Chapter 450 - Tidak Sabar Melihatmu Menjadi Seorang Ayah

Alisya yang melompat bebas ke udara terus memeluk anak kecil tersebut dengan begitu erat.  Pikirannya yang akan jatuh ke dalam laut yang begitu berombak membuat Alisya sedikit kebingungan, sebab jika dia hanya sendiri saja hal itu bukanlah masalah. Akan tetapi lain hal jika ia sedang bersama anak kecil yang tak berpelampung saat itu. "Tutup matamu sebentar!" Ucap Alisya memperingatkan anak itu dengan cepat yang membuat anak kecil itu segera menuruti kata-kata Alisya. Meski anak kecil itu tidak berteriak dan terus terdiam karena takut, ia tetap memeluk Alisya dengan sangat kuat dan erat. Alisya menutup matanya dengan erat mengira kalau ia akan benar-benar jatuh ke dalam air, namun tiba-tiba saja tubuhnya kembali melayang ke udara. "Maaf karena terlambat, aku sedikit ada masalah karena terikat oleh lilitan rantai kapal. Terimakasih karena kau selamat." Ucap Adith memeluk tubuh Alisya dengan erat. "Bagaimana?" Alisya kaget saat melihat mereka kembali melayang di udara, namun begitu Adith menurunkan tubuh Alisya dan ia menapak ke atas panel tersebut, Alisya akhirnya paham. "Mundurlah sejauh mungkin dan menunduk!" Perintah Alisya saat melihat sebagian dari mereka masih berada tak jauh dari kapal untuk memastikan Alisya baik-baik saja. Mendengar apa yang dikatakan oleh Alisya mereka semua dengan serentak mundur dan ketika mendengar bunyi menggelegar, mereka semua tertunduk dan bertahan dalam kuatnya ledakkan nuklir yang meledak bersama dengan kapal yang sudah membentur tebih gunung Yamanagi tersebut. Alisya mendekap penuh anak kecil itu untuk melindunginya dan Adith melakukan hal yang sama untuk melindungi Alisya. Ryu juga mendekap penuh tubuh Karin, Yogi melakukan hal yang sama pada Aurelia dan Zein juga tak ketinggalan untuk melakukannya sedangkan Karan, Riyan dan Rinto hanya menunduk melindungi diri mereka masing-masing. Tekanan dari ledakkan itu mengguncangkan mereka semua yang untungnya terlindungi oleh medan pelindung dari panel tersebut. Dan karena posisi Adith juga Alisya yang berada cukup dekat dengan ledakan tersebut, medan pelindung mereka menunjukkan adanya ciri-ciri retakkan. "Adith, bawa kita pergi dari sini!" Pinta Alisya cepat saat retakkan medan pelindung mereka mulai tampak melebar. Adith sudah berusaha untuk menggerakkan panel melayang tersebut, namun karena guncangan serta tekanan dan panas yang dihasilkan oleh retakkan sebelumnya membuat panel itu tampak tak bisa bergerak lagi. "Azura!" Panggil Adith untuk memeriksa apa yang sedang terjadi. "Ada kerusakan sistem karena panas yang diterima terlalu banyak!" Ucap Azura cepat yang membuat Alisya terpaksa memasang badan untuk melindungi mereka berdua dengan memberikan anak kecil tersebut kepada Adith. "Apa yang kau lakukan?" Tanya Adith saat melihat Alisya berdiri membelakangi panel yang mulai tampak akan hancur tersebut. "Kau taukan kalau aku akan baik-baik saja, meski terkena ledakkan apapun. Aku akan mengurangi dampak ledakkan yang diterima dan kau cukup melindungi anak itu saja." Ucap Alisya dengan senyuman manisnya. "Tidak, kau tidak perlu melakukannya sendiri. Aku juga bisa melindungimu dan melindungi anak ini." Tegas Adith tak ingin Alisya melakukannya sendiri lagi. "Kau akan menjadi bapak yang sangat bertanggung jawab. Aku sepertinya tak sabar juga ingin melihatmu melindungi anak kita seperti itu nanti." Alisya merasa sangat bahagia melihat Adith begitu penuh keyakinan bisa melindungi mereka berdua. Tepat saat itu, medan pelindung panel yang melindungi