Chapter 419 - Dua Iblis

"Apa yang sedang mereka lakukan di sana?" Tanya Rafli kepada Elvian yang melihat Karin dan lainnya dari kejauhan sedang berkumpul di depan ruang kamar yang semalam dimasuki oleh Adith dan Alisya. "Jangan bilang mereka sedang melakukan sesuatu." Jati yang memakai pakain santai juga ikut melihat ke arah Karin dan lainnya. "Sepertinya mereka sedang mengintip." Ucap Rendy melihat gelagat mereka dari kejauhan. "Mereka semua benar-benar sesuatu!" Elvian hanya bisa menggeleng tak percaya dengan tingkah mereka semua. "Apa kau yakin kalau mereka semua adalah orang-orang yang hebat dan memiliki energi nano sama seperti Kapten?" Rafli menatap ke arah Elvian memastikan informasi yang ia dengar semalam. "Benar, aku bahkan tak melihat ada pancaran dari energi mereka. Karena jika itu benar, seharusnya aku bisa merasakan pancaran energi tipis dari energi nano mereka." Tatap Rendy dengan penuh selidik kepada mereka semua. "Mereka juga terlihat seperti orang-orang biasa pada umumnya, tak begitu mencolok dan tak terlihat memiliki jabatan tinggi. Namun mengingat mereka bisa berada ditempat ini, itu sudah cukup untuk membantah penampilan merek saat ini." Terang Jati mengamati penampilan mereka yang terlihat sederhana. "Kalian mungkin takkan percaya, tapi itulah kenyataan yang sebenarnya. Mereka memang tak menerima energi secara langsung dengan menjadi korban penelitian organisasi, namun mereka mendapatkan paparan energi dari Kapten yang beberapa waktu sebelum bertemu dengan kita dapat meledak sewaktu-waktu." Jelas Elvian dengan ekspresi serius kepada mereka semua. "Paparan energi? Hahahaha… Apa kau pikir energi nano akan semudah itu untuk masuk ke tubuh orang lain?" Rendy tertawa datar mendengar apa yang dikatakan oleh Elvian. Baginya energi nano tidak akan semudah itu bisa menulari orang lain hanya dengan sebuah paparan terlebih karena energi nano itu hanya bisa didapatkan jika menjadi objek penelitian dari organisasi BF. "Itu semua karena energi nano yang berada tubuh Kapten berbeda dengan tubuh obyek penelitian lainnya. Itulah sebabnya mengapa Kapten selalu menjadi incaran organisasi." Elvian secara perlahan-lahan menjelaskan semuanya kepada mereka. "Tapi, tetap saja itu adalah suatu hal yang mustahil." Bantah Jati dengan suara dingin. "Aku juga awalnya bereaksi yang sama seperti yang kalian lakukan ini, namun setelah mereka mengatakan suntikan serum penenang yang seharusnya diberikan kepada Kapten karena situasi tertentu malah disuntikkan kepada mereka semua." Jelas Elvian lagi. "Suntikan serum penenang? Apa maksudmu?" Tanya Rafli tak paham apa yang dimaksud oleh Elvian. Ia tak mengerti bagaimana mungkin hanya karena sebuah serum penenang saja sudah membuat tubuh mereka bisa menyerap paparan energi nano milik Alisya. "Aku tak tahu pasti apa kandungan dari serum tersebut, namun serum itu diberikan kepada Kapten yang selalu histeris kuat karena mengalami trauma. Suntikan serum itu mungkin akan memberikan efek penenang pada mereka yang memiliki energi nano, namun akan meningkatkan hormon adrenalin ketika masuk kedalam tubuh orang biasa." Elvian menjelaskan semuanya kepada mereka mengenai bagaimana hal tersebut dapat terjadi pada mereka. "Kombinasi dari paparan energi nano special milik Kapten kalian yang sangat besar dan juga serum khusus yang dibuat oleh seorang dokter ternama membuat efek yang luar biasa sehingga mereka malah menyerap energi nano disekitar mereka. Terlebih karena mereka selalu berada didekatnya." Seseorang