Chapter 515 - Afasia

"Bagaimana dengan keadaannya?" Adith dan Alisya datang mengunjungi Rinto, Yogi yang sudah berada di dalam tampak tertunduk mengkhawatirkan Rinto. "Entahlah, dia sudah tidak bangun selama hampir seminggu ini. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya, tapi ayah Karin berkata kalau Rinto terlalu banyak kehilangan energi nanonya yang menyebabkan dia membutuhkan waktu untuk bisa sadar kembali." Terang Yogi dengan suara yang terdengar lesu dan khawatir. "Kau tidak perlu khawatir, aku yakin dalam beberapa hari lagi dia pasti akan terbangun. Kau ingatkan bagaimana aku juga sampai tidak bisa terbangun hingga beberapa hari karena kehilangan banyak energi nano?. Mungkin itulah kondisi yang sedang dialami oleh Rinto saat ini." Jelas Alisya mengingatkan Yogi, mengenai dirinya yang sebelumnya juga mendapatkan kondisi yang sama. "Ya kau benar, aku hanya berharap dia segera bangun dan bisa kembali bekerja dengan baik." Ucap Yogi berdiri dari tempat duduknya untuk membersihkan keringat yang bercucuran dari pelipis Rinto. "Bagaimana dengan Yani? Apa sekarang dia masih terus diam dan berkata apa-apa?" Yogi ingat dengan kondisi Yani yang sebelumnya terlihat cukup parah. Dalam beberapa hari terakhir, Yani terus terdiam dan mengurung diri karena terus tenggelam dan kesedihan mengingat apa yang terjadi di depan kedua matanya sendiri. "Seperti yang kau dengar, Yani saat ini sedang mengalami Afasia. Dan lepbih tepatnya dia mengalami dua afasia sekaligus, yaitu Afasia ekspresif dan Afasia anomik." Terang Adith menjelaskan kepada Yogi, mengenai kondisi yang di alami oleh Yani saat ini. "Afasia? Bukankah itu adalah penyakit kelainan otak yang biasanya penyebab utamanya adalah tumor, kecelakaan yang membuat kerusakan pada tau atau demensia?" Yogi tertegun belum memahami secara pasti mengenai Afasia yang dimaksudkan oleh Adith. "Benar, tapi yang di alami oleh Yani sedikit berbeda dengan apa yang kamu pahami. Yeni mengalami trauma yang sangat kuat sehingga menyebabkan beberapa kerusakan sistem saraf yang ada pada bagian otaknya." Jelaskan Alisya membenarkan apa yang dikatakan oleh Yogi mengenai afasia. "Afasia ekspresif adalah penyakit di mana seseorang sebenarnya tahu apa yang akan dia katakan namun sulit untuk dapat mengutarakannya. Sedang afasia anomik, di mana seseorang kesulitan dalam memilih dan menemukan kata-kata yang tepat ketika menulis dan berbicara. Dan itulah kondisi yang dialami oleh Yani di saat ini." Jelas Adith lagi secara rinci. Adith yang merupakan seorang dokter saraf tentu saja tahu mengenai apa yang sedang dialami oleh Yani saat ini. "Lalu, apa yang akan kalian lakukan untuk menanganinya?" Tanya Yogi kepada Adith dan Alisya. "Untuk saat ini kami sedang melakukan terapi terhadapnya, serta menggunakan alat peraga sebagai penyampaian pesan baginya. Hal ini cukup dapat digunakan untuk dia dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain." Jelas Adith duduk di sebelah ranjang Rinto dan memandangi nya dengan penuh khawatir. "Kondisi yang dialami Ani saat ini membuat dia semakin tidak ingin berkomunikasi dengan siapapun. Dia hanya akan menjawab dengan ya atau tidak, jika pertanyaan yang diajukan padanya pun juga cukup mudah." Alisya terduduk ke sofa memikirkan Yani. "Dia yang kehilangan semua harapannya untuk bertahan hidup di dunia ini, tentu saja akan merasa sangat sulit untuk bisa bertahan menghadapi kenyataan mengenai meninggalnya dua orang yang sangat ia cintai, terlebih mereka