Chapter 520 - Singkirkan Tanganmu

Melihat seseorang membawa Akiko dengan begitu kasar membuat Karin dan yang lainnya menarik nafas dengan pasrah.

"Demi apa lagi ini, kita baru saja selesai dari satu masalah, dengan hati serta pundak kita juga baru saja nyaman. Kenapa masalah berikutnya datang begitu cepat tanpa ada peringatan terlebih dahulu?" Karin mengerutkan keningnya ketika melihat Akiko dibawah pergi begitu saja dari hadapan mereka.

"Apa dia kakaknya Akiko?" Tanya Rinto dengan tatapan khawatir pada Akiko.

"Mendengar Akiko memanggilnya seperti itu, sudah jelas kalau pria itu adalah kakak dari Akiko." Ucap Karin melihat Akiko tampak sedikit kesulitan saat tangannya di tarik paksa.

"Tapi kenapa dia terlihat sangat marah seperti itu pada Akiko?" Tanya Yani masih belum bisa memahami apa yang sedang terjadi di hadapannya saat itu.

"Jadi pria itu yang menjemput Akiko? Yah… setidaknya dia adalah kakak Akiko satu-satunya yang masih memiliki perasaan kasih sayang padanya." Gumam Alisya menatap kepergian mereka berdua.

"Oni chan, lepaskan. Kau menyakiti tangan ku." Akiko berusaha untuk berbicara dengan kakaknya.

"Aku sangat kaget mendengar kau akan pulang, tapi tak kusangka kau tak pulang sendirian." Terang Aoki masih tak melepaskan tangan Akiko.

"Dengarkan penjelasanku dulu, jangan menarikku dengan kasar seperti ini. Oni chan, hanya kau yang bisa mendengarkanku saat ini jadi ku mohon lepaskan dulu sebentar saja." Ucap Akiko memelas kepada Aoki untuk dilepaskan.

"Kau tau apa yang telah kau lakukan saat ini? Apa kau sadar kalau kau telah melupakan tujuan awalmu? Aku tak menyangka kalau akan pulang hanya untuk menunjukkan seorang pria pada kami." Ucap kakaknya terus menarik Akiko pergi dengan genggaman yang lebih kuat.

"Akkh.." Akiko semakin merasakan sakit di bagian tangannya yang dipegang oleh kakaknya.

"Lepaskan dia, Maaf aku mungkin tak seharusnya untuk ikut campur dengan urusan kalian, tapi aku tidak bisa tinggal diam ketika kamu sudah menyakitinya." Ucap Karan memegang tangan kakak Akiko dengan sangat kuat sehingga ia tidak bisa menarik kakiku lagi.

"Singkirkan tanganmu, Kau pikir siapa dirimu berani menghentikanku? Sebaiknya kau tidak ikut campur dalam urusan kami. Tidak perduli siapapun dirimu, kau hanya akan mendapatkan kerugian karena melakukan ini." Kakak Akiko terlihat sangat marah ketika Karan menghentikannya.

"Aku tak bermaksud apa-apa, Tapi aku harap kau bisa membawanya dengan cara yang baik-baik. Apa yang kau lakukan saat ini sangat menyakiti dirinya, dan aku takkan menghentikan mu untuk membawa nya tapi setidaknya lakukanlah dengan cara yang sopan." Ucap Karan dengan terus menggenggam erat tangan kakak Akiko agar ia bisa menghentikan aksinya dalam menarik Akiko secara kasar.

"Akiko, ikutlah bersama kakakmu dan pulanglah ke rumahmu. Aku akan datang menjemputmu nanti, tunggu aku di sana. Aku janji dan akan aku pastikan untuk menjemputmu dan membawamu dengan cara yang baik-baik." Karan memandang Akiko agar ia mau mendengarkan apa yang di inginkan oleh kakaknya.

Akiko mengangguk pelan mendengar apa yang dikatakan oleh Karan. Akiko paham betul mengapa kakak keduanya datang menemuinya saat itu, sebab dia sudah memberitahu mereka akan kedatangannya yang tak sendiri melainkan bersama dengan seorang pria.

"Brengsek, kau…" Kakak Akiko tampaknya ingin melakukan sesuatu kepada Karan, namun dia dengan segera dihentikan oleh Ryu.

