Slamet menatap Randika, berusaha menekan rasa takutnya yang muncul dari dalam hatinya. Namun, badannya terus bergetar tanpa henti dan keringatnya tidak bisa berhenti mengalir.
"Kau boleh mengatakan ini adalah nasib buruk ketika kau bertemu denganku." Randika tertawa. "Aku sangat ahli mengubur orang-orang sepertimu. Tetapi karena aku orang baik, jadi aku mengampunimu. Jadi kau mau ngasih uangku atau tidak?"
Mendengar kata-kata Randika dengan nada mengancam itu, Slamet seakan ingin pingsan.
"50 juta?" Slamet menelan air ludahnya.
"Benar, kalau tidak kau mengerti apa yang akan terjadi kan?" Randika menepuk bahu Slamet.
"Sudah ayo cepat, bukankah kau tadi mengatakan kau mendapatkan puluhan juta tiap harinya?" Randika meremas bahu Slamet. "kesabaranku mulai menipis."
"Lagipula, ini bukan pertama kalinya kau melakukan pemerasan ini bukan?"
Slamet benar-benar sudah berkeringat deras. Kali ini, dialah yang ada di ujung jurang.
"Aku tidak punya sebanyak itu, aku hanya punya 40." Kata Slamet dengan menggertakan giginya.
Randika terkejut, pria ini kaya juga.
"Uang tetaplah uang, kamu beruntung aku adalah orang yang sabar." Randika menghela napas. "Jarang ada orang sesabar aku."
Wajah milik Slamet sudah benar-benar jelek. Ketika dia memberikan uangnya pada Randika, Randika hanya tersenyum. "Kalau aku tidak punya uang lagi, aku akan kembali ke tempat ini."
Mendengar hal tersebut, Slamet benar-benar ingin pingsan.
Setelah mendapatkan uangnya, Randika beserta yang lain keluar dari tempat makan itu. Sedangkan Slamet, dia hanya berdiri di tempat sambil melihat sosok Randika yang segera menghilang. Di tengah-tengah tempatnya yang berantakan itu, dia menghela napas dalam-dalam. Hatinya benar-benar dipenuhi dengan rasa takut bercampur benci.
Dia lalu membalik sebuah meja sambil memaki keras. Tatapan matanya benar-benar dikuasai oleh rasa marah dan benci.
Akan kubuat kau merasakan akibatnya!
.........…..
Randika dan para perempuan ini kembali berjalan-jalan. Meskipun hari sudah malam, tempat pariwisata ini dipenuhi dengan keramaian dan cahaya lampu yang terang.
Para perempuan kembali mengobrol dengan riang. Sekarang, topik obrolan mereka bukanlah tentang make up ataupun makanan melainkan Randika.
"Pak, kenapa kau begitu hebat tadi?" Kata salah satu perempuan dengan mata berbinar.
"Pak, apakah kau dulu belajar silat?"
"Pak, apakah kau bisa mengajarkanku?"
Beberapa perempuan berbicara bersamaan membuat Randika menjadi pusing. Namun, situasi ini membuat Randika merasa dirinya sangat keren.
Inggrid menatap tajam Randika, yang wajahnya sudah nyengir tidak karuan. Bajingan ini akan dipuji-puji lagi?
"Itu semua rahasia, aku tidak bisa menceritakannya." Randika tertawa. "Lagipula, meskipun para preman tadi itu kekar, mereka sama sekali tidak kuat."
"Oh? Kenapa begitu?" Tanya para perempuan dengan rasa penasaran.
"Dari cara mereka bergerak sudah kelihatan. Napas mereka juga terburu-buru, otot mereka juga tidak wajar berkembangnya jadi jelas itu pengaruh obat."
............…..
Kelompok ini terus berjalan mengitari kota sambil mengobrol. Sekarang, topik mereka berubah menjadi lelucon.
"Aku punya jokes lucu. Makanan apa yang pandai menyanyi? Telor Swift!"
"Ah, punyamu kurang lucu. Aku punya cerita lucu yang kualami sendiri. Ketika aku naik pesawat kapan hari, ada bapak-bapak yang duduk di sampingku menyapaku dan menanyakan tujuanku. Setelah aku ngomong mau ke Cendrawasih, dia dengan santainya mengangguk dan mengatakan kalau tujuannya kita sama. Ya iya kita kan satu pesawat masa dia mau turun di tengah-tengah perjalanan? Hahaha"
"Masih kurang lucu, coba dengarkan punyaku! Jadi ada seekor katak menemui seorang peramal untuk mengetahui apakah dia akan beruntung dalam urusan asmara atau tidak. Peramal itu kemudian membaca telapak tangan si katak dan mengatakan bahwa dia memiliki kabar buruk dan baik. Karena ingin mendengar kabar baik dulu, si peramal mengatakan bahwa si katak akan bertemu dengan seorang gadis cantik. Perempuan itu akan tertarik padanya dan ingin mengetahui segala sesuatu tentang dirinya. Dia ingin mendapatkan hati si katak. Mendengar hal tersebut, si katak benar-benar senang dan bertanya apa kabar buruknya. Si peramal hanya menghela napas dan berkata bahwa dia akan menemuinya di kelas biologi."