meninggal dengan cara yang cukup mengenaskan di hadapan kedua matanya secara langsung." Alisya tanpa sadar mengeluarkan energi nanonya dengan sangat dahsyat karena marah. "Dan kita tidak bisa berbuat apa-apa mengenai hal tersebut. Apa yang bisa kita lakukan saat ini adalah terus memberikannya dukungan agar ia benar-benar bisa kembali pada kondisinya semula. Karena jika dibiarkan terus berlanjut, hal itu mungkin akan semakin mempengaruhi sistem kerja otaknya." Jelas Adith menenangkan Alisya untuk menahan diri. "Kita juga harus melakukan sesuatu pada pria bodoh satu ini, jika orang yang mengajak Yani untuk berkomunikasi adalah Rinto, mungkin saja Rinto bisa mencapai hati Yani." Ucap Yogi menunjuk Rinto dengan matanya sedang ia setengah bersandar di dekat jendela. "Ya, kau mungkin benar. Saat ini yang dibutuhkan oleh Yani adalah perhatian serta dukungan orang-orang sekitarnya untuk bisa memahami apa yang sedang ia alami saat ini." Karin masuk dengan tersenyum hangat kepada mereka semua. "Ayah sudah bekerja keras untuk meningkatkan daya kerja serum ini, semoga saja ini bisa mengembalikan dan mengendalikan energinya yang kacau di dalam tubuhnya sehingga sistem dalam tubuhnya dapat bekerja dengan baik dan mengembalikan kesadarannya dengan cepat." Lanjut Karin sekali lagi sembari memperlihatkan sebuah serum yang sudah di pegangnya. "Apa kau yakin dengan hal ini? Apa kau sudah mencobanya sebelumnya?" Tanya Alisya khawatir kalau Rinto akan menjadi kelinci percobaan dua orang yaitu anak dan bapak yang sangat gila dalam melakukan percobaan tersebut. "Te… tentu saja!" Ucap Karin dengan ekspresi yang cukup aneh. "Kau tidak yakin ternyata!" Ketus Yogi kesal kepada Karin. "Bagaimana mungkin kau akan memberikan serum itu di saat kau tak mengetahui kalau serum itu belum teruji dengan baik." Ucap Alisya mengingatkan Karin dengan tidak membiarkannya mendekat. "Apa Rinto tidak akan mendapatkan efek dari penggunaan serum tersebut?" Tanya Adith khawatir dengan apa yang akan dilakukan oleh Karin. "Kalian tidak perlu khawatir, bukankah kalian sudah tahu sendiri bagaimana aku dan ayahku menciptakan berbagai bahan dan alat-alat yang mampu membuat kalian bisa menjadi lebih kuat?" Terang Karin sembari membuang mukanya tak ingin bertatapan mata dengan mereka. "Kau sedang berbicara dengan siapa?" Tanya Alisya dengan sinis. Alisya yang telah mengetahui dan merasakan selama ini dengan semua yang mereka lakukan cukup tau kalau adakalanya ia yang selalu menjadi objek percobaan mengalami hal yang cukup mengerikan. "Ah.. intinya adalah setidaknya kita harus mencobanya terlebih dahulu. Bagaimana kita akan tahu kalau ini berhasil atau tidaknya jika kita belum mencobanya terlebih dahulu. Percayalah padaku, kami sudah melakukan yang terbaik." Jelas Karin dengan penuh keyakinan. "Baiklah, benar apa yang di katakan oleh Karin. Kita tidak akan tahu sampai kita mencobanya dan melihatnya sendiri." Adith pada akhirnya menyetujui apa yang dikatakan oleh Karin. "Jika memang tak ada cara lain, mungkin sebaiknya cara itu harus di lakukan" Alisya juga tidak bisa berbuat banyak selain percaya pada kemampuan ayah Karin dan Karin. Setelah mendapatkan dukungan dari ketiganya, Karin segera memberikan Serum tersebut kepada Rinto. "Sekarang kita tinggal menunggu serum itu bereaksi pada tubuhhnya…" Karin yang belum selesai menjelaskan dikejutkan dengan Rinto yang sudah terduduk di atas ranjangnya. "Yani…!" Teriak Rinto dengan Keras. "Plakkkkk!" Tampar Karin karena kaget.