Chapter 498 - Kau Mau Kemana?

Mendengar apa yang dikatakan oleh Alisya, mereka semua mengerutkan kening tak paham. Bukan karena tidak paham akan penjelasan rencananya, melainkan tak paham dengan Adith yang pergi bersama dengan Ryu. "Bukankah harusnya yang mendampingi Ryu adalah seorang wanita? Jika bukan kamu yang pergi maka seharusnya yang pergi adalah Karin, tapi kenapa kamu malah mengatakan kalau yang pergi adalah Adith?" Tanya Yogi bingung dengan apa yang dimaksudkan oleh Alisya. "Kita tidak punya waktu lagi untuk menjelaskannya, untuk saat ini sebaiknya kita langsung melakukan pergerakan. Jika kita terlambat satu langkah saja, maka kita akan kehilangan kesempatan." Ucap Alisya tidak bisa menjelaskan rencananya kepada mereka kenapa malah Adith yang sekarang menggantikannya. Mendengar apa yang dikatakan Alisya, Adith segera melangkah secara perlahan-lahan untuk menyembunyikan diri dari Alisya. Hanya Adith yang mengerti akan apa yang terjadi pada dirinya ketika menggantikan posisi Alisya, oleh karena itu dia segera mencari cara untuk menghidarinya. "Kau mau kemana?" Tatap Alisya sinis dan sangat tajam kepada Adith yang sudah beberapa langkah akan melarikan diri. "Bukankah kau sudah berjanji untuk melakukan pengintaian dengan menggantikanku? Lalu apa yang sedang terjadi disini?" Lanjut Alisya lagi menatap lurus kepada Adith yang tertangkap basah. "Sepertinya ada yang baru saja melakukan perjanjian darah sebelumnya." Gumam Yogi menggoda Adith dan malah mendapatkan tatapan tajam darinya. "Aku hanya ingin mencari udara segar, bagaimana mungkin aku yang seorang Radithya Azura Narendra tidak menepati janjinya terlebih jika janji itu adalah pada istriku sendiri?" Adith bersilat lidah untuk menyelamatkan dirinya. "Kau bahkan menonton pertunjukan wanita lain dihadapan istrimu tapi masih dengan bangga menyebutkan namamu seperti itu?" Gumam Aurelia yang sengaja dia tunjukan untuk menggodanya juga. Ucapan Aurelia bukan hanya membuat Adith yang menjadi tersangka, tetapi semua orang yang melakukan hal tersebut menjadi tertusuk tajam karenanya. "Plakkkk!!! Sakit tau… pegang yang bener!" Tampar Elvian kepada Rafli yang menjatuhkan gulungan kabel hitam di kakinya. "Itu karena Jati, drone yang dikendalikan Jati malah menabrak kepalaku." Jelas Rafli mencoba untuk membela diri. "Kenapa kau menekan tombol enternya? Aku kan jadi harus mengulang dari awal lagi." Rendy kesal pada Elvian yang menekan tombol enter di saat bahasa program yang mereka buat belum selesai sepenuhnya. "Apa kau tidak sadar dengan kesalahan yang baru saja kau lakukan?" Tatap Jati kepada Rendy yang baru saja mematahkan stik kontrol kesayangan milik Jati. Melihat semua kekacauan yang mereka hasilkan sendiri membuat semuanya hanya bisa mendesah dengan pasrah. Bahkan Yogi sampai sedikit bergetar terhadap apa yang dikatakan oleh Aurelia. "Seperti biasa, kau selalu saja bermulut tajam dan tepat pada sasarannya." Ucap Rinto menaikkan jempolnya kepada Aurelia. "Kenapa wanita paling suka mengungkit satu kesalahan terus menerus secara berulang-ulang sih.." desah Yogi kembali merasa kalah dengan Aurelia. "Karena itu adalah senjata wanita untuk menaklukkan kalian para monster." Ucap Karin tertawa dengan riuh melihat mereka semua yang tampak suram karena hujaman kata-kata tajam Aurelia. Tepat saat Alisya dan yang lainnya masih menertawakan mereka, profesor melihat adanya pergerakan di bagian belakang Bar tersebut sehingga Jati dan Rinto segera bergerak untuk menjalankan rencana mereka. Jati dan Rinto masuk setelah sebelumnya melakukan