"Aoki san, sebaiknya kau menjaga sikap mu. Kita sedang berada di bandara yang sangat ramai. Jika kau melakukan hal yang lebih dari ini, maka kau sedang mempermalukan dirimu sekarang." Tegas Ryu memperingatkan kakak Akiko.

"Diam kau, kau bahkan tak pantas untuk menyebut namaku dengan mudahnya kau berani menasehatiku dengan mulut kotormu itu?" Aoki yang masih ingin melanjutkan kata-katanya pada akhirnya memilih untuk menarik nafas dalam dan menyerah karena semua orang memang sedang melihat ke arahnya saat ini.

"Sebaiknya kau mengikuti ku selagi aku masih berbuat baik padamu." Ucap Aoki sembari berjalan pergi meninggalkan mereka.

"Maafkan aku, aku akan pergi bersama kakakku dan kita berpisah disini, tapi aku akan menunggumu di sana. Jemput aku!" Tatap Akiko kepada Karan kemudian memberikannya ciuman yang cepat dan berlalu pergi dengan tatapan sendunya.

"Tidak usah khawatir Kak, kita akan pastikan untuk menjemputnya nanti. Kau hanya perlu sedikit berjuang lebih keras untuk bisa mendapatkannya." Karin datang untuk menenangkan Karan atas kejadian yang baru saja ia alami.

"Berita mengenai aku yang masih hidup itu belum di ketahui oleh mereka sampai saat ini bukan?" Tanya Alisya kepada Ryu melihat Aoki tak menyadari kehadirannya di sana.

"Benar nona, tuan menyuruh saya untuk sebaiknya tetap merahasiakan keberadaan nona terhadap mereka." Tegas Ryu kaget saat Alisya sudah berada di samping mereka.

"Ada apa? Kenapa paman harus merahasiakannya dari mereka? Bukankah harusnya mereka tahu akan keberadaan Alisya sehingga dengan begitu mereka tidak bisa berbuat banyak untuk terus menjatuhkan dirimu?" Karin tahu betul kesulitan Ryu yang selama ini berjuang untuk terus mendirikan perusahaan yang di pegang oleh kakeknya karena tidak ingin ia berikan kepada keturunannya dari Jepang.

"Sepertinya aku tau kenapa kakek dan ayah melakukan itu semua. Pertama kenapa kakek tidak memberikan bisnis ini kepada mereka, selain karena kakek tidak suka dengan cara mereka memimpin, tapi juga karena keserakahan mereka dalam dunia bisnis tentu membuat kakek khawatir." Ucap Alisya dengan terus berjalan di ikuti oleh yang lainnya.

"Sedang ayah yang merasahasiakan kedatanganku kembali ke Jepang dan mengenai keberadaanku adalah karena dari awal aku memang belum cukup kuat untuk bisa melawan mereka semua." Mereka telah sampai di depan pintu keluar bandara dengan puluhan mobil hitam parkir menjemput mereka.

Satu mobil panjang Great Wall Hover Pi Limousine yang tampak mewah itu terparkir di bagian tengahnya di ikuti dengan puluhan pria berjas serba hitam dengan kaca mata hitam berjejeran di sampingnya membukakan jalan untuk kedatangan Alisya.

"Tapi dengan kedatangan ku saat ini, aku sepertinya sangat siap untuk bisa menantang mereka. Mari kita menjemput permaisuri sekaligus merebut kembali apa yang memang menjadi milikku." Alisya memasang kaca matanya berjalan dengan begitu percaya diri.

Yani sangat takjub melihat semua yang terjadi saat itu, ia tidak menduga kalau semua itu bisa terjadi di hadapannya, namun mengingat mereka bisa menaiki sebuah pesawat pribadi sebelumnya, Yani perlahan mulai memahami situasinya.

"Itu adalah reaksi yang normal, karena pertama kali kami melihatnya juga kami memasang wajah seperti yang kamu lakukan saat ini." Terang Karin berjalan berdampingan dengan Yani karena masih mengkhawatirkan kondisinya yang lemah.

"Selamat datang kembali nona!" Ucap mereka semua tertunduk menghormat mengikuti apa yang dilakukan oleh paman Yasashimura.

"Terima kasih banyak Paman!" Alisya tersenyum hangat pada pamannya yang sudah tampak tua tersebut.