Chapter 509 - Batang Tidak Berguna

Rinto memilih untuk tidak memberitahu yang lainnya karena merasa takut sesuatu hal yang buruk dapat terjadi pada mereka berdua jika dia mengambil langkah yang salah. "Tak ku sangka kau berani juga datang sendirian, kau sepertinya benar-benar sedang berperan sebagai pahlawan bagi wanita ini yah?" Ucap pria itu sembari memegang Yani dengan sangat vulgar. Melihat kondisi Yani dan adiknya yang tergeletak tidak berdaya tampak begitu mengenaskan, Rinto dengan segera menyerbu ingin menghantam pria tersebut. Akan tetapi, dengan secepat kilat pistol sudah mengarah pada kepala adik Yani yang membuat Rinto menghentikan langkahnya. "Jika kau benar-benar peduli, maka sebaiknya kau jangan melakukan sesuatu yang gegabah. Kepala anak ini mungkin tidak berharga bagimu. Tapi bagaimana jika dengan dia?" Pria itu kembali mengarahkan senjatanya kepada Yani. "Apa yang kau inginkan sebenarnya?" Tatap Rinto mengepalkan tangannya dengan sangat kuat menahan emosinya yang tak bisa ia redam lagi. "Aku? Hahahahha tentu kau tau apa yang aku inginkan. Jika tidak kau mungkin takkan berani datang kemari." Ucapnya tertawa pelan. "Jika hanya karena balas dendam atas apa yang sudah aku lakukan untukmu, Sepertinya kau tidak perlu repot-repot untuk menculik mereka semua." Rinto mulai mengamati lingkungan sekitarnya untuk melihat apakah ada jalan yang bisa mereka tempuh untuk menyelamatkan Yani dan adiknya. "Benar, tapi ayahnya telah menjual mereka berdua padaku. Untuk itulah aku bebas melakukan apapun kepada mereka, termasuk seperti ini." Pria itu kembali memprovokasi Yani yang terus menangis dan berusaha untuk menghindari apa yang di lakukannya. "Bertahanlah sebentar lagi…" Rinto langsung menyerbu dan ingin membunuhnya, namun ternyata pria itu sudah menyewa seseorang yang merupakan pembunuh bayaran. Sebuah tembakan melesat di kaki adik Yani membuat Rinto berhenti sehingga ia yang semula akan menyerang pada akhirnya harus pasrah ketika mendapat serangan balik. Adik Yani yang semula pingsan akhirya tersadar berkat rasa sakit yang ia rasakan pada bagian kakinya. Dia berteriak dengan kencang menahan rasa sakit di kakinya tersebut. "Yena…" teriak Yani yang langsung menggigit telinga pria itu hingga putus. Pria itu berteriak dengan se jadi-jadinya karena merasakan sakit pada bagian telinganya. Dengan penuh amarah, pria itu langsung mendaratkan tinju pada bagian perut Yani, yang langsung membuat Yani meringkuk sakit dalam posisi terikat. Rinto yang ingin menyelamatkan mereka tak bisa berbuat banyak karena takut karena kesalahannya lah adik Yani harus mendapatkan tembakan tersebut. Tembakan sebelumnya mungkin hanyalah sebuah peringatan saja, tetapi dia berbuat lebih jauh lagi maka bisa jadi pria itu akan membunuh mereka tanpa ragu-ragu lagi. "Bukkkk bukkkk bukk" Rinto terus mendapatkan hujaman pukulan dan hantaman yang sangat kuat. Ia akhirnya harus di ikat di sebuah kursi menghadap pada pria tersebut. "Keputusan yang tepat untuk tidak melawan, karena jika kamu melawan maka kau hanya akan melihat jasad mereka saja. Hahahahahah" ia tertawa sembari meringis sakit pada bagian telinganya.  "Akan tetapi, karena perempuan ini sudah membuatku marah maka aku harus memberinya hukuman. Lihat apa yang sudah kau perbuat karena berani menggigit telingaku." Ucapnya langsung menjambak rambut adiknya dan membawanya ke atas meja. Adiknya semakin meringis kesakitan akan apa yang dilakukan oleh pria tersebut. Pria itu melepas ikatan pada kaki dan tangannya lalu dengan kasar membanting Yena di atas meja seolah berniat untuk memperkosanya. "Dasar biadab, sialan, kau tidak ada bedanya dengan seorang iblis jahanam." Teriak Yani meronta ronta ingin menyelamatkan adiknya yang masih terus berusaha melawan pria itu yang mulai merobek bajunya. Rinto yang terikat dengan tubuh yang memar dipenuhi luka-luka pun pada akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa karena pembunuh bayaran itu sekali lagi memberikannya tendangan yang langsung membuat ia jungkir balik bersama dengan kursi tersebut. "Hahahahahha… ternyata kau hanyalah pria lemah yang hanya mengandalkan satu batang yang sama sekali tak berguna itu. Kau pikir batang kecil pendek yang kau miliki itu bisa membuatku merasa pedih dengan apa yang kau lakukan?" Yani terus tertawa memprovokasi pria tersebut. Pria itu seketika menghentikan apa yang di lakukannya sejenak. "Kau menaruh dendam pada pria itu karena dia berhasil mendaratkan tendangan berputar di wajahmu, dan itu berhasil di rekam oleh sebagian orang. Bukankah bekas lebam di wajahmu adalah bekas tamparan dan pukulan dari orang-orang yang menganggapmu tidak berguna?" Lanjutnya lagi yang langsung membuat pria itu mengambil senjatanya dan di arahkan kepada Yani. "Jangan kau pikir aku segan untuk membunuh mu, sepertinya lidahmu untuk sudah saatnya untuk di bungkam selama-lamanya." Ia kemudian menarik pelatuk pistolnya untuk menembak Yani, namun ternyata Yena melindungi kakanya dengan tubuhnya yang lemas dan setengan telanjang. "Yenaaa!!!" Teriak Yani ketika Yena memeluknya dengan sangat erat.  Pada bagian dadanya terdapat sebuah buku yang cukup tebal yang sengaja Yena tempatkan di hadapannya agar Yani tidak mendapatkan tembakan yang menembus dari dirinya. Bersamaan dengan hal tersebut, sebuah ledakkan terdengar dengan sangat keras dari luar ruangannya. "Kau, pergilah periksa apa yang sedang terjadi. Bunuh siapapun yang ingin masuk ke dalam ruangan ini." Perintah nya kepada pria pembunuh bayaran tersebut. Beberapa orang lainnya yang berada di dalam ruangan itu pun juga mengikuti si pembunuh bayaran itu, sehingga hanya menyisakan pria tersebut. Melihat Pria itu kembali mendekati Yani dan menyingkirkan tubuh adik Yani, Rinto akhirya mengeluarkan seluruh kekuatannya. Pikirannya tertuju pada Yani yang mana hanya tersisa dirinya lah dihadapannya saat ini, sehingga hal itu membuat keinginan dan mentalnya meningkat dengan sangat pesat. Ikatan rantai yang mengikat dirinya pada kursi kayu tersebut segera membuat Rinto memutuskannya dan menghancurkannya dengan sangat keras. Pria itu terkejut dan langsung berlari menuju Yani dan menempelkan kembali pistolnya ke kepala Yani. "Jangan bergerak, jika kau kembali bergerak maka aku akan menembak kepala wanita ini. Kau tentu tak ingin wanita ini mati di hadapan mu bukan?" Ucapnya dengan begitu angkuh, namun Rinto tetap berjalan menghampirinya dengan tatapan yang sangat luar biasa menakutkan. "Sudah ku bilang jangan mendekat!!!" Bentaknya dengan kuat. Tepat sebelum ia menarik pelatuknya, jari-jari tangannya telah tersayat-sayat dan memutuskan ke lima jari-jari miliknya. "Arrggghhhh…" teriak pria tersebut dengan sangat keras saat melihat jari tangannya berjatuhan satu persatu. Pria itu segera berjalan terseok-seok penuh ketakutan saat melihat hal yang sangat mustahil di depan matanya. Beberapa pisau tampak melayang-layang di udara dengan sangat cepat mengelilingi Rinto.  Energi nano Rinto yang keluar dengan begitu dahsyatnya tanpa ia sadari, sehingga menimbulkan bunyi pisau yang saling bertabrakan satu sama lain dengan kecepatang sangat tinggi.