Wajah Ibu Ipah benar-benar pucat. Dia tidak bisa mencegah orang-orang ini, para pendekar yang dibawa oleh Yosef terlalu banyak dan disamping Henry ada 2 orang yang jauh lebih kuat daripadanya. Bahkan menghadapi 2 orang itu Ibu Ipah tidak mampu, kemampuan mereka terlalu beda jauh. Dia hanya bisa melihat Inggrid dibawa oleh Henry.
Henry adalah anak kelima dari keluarga Alfred.
Yosef menatap tajam Randika yang terdiam dan tertawa. "Bagaimana rasanya tidak berdaya? Kau pasti merasa seperti sampah bukan? Aku beritahu sekali lagi padamu, di hadapan keluarga Alfred kau hanyalah seekor semut! Tidak ada apa-apanya!"
Randika mengangkat kepalanya dan menatap Yosef. Tidak ada ekspresi di wajahnya.
"Kenapa? Mau menghajarku lagi? Kau pikir dengan menghajarku kau bisa menyelamatkan istrimu itu? Kau harus membiasakan diri kalau di dunia ini ada kekuatan yang tidak bisa kau lawan." Yosef tