Chapter 519 - Pesan Ibu Yani

"Nak Rinto, Yani itu anaknya pekerja keras sekali. Dia juga tidak akan memperlihatkan kesedihannya kepada siapapun, sebab dia yang merasa sebagai anak pertama yang menjadi tulang punggung keluarga menjadikan dirinya lebih bersikap kuat dan tegar." Suara ibu Yani segera membuat Yani menangis dalam diam.

Suara yang sangat di rindukannya itu dengan segera membuat air matanya jatuh tak tertahankan. Melihat Yani yang terus menahan air matanya dengan tidak membiarkan air mat aitu terlihat oleh Rinto, membuat Rinto segera berpaling dan ingin pergi meninggalkan Yani untuk sementara waktu.

"Huh?" Rinto yang sudah berjalan keluar segera di hentikan oleh Yani sehingga Rinto mau tidak mau tetap berada di dalam ruang tersebut namun dengan posisi membelakangi Yani.

"Yani selalu menyembunyikan kesedihannya di balik senyumnya yang ceria, dia juga tidak pernah menunjukkan ekspresi marah kepada kami. Tapi ketika bersamamu, aku bisa melihat berbagai ekspresi yang ia tunjukan padamu." Ucap ibu Yani dengan senyumnya yang telihat sudah mulai mengkriput tersebut.

""Saya tidak yakin apakah saya masih akan bisa melihatnya nanti, tapi rasanya saya sudah tidak memiliki waktu yang cukup untuk bisa terus menemaninya hingga ia menikah di saat kondisiku semakin tak menentu. Saya mungkin tidak seharusnya mengatakan ini padamu, tapi kau adalah laki-laki pertama yang pernah menemuiku meski kau mengaku sebagai teman ataupun atasannya saat ini." Ibu Yani menepuk punggung tangan Rinto dengan senyuman hangat.

Setiap kata yang ia ucapkan dengan nafas yang berat membuat Yani merasakan sesak dihatinya. Dadanya seolah tak sanggup untuk menahan semua beban kesedihannya saat ini, tapi ia masih terus ingin mendengar apa yang akan di katakan oleh ibunya.

"Sekarang mungkin ia sedang memilihku sebagai prioritas hidupnya, tapi tidak menutup kemungkinan kalau suatu saat nanti dia akan memilih seorang pria sepertimu. Tempat dia kembali juga mungkin masih kepadaku, namun suatu saat nanti tempatnya kembali dan rumahnya adalah dimanapun ia bisa bersamamu." Ucapnya lagi sembari terus memperhatikan ekspresi Rinto yang kebingungan.

"Tapi tante, kenapa tante mengatakan semua ini padaku? Aku bukanlah…" Rinto yang ingin menjelaskan mengenai dirinya kepada ibu Yani segera di cegatnya dengan cepat.

"Yani mungkin bukanlah orang yang kau pilih saat ini, tapi saya sangat berharap kalau suatu saat nanti wanita yang dapat menyentuh hatimu adalah Yani. Atau.. kau sudah memiliki wanita lain saat ini di dalam hatimu?" tanya ibu Yani ingin memastikan.

Rinto hanya terdiam tak bisa menjawab apa yang menjadi pertanyaan ibu Yani. Rinto bingung dan tak tahu apa yang harus ia katakan saat ini, di saat dia juga tidak bisa mengatakan kalau hatinya memang pernah di isi oleh seseorang.

"Melihatmu tak menjawab dan terdiam, sepertinya memang benar. Saya mungkin akan sedikit egois jika meminta hal ini padamu, tapi saya tidak tahu kepada siapa lagi saya bisa menitipkan Yani dan Yena. Mereka semua tidak memiliki sanak saudara lagi karena semuanya membenci kami dan memusuhi kami." Ibu Yani tampak memandangi Rinto dengan sangat serius.

"Jika kamu tidak bisa memilih Yani sebagai istrimu, maukah kau menjaga mereka sebagai saudaramu? Maksud saya adalah kau bisa memperlakukan Yani dan Yena layaknya sanak saudara dan keluargamu, agar keduanya bisa memiliki orang lain untuk tempat berbagi selain bersamaku." Lanjutnya lagi dengan sedikit terbatuk-batuk pelan.