melanjutkan penjelasan dari Elvian dari belakang mereka. "Profesor, sejak kapan anda berada disana?" Jati dan Rendy terkejut bukan main melihat profesor sudah berada di belakang mereka. "Cukup lama sampai aku merasa kalian sedang meragukan mereka." Ucap Profesor Ahmad dengan suaranya yang bas namun hangat. "Mereka yang mendapatkan energi nano dari Alisya tanpa sadar juga mengalami perubahan signifikan dalam tubuh mereka. Meski mereka sudah menyadarinya, namun mereka masih belum tau cara mengendalikan dengan baik." Tambahnya lagi dengan mengeluarkan alat pendeteksi dan memasangnya pada matanya sebagai kaca mata. Dia segera melakukan pemindaian kepada Karin dan yang lainnya untuk menguji seberapa besar energi nano yang dimiliki oleh mereka semua. Karin dan yang lainnya yang merasakan mual saat mengingat apa yang baru saja mereka dengar dan lihat. Tubuh Rinto dan yang lainnya tak berhenti bergetar, tak terkecuali Ayah Alisya. Adith dan Alisya tertawa terbahak-bahak dengan apa yang sudah mereka lakukan kepada teman-temannya. Mereka yang begitu jahil membuat Adith juga ingin membalas mereka dengan kejam. Adith segera membuka pintu untuk melihat ekspresi mereka satu persatu. Ryu dan lainnya segera menerobos masuk lalu memuntahkan semua isi hatinya di dalam toilet kamar Adith dan Alisya. "Ih.. kalian jahat! Itu yang mungkin akan dikatakan oleh banci tersebut." Ucapan Adith segera membuat mereka semakin mengeluarkan isi hati mereka hingga membentuk warna pelangi. "Kalian berdua benar-benar iblis!" Tatap Karin tajam kepada Alisya dengan penuh kesal. "Hahahahhaha… siapa yang suruh kalian melakukan semua itu? Kepo sih boleh saja! Tapi nggak sampai ngintip juga kan? Mamam tuh tubuh seksi aduhai." Alisya benar-benar tertawa dengan lepas kali itu mengingat kejahilan mereka berdua. "Bapak?" Adith baru sadar saat menoleh ke sebelah kirinya ayah Alisya sudah membelakang dengan terbatuk pelan. "Bapak juga ikutan??? Waah… orang tua yang satu ini bahkan sampai lupa diri." Alisya kaget bukan main melihat ayahnya juga berada disana. "Ehem… aku nggak sengaja lewat. Dan aku pikir ada sesuatu yang menarik. Jadi bagaimana semalam? Apa aku sudah bisa mengharapkan cucu sekarang?" Ayah Alisya bertanya dengan terang-terangan. "Hahhh??? Bapak ih.. malu-maluin tau!" Alisya langsung memerah malu dengan pertanyaan vulgar ayahnya. "Yah wajar lah Sya, bapak kan sudah lama berharap ada cucu. Kamu mau buat bapak nunggu sampai kapan lagi?" Ayah Alisya segera membelai lembut rambut anaknya agar ia bisa memahami keinginan nya yang semakin tua renta tersebut. "Bapak nggak usah khawatir, semuanya sudah beres kok. Kita tinggal menunggu saja sekarang." Ucap Adith tersenyum puas yang langsung diberikan jempol oleh Ayah Alisya. "Kalian benar-benar keterlaluan. Bagaimana kalian bisa setega itu pada sahabat kalian sendiri." Tatap Riyan kepada Adith dengan penuh kekesalan kepada keduanya.  Riyan merasakan mimpi buruk mengingat apa yang baru saja dilihatnya. Sedang Zein dan yang lainnya masih kesulitan untuk bernafas. "Bukankah seharusnya saya yang berkata seperti itu pada kalian? Bagaimana mungkin kalian dengan begitu santainya ingin melihat hal yang tak seharusnya? Masih mending aku memberikan kalian hukuman yang kecil." Adith hanya tersenyum tipis pada mereka semua. Pada akhirnya mereka juga merasa bersalah dengan apa yang sudah mereka lakukan terhadap Adith dan Alisya. Meski bagaimana pun juga, apa yang mereka lakukan pada keduanya adalah hal yang kurang baik.