mereka telah siap untuk hancur. Namun ternyata hal itu tak terjadi karena Zein dan yang lainnya sudah berada di hadapan mereka dan mengelilingi mereka agar tidak terkena dampak dari ledakkan tersebut. Jika saja mereka terlambat beberapa detik, maka semuanya tentu saja berakhir kembali bagi Alisya. Namun begitu melihat teman-temannya yang lain sudah melindungi mereka, Adith dengan segera memeluk Alisya dengan erat. "Kau lihat, kau tak perlu selalu berusaha melakukan semuanya sendiri. Dan aku juga berharap kau bisa melindungi anak kita dengan sepenuh hati tanpa harus mengorbankan dirimu sendiri." Adith membelai lembut rambut Alisya dengan tangan sebelahnya masih menggendong anak kecil tersebut. "Dan…" Adith menatap Alisya dengan sangat dalam. "Aku juga tak sabar ingin melihatmu menjadi seorang ibu!" Tambahnya lagi dengan suara yang sangat lembut dan penuh kasih. Alisya tersenyum dengan apa yang dikatakan oleh Adith. Kata-kata Adith menyentuh hatinya dan menghangatkan hatinya. Benar apa yang dikatakan oleh Adith, sekarang dia tidak perlu untuk selalu berjuang sendiri, karena akan ada Adith dan teman-temannya yang akan selalu bersamanya sekarang. Beberapa saat kemudian, ledakkan tersebut perlahan mereda menyisakan sedikit kepulan asap bekas dari ledakkan yang sangat dahsyat. Matahari mulai terbit dan menyinari mereka yang berada diatas permukaan laut yang menghempas kapal pesiar itu dengan sangat kuat menghilangkan bekas api yang berkobar-kobar. "Pemandangan yang sangat indah…" ucap Alisya saat melihat matahari yang malu-malu untuk menunjukkan kuasanya kepada mereka yang sudah berjuang sekuat tenaga untuk bisa menyelamatkan banyak orang. "Baru kali ini aku mendapatkan pengalaman yang menarik melihat matahari terbit setelah sebuah pertempuran yang sangat membahayakan nyawa." Seru Adith memeluk erat Alisya. "Kau lihat mereka? Mereka terlihat seperti sebuah keluarga kecil yang bahagia." Ucap Aurelia yang sudah berdiri dan berada dalam dekapan Yogi. "Aku sangat senang bisa menyaksikan matahari terbit itu bersamamu." Bisik Yogi ditelinga Aurelia karena merasakan kelegaan setelah semua pertempuran berat yang mereka alami. "Siapa anak kecil itu?" Tanya Karin bingung melihat Adith dan Alisya memeluk seorang anak kecil perempuan. "Sepertinya kami melewatkan satu anak perempuan itu dan Alisya yang menyelamatkannya." Ucap Ryu berdiri disebelah Karin. Melihat Karin yang tersenyum memandang ke arah Adith dan Alisya, Ryu perlahan-lahan memegang tangan Karin dan menggenggamnya erat. Karin terkejut namun tersenyum dan kembali membalas menggenggam erat tangan Ryu. "Terimakasih karena kau sudah kemari." Zein langsung menjatuhkan kepalanya di belakang punggung Adora. "Aku sangat mengkhawatirkan kalian semua. Tapi setelah melihat kalian semua baik-baik saja aku sangat merasa lega sekarang." Adora tetap berdiri tegap membiarkan Zein beristirahat sejenak. Melihat mereka semua bersama dengan pasangan masing-masing membuat Riyan merasakan panas dihatinya. "Gini nih jadinya kalau bersama batangan, mau mesra-mesraan pun juga nggak bisa. Duh.. nasib ku jelek banget sih. Padahal momentnya pas banget lagi." Riyan menatap Karan dan Rinto dengan tatapan kasihan. Merasakan apa yang tidak benar dari perkataan Riyan, Rinto dan Karan saling pandang satu sama lain. "Sepertinya kita memiliki pemikiran yang sama!" Karan segera berdiri di belakang Riyan. "Kau benar!" Ucap Rinto juga berdiri di belakang Riyan. Dengan satu tendangan kuat dari keduanya, Riyan kembali terjun dengan bebas yang membuat semua orang tertawa lepas.