang membuatku lepas dan melarikan diri selain karena penculikan anakku Calleb." Lanjutnya lagi yang langsung membuat mereka semua terkejut. Melihat ekspresi kaget di wajah mereka semua, Rendy bisa melihat kalau mereka juga sudah mengetahui banyak hal mengenai organisasi BF sebelumnya. "Aku tak sengaja bertemu dengan Alisya yang tubuhnya sudah terbakar hingga 80 persen dan hanya menyisakan wajahnya saja, namun sungguh luar biasa kalau Alisya bisa menyerap energi nano orang lain yang bisa membuat energi dalam tubuhnya meningkat lebih kuat dari sebelumnya." Jelas Profesor Ahmad sembari menatap Alisya mengingat kejadian dimana ia bertemu dengan Alisya sebelumnya. "Meskipun begitu, dia yang awalnya tidak bisa mengendalikan kekuatan energi nano dalam tubuhnya sekarang terlihat begitu stabil. Apakah ada sesuatu yang terjadi padanya?" Tanya Adith yang membuat profesor Ahmad tersenyum senang. "Apakah itu karena kekuatan cinta atau memang karena kamu juga memiliki tubuh yang spesial seperti Alisya?" Mata profesor Ahmad bersinar dengan terang sembari melirik ke arah Alisya. "Silahkan lanjutkan!" Ucap Alisya memberi Izin kepada profesor Ahmad. "Apa yang akan saya bahas selanjutnya akan ada hubungannya dengan kemampuan pengendalian Alisya saat ini, dan hal ini yang ingin aku terapkan pada kalian semua yang memiliki energi nano tersebut." Tatap profesor kepada mereka semua. "Pengendalian energi nano?" Zein memicingkan matanya tak paham dengan apa yang dikatakan oleh profesor Ahmad. "Kami tidak pernah mengalami masalah dengan energi nano ini, kenapa kami membutuhkan pengendalian itu?" Tanya Yogi penasaran dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicaraan mereka saat itu. "Pengendalian ini bukan hanya berfungsi untuk mengendalikan energi nano yang dapat meledak sewaktu-waktu ketika kalian dalam keadaan genting, namun juga agar kalian bisa memaksimalkan energi tersebut dalam keadaan apapun." Jelas Profesor dengan begitu serius. "Apakah itu takkan membuat mereka mengalami efek samping?" Ayah Alisya mengkhawatirkan mereka semua. "Dibanding dengan efek samping, mungkin saja ini bisa menjadi salah satu pertahanan yang kuat jika kita bisa melakukannya." Terang Karin mulai memahami maksud dari profesor tersebut mengingat perubahan drastis yang di terima oleh Alisya. "Tidak salah jika kau adalah anak dari seorang dokter ternama." Puji Profesor Ahmad kepadanya. "Lalu pengendalian seperti apakah yang anda maksudkan? Mengapa kami semua perlu untuk melakukan pengendalian ini?" Ryu merasa ada alasan mengapa mereka harus melakukan pengendalian tersebut. "Untuk pertahanan kalian dan perlindungan diri kalian. Tapi kalian hanya memiliki 30 jam saja, sebelum acara puncak dalam pertemuan Forthnigh ini di adakan." Alisya yang semula terdiam akhirnya mulai berbicara dengan tatapan tajam kepada mereka semua. "Apa yang akan terjadi jika kami semua tak bisa menyelesaikannya dalam waktu 30 jam?" Adith merasakan ini akan berhubungan dengan misi yang sedang dijalani oleh Alisya. "Kalian semua akan mati!" Jawab Rendy dan Jati kompak. Mendengar ucapan mereka berdua Adith dan Ryu langsung menatap dengan tatapan tajam pada keduanya. "Apa maksudnya?" Rahang Zein mengeras tak suka dengan jawaban mereka berdua. Situasi itu membuat semuanya menjadi lebih tegang dibanding sebelumnya.