Randika mendengar semua ini dari samping. Entah kenapa baginya jokes-jokes seperti ini kurang lucu baginya.
"Mungkin pak Randika punya sesuatu?" Randika tiba-tiba ditanya oleh salah satu perempuan.
"Ah?" Randika yang melamun terkejut mendengarnya.
"Ayo pak! Beri kami satu." Beberapa lainnya mulai mengompori.
Tatapan mata Inggrid dan Viona juga berharap Randika mau bercerita juga.
"Baiklah kalau begitu." Randika menelan air ludahnya dan mulai bercerita. "Suatu hari, ada seorang pria yang ingin menurunkan berat badannya. Tetapi karena malas berolahraga dan membatasi makannya, dia mendatangi sebuah gym yang menawarkan program menurunkan badan dengan cepat."
Randika berhenti berbicara sebentar dan melihat bahwa tatapan mata semua perempuan tertuju pada dirinya.
"Saat dia mendatangi resepsionisnya, dia ditawari mau membakar berapa kalori. Ada yang 500, 1000 dan 1500. Setelah memikirkan matang-matang, pria itu memilih yang 500 kalori. Saat dia masuk ke dalam sebuah ruangan, sudah ada wanita cantik yang menunggu dirinya. Perempuan itu mengatakan bahwa jika dia bisa mengejar dirinya, maka dia akan memperlihatkan dadanya."
Mendengar lelucon mesum ini, wajah para perempuan menjadi merah. Mereka tidak menyangka lelucon Randika akan menjadi mesum.
"Dengan semangat menggebu-gebu, pria itu berhasil mengejar perempuan itu setelah 30 menit. Mendapatkan hadiahnya dan sebuah ciuman, pria itu mengetahui bahwa dia berhasil turun 1 kg dalam sehari. Merasa bahwa efek yang diberikan gym ini bagus, pria ini datang lagi besoknya. Kali ini dia meminta yang 1000 kalori. Setelah dia masuk ke ruangan, sudah ada wanita cantik lainnya yang menunggunya. Kali ini perempuan itu mengatakan bahwa jika dia berhasil mengejar dirinya, dia akan berhubungan badan dengannya. Setelah mengejarnya lebih dari 45 menit, pria itu berhasil mengejar dan berhubungan badan dengan wanita itu selama 1 jam."
Inggrid sudah tidak berani menatap Randika. Bisa-bisanya dia bisa sevulgar itu?
"Pria ini jelas merasa senang dan berat badannya terus turun dua hari ini. Untuk ketiga kalinya dia mendatangi gym itu dan memilih 1500. Seperti biasa, dia masuk ke sebuah ruangan." Tiba-tiba Randika berhenti bercerita.
Para perempuan ini penasaran. "Kenapa? Ayo lanjutin."
"Pria itu menemukan seekor orang utan sedang duduk." Randika tersenyum. "Perawat orang utan itu terus mengatakan bahwa jika orang utan ini berhasil mengejarnya maka dia akan berhubungan badan dengannya. Alhasil, orang itu berlari dengan sekuat tenaga."
Viona tertawa sembunyi-sembunyi, ending tak terduga Randika benar-benar lucu baginya.
Setelah selesai bercerita, Randika menyadari bahwa beberapa perempuan sudah tersipu malu. Sepertinya mereka jarang mendengar lelucon mesum.
"Bisa-bisanya kau bercerita vulgar seperti itu?" Inggrid menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hahaha kita semua sudah dewasa, pengalaman kita juga sudah banyak." Kata Randika sambil tertawa.
Inggrid lalu memalingkan wajahnya. Dia lalu berpikir, Aku belum pernah melakukannya!
"Sekarang giliran bu Inggrid!" Kata salah satu perempuan.
Tiba-tiba semuanya menyemangati Inggrid. "Ayo bu, ibu pasti punya kan!"
Inggrid merasa tidak berdaya. "Aku tidak pandai beginian."
"Santai aja bu, semua orang pasti punya lelucon lucu yang pernah dia dengar." Beberapa perempuan tidak menyerah.
"Kalau begitu baiklah. Jadi suatu hari ….." Inggrid benar-benar payah dalam bercerita. Namun, untuk menghormati atasan mereka ini, para perempuan ini tertawa kecil.
Setelah berkeliling kota selama 1 jam, mereka memutuskan untuk kembali ke hotel dan beristirahat.