Chapter 424 - Tikus Kecil

Adith dan yang lainnya hanya tinggal memiliki beberapa jam lagi sebelum akhirnya acara puncak dari Forthnight akan diadakan, sehingga Ayah Alisya dan profesor Ahmad mempercepat pelatihan mereka dengan sangat ekstrim dan juga berat. Adith dan yang lainnya seolah merasakan penyiksaan bagaikan neraka yang membuat mereka harus berteriak-teriak dalam diam selama melakukan pelatihan tersebut. "Kali ini mereka dikumpulkan bersama, teknik pernafasan terakhir yang diberikan oleh profesor Ahmad sangatlah berat jika mereka tidak melakukannya dengan baik maka pembuluh darah mereka bisa-bisa akan meledak." Rafli menatap pintu yang menghubungkan dengan ruangan dimana Adith dan yang lainnya mendapatkan pelatihan akhir. "Waktu mereka hanya tersisa beberapa jam lagi, jika mereka tidak bisa menyelesaikan tahap akhir teknik tersebut maka mereka semua akan mengalami kegagalan yang menyakitkan." Elvian memegang dagunya dengan tertunduk khawatir. "Kapten, bagaimana menurutmu? Apa mereka bisa menjalaninya?" Rendy menatap Alisya yang dengan santainya sedang menikmati makanannya dengan lahap. "Kalian mungkin sudah mengalami banyak pengalaman selama dalam kemiliteran, tapi mereka mengalami banyak hal yang menyakitkan dalam kehidupan mereka sebelumnya. Mental mereka sudah sangat menakutkan." Jelas Alisya sembari terus menikmati makananya. "Meski begitu, pelatihan dari profesor Ahmad bukanlah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah." Ucap Jati mencoba mengingatkan Alisya. "Aku tidak bilang mereka dapat menyelesaikan ini dengan mudah. Memang sangat sulit, tapi mereka bukanlah orang yang akan mudah menyerah." Terang Alisya lagi dengan senyuman penuh keyakinan yang membuat mereka terdiam sembari melirik ke arah ruangan tersebut. Beberapa saat kemudian, saat mereka masih larut dalam pikiran mereka saat sedang menantikan Adith dan teman-temannya selesai dalam melakukan pelatihan akhir, alat yang dipasang oleh Elvian tiba-tiba berbunyi. "Kapten…" panggil Elvian dengan tampilan gugup di wajahnya. Tampak jelas apa yang dimaksudkan oleh Elvian dengan ekspresinya tersebut, sehingga Alisya dengan satu helaan nafas dia menghabiskan makanan dan minumannya. "Lakukan pengintaian terlebih dahulu, usahakan mereka tidak mendekati tempat ini." Alisya segera memberikan perintahnya kepada mereka semua. Tanpa basa basi lagi, mereka segera bergegas melihat ke arah monitor sedang Rendy segera menuju ke posisi pengintaiannya di atas buritan kapal pesiar. "Dari mana datangnya mereka? Sebelumnya mereka tidak melakukan pergerakan sama sekali, tapi kenapa mereka muncul di saat acara puncak Forthnight belum diadakan?" Rafli melirik ke arah Elvian dengan tatapan bingung. "Sepertinya mereka tidak ingin menunggu acara puncak itu lagi dan ingin segera melakukan pengintaiannya. Aku rasa mereka bisa merasakan energi nano dari Adith dan yang lainnya meskipun samar-samar." Ucap Jati dari posisi yang bersebrangan dengan Rendy. "Kapten, ada satu orang yang terlihat menoleh kesana dan kemari seolah sedang melakukan pendeteksian." Rendy segera melaporkan apa yang di lihatnya. Tepat setelah mendapatkan laporan dari Rendy, Alisya langsung bangkit dari tempat duduknya.  "Pergilah dari posisi kalian, dia akan segera mengetahui apa yang kalian lakukan. Kembali ke tempat ini secepatnya." Alisya merasakan bahaya yang sangat kuat begitu merasakan energi dari orang yang dimaksudkan oleh Rendy. Mendapatkan perintah itu, mereka tak bertanya lagi lalu dengan cepat mereka segera pergi menuju ke tempat mereka sebelumnya. "Ada apa?" Profesor Ahmad keluar dari ruangannya. "Kita mendapatkan tamu tak terduga! Sepertinya mereka mulai menyadari keberadaan mereka meski dengan aura yang samar-samar." Ucap Alisya memandang tajam lurus menembus setiap ratusan ruang yang ada. Orang yang sedang melakukan pencarian tersebut juga mampu merasakan keberadaan Alisya, namun dia tidak bisa mendeteksi orang-orang yang ada disekitarnya. Sehingga ia hanya mengira kalau disana hanya ada Alisya seorang. "Pufttt.. ternyata hanya satu tikus kecil saja? Sepertinya organisasi terlalu khawatir hanya karena satu tikus kecil yang menunjukkan taringnya." Ucapnya sambil tersenyum licik menatap lurus ke arah Alisya. Alisya memang sengaja membuat Auranya sedikit lebih tajam untuk menutupi keberadaan teman-temannya yang lain dan membuatnya sedikit lebih meluas dengan samar agar hawa keberadaan teman-temannya tertutupi. "Baiklah, apa yang kau lakukan disini tikus kecil?" Ia segera menunduk rendah mencoba menganalisa keberadaan Alisya. "Apa kau menemukan sesuatu?" Dari kejauhan, seseorang yang lainnya bertanya dengan dingin. "Ya, tapi bukan satu hal yang besar. Hanya seekor tikus kecil yang sedang mencari keju." Ucapnya meremehkan Alisya. "Bereskan saja dia, jangan sampai dia menggagalkan rencana kita. Jika tidak organisasi akan membuat hidup kita jauh lebih berantakan." Serunya memberikan perintah. "Tenanglah, kau tidak perlu kejam pada satu tikus kecil. Lagi pula aku sudah cukup bosan kemarin hanya berdiam diri terus, jadi aku ingin sedikit bermain-main dengannya." Ucapnya sembari melonggarkan tubuhnya dengan santai. "Sebaiknya kau berhati-hati, dari beberapa daftar penumpang yang ada, diantara mereka ada beberapa orang yang tidak bisa kau remehkan." Ia mengingatkannya sebab identitas Riyan dan Ayah Alisya serta Ryu sudah diketahui oleh mereka serta beberapa orang lainnya. Mereka sudah mengantongi daftar penumpang kapal pesiar yang sudah menjadi target utama mereka sehingga sedikit hal yang mencurigakan segera membuat mereka akan memberekannya dengan cepat. "Kau tak perlu khawatir, tikus ini adalah seorang perempuan. Aku tak sabar ingin segera menemuinya." Ucapnya langsung mengakhiri komunikasi mereka. "Tikus kecil, mari bermain-main petak umpet denganku. Jika aku menemukanmu terlebih dahulu, aku akan membuatmu melayaniku. Tapi jika kamu yang menemukanku terlebih dahulu, aku akan memberimu kesempatan hidup dengan melepaskanmu." Ucapnya mulai bergerak dengan santai seolah tak terjadi apapun. "Kapten, apa yang harus kita lakukan padanya?" Tanya Elvian kepada Alisya setelah melihat pada layar monitor tersebut tampak sudah mengetahui keberadaan mereka. "Tidak perlu takut, dia hanya mengetahuiku saja karena aku sedikit menutupi sekitar dengan aura pekatku. Terus lakukan pengamatan padanya." Terang Alisya mengambil kacamatanya untuk keluar menghadapinya. "Kau mau kemana sayang? Bukankah sudah ku katakan bahwa kau tak boleh kemanapun saat aku masih di dalam?" Adith yang keluar dari ruangan dengan tubuh bagian atas tak tertutupi dengan keringat yang memenuhi seluruh tubuhnya membuatnya bersinar. Butiran keringat di tubuh Adith seolah membuatnya terlihat memiliki pecahan berlian yang bercahaya di seluruh tubuhnya. Ototnya terbentuk semakin padat dan kokoh serta aura Adith tampak sangat jauh berbeda dari sebelumnya. "Gulph" Alisya menelan ludahnya dengan susah payah melihat keseksian Adith tersebut. "A… aku hanya ingin ke toilet!" Alisya segera pergi menuju ke toilet dengan listrik yang mengalir hebat di seluruh tubuhnya. Ia berjalan lurus tak melirik kepada Adith sedikitpun. Adith tersenyum simpul melihat Alisya yang salah tingkah saat melihat dirinya. "Bagaimana mungkin kau menyelesaikan teknik pernafasan akhir sebelum waktunya?" Tatap Rendy yang baru saja tiba kepada Adith tak percaya.