"Kenapa tante berbicara seperti itu? Yani sudah menjadi bagian dari kami sekarang, jadi tante tidak perlu berkata seperti itu." Ucap Rinto sembari mengambilkannya air minum.

"Saya tau, tapi saya merasa akan lebih melegahkan jika saya juga mengatakan hal ini kepadamu. Saya sangat berharap kalau kamu bisa melindunginya, terus bersamanya dan menjadi temannya dalam suka dan duka. Dan tentu saja saya berharap kalau kau juga mau menikahinya." Ucapnya sembari tertawa pelan seolah sedang ngotot meminta kepada Rinto.

"Saya berharap kalau Yani juga bisa menemukan kebahagiannya sendiri tanpa harus merasa terbebani dengan kondisi kami. Saya sangat ingin dia bisa menjalani hidup yang dipenuhi dengan kebahagiaan, tidak seperti apa yang dia hadapi saat ini. Dengan begitu, aku bisa pergi dengan tenang meninggalkannya suatu saat nanti." Ucapnya lagi dengan senyuman penuh kebahagiaan seolah sedang membayangkannya.

Melihat senyuman itu, Yani akhirnya tersadar kalau apa yang dia lakukan saat ini adalah sepenuhnya salah. Dia mungkin sudah membuat ibunya merasa tak tenang saat ini akibat apa yang sudah ia lakukan selama lebih sebulan ini dengan terus meratapi kepergian keduanya.

"Terima kasih banyak!" suara Yani dalam serak segera mengejutkan Rinto. Meski dia sangat ingin membalikkan badannya, ia berusaha untuk mengendalikan diri takut kalau Yani mungkin akan merasa tersinggung dan tak nyaman jika ia melihatnya menangis.

"Kau sudah tidak marah lagi padaku kan? Maafkan aku karena aku…" Alisya yang sudah menantinya di bawah berharap-harap cemas dengan keluarnya Yani. Sehingga begitu ia keluar, dia dengan segera menghampiri Yani. Yani segera menggeleng pelan menghentikan Alisya yang meminta maaf padanya.

"Maaf karena sudah membuat kalian semua khawatir, aku sudah merasa lebih baik sekarang!" tegas Yani dengan tersenyum hangat yang langsung membuat mereka semua terkejut dan terharu melihat senyuman Yani tersebut.

"Kau berbicara? Aku tak salah dengarkan kalau dia tadi baru saja berbicara dan menjawab perkataanku?" Alisya menoleh kepada yang lainnya karena merasa kalau ia mungkin saja salah mendengar, namun melihat mereka semua yang sama terkejutnya membuat Alisya yakin kalau ia memang tak salah dalam mendengar.

"Akhirnya kau berbicara juga, aku sampai menyiapkan seribu satu cara bahkan menghubungi dokter terkenal yang ada di Jepang agar kau bisa berkomunikasi dengan baik." Akiko tak bisa menahan air matanya ketika melihat Yani yang tersenyum meski sedikit kaku.

"Sepertinya kekuatan cinta memang memberikan pengaruh yang sangat besar." Karin menoleh kepada Rinto yang langsung membuat laki-laki itu merona karena malu.

"Syukurlah kalau semua baik-baik saja, aku harap selama kau berada disini, kau bisa meningkatkan kondisimu dengan berjalan-jalan dan menikmati waktu yang ada disini." Terang Karan merasa sedikit legah dengan perkembangan yang terjadi pada Yani.

"Aku akan mengajakmu menikmati indahnya Jepang, aku harap kau mau lebih banyak berbicara sekarang, dan soal ibu dan adikmu.." Alisya ragu untuk mengatakannya.

"Aku tau, aku mungkin masih merasa sedih dan takkan melupakan mereka! Tapi bukan berarti aku harus tenggelam dalam kesedihan bukan?" tatap Yani kepada Alisya yang langsung membuat Alisya memeluknya dengan hangat.

"Akhhh!!!" tiba-tiba saja seseorang menarik tangan Akiko dengan kasar sehingga membuat semua orang yang ada di sana terkejut.

"Cotto, Onii Chan! (Tunggu, Kakak!)" ucap Akiko dalam Bahasa Jepangnya mencoba melepaskan diri dari tangan kakaknya.