penyamaran serta mengganti identitas mereka. Selain sebagai tenaga mekanik, kedatangan mereka ke dalam Bar tersebut adalah untuk memasukkan dan menempatkan beberapa kamera pengawas yang menjadi titik buta dari CCTV tempat tersebut. "Aku serahkan sisanya pada kalian semua, sebaiknya kalian berangkat sekarang untuk mempersiapkan semuanya. Selebihnya akan aku mengarahkan kalian ketika kalian sudah berhasil masuk ke dalam ruang bar tersebut." Jelas Alisya kepada Ryu, Adith dan Aurelia serta Yogi dan Karin. Rendy mengangguk paham dan segera keluar bersama dengan yang lainnya. Mereka semua sudah bersemangat untuk mempersiapkan semuanya. Tidak berselang, persiapan mereka yang sudah matang tepat waktu sebelum acara tersebut di mulai memberikan kemudahan bagi mereka semua sehingga dengan jelas mereka dapat memantau semua kegiatan yang sedang terjadi di dalam Bar. "Sepertinya beberapa pemimpin geng disekitar sini sudah mulai berdatangan satu sama lainnya." Seru Elvian memperlihat beberapa layar monitor yang mengambil gambar dari berbagai sudut mereka yang memasuki Bar tersebut. "Aku penasaran sebenarnya ada acara apa dengan pertemuan mereka yang seperti ini. Tidak biasanya mereka semua melakukan hal ini dengan sedikit terang-terangan." Alisya masih terus memperhatikan satu persatu orang-orang yang berada di sana dengan wanita-wanita seksi di sekeliling mereka. "Meski acara ini sedikit rahasia, tapi karena apa yang kau katakan mengenai terang-terangan memang ada benarnya juga. Tapi mereka buat seolah ini hanyalah sebuah perkumpulan biasa saja." Terang profesor Ahmad memperhatikan data orang-orang yang sedang masuk kedalam Bar tersebut. "Aku kenal pria ini, dia adalah Ardan. Salah satu anak pejabat yang terkenal playboy dan sangat kasar kepada wanita. Dia memperlakukan wanita layaknya mainan yang dapat ia pakai dan buang sesuka hatinya jika ia bosan. Salah satu anak pejabat yang harus dihindari oleh Karin pada malam ini." Tatap Elvian pada layar monitor yang menangkap wajah pemuda yang cukup tampan namun terlihat sekali wajah brengseknya di mata Alisya. "Apa yang dilakukan olehnya di tempat seperti ini? Sebenarnya transaksi apa yang akan mereka lakukan?" Alisya semakin merasa penasaran melihat segelintir orang-orang yang seharusnya takkan mungkin untuk bertemu di satu tempat yang sama. "Selain anak pejabat tersebut, beberapa bos besar yang diketahui meraup uang korupsi juga mendatangi tempat itu. Sepertinya mereka tidak ragu untuk memperlihatkan taring mereka di tempat itu karena wilayah ini berada di luar jangkauan pengawasan polisi." Terang profesor merasa takjub dengan banyaknya tamu tak terduga yang bermunculan. "Tidak bisa di pungkiri kalau negeri ini memang banyak dipenuhi oleh orang-orang kotor dan busuk seperti mereka. Mereka yang memimpin pemerintahan dengan cara yang kotor benar-benar memeras rakyat dengan begitu lihainya." Geram Alisya melihat mereka semua. "Tapi kita tidak bisa berbuat lebih. Misi kita yang berlawanan dengan apa yang sedang kita hadapi dan saksikan sekarang membuat kita tak bisa berbuat banyak. Tujuan utama kita adalah menemukan black falcon dan tidak mengambil kasus lain di luar dari misi kita. Jika tidak keberadaan kita yang tabu dapat terungkap dan bayarannya adalah eksekusi mati." Ucap profesor Ahmad memperingatkan mereka semua. Apa yang dikatakan oleh profesor Ahmad dapat dengan jelas didengar oleh Rendy dan yang lainnya yang sedang tidak bersama dengan mereka saat itu. Meski tidak menyukai fakta tersebut, mereka memang tidak bisa berbuat banyak akan hal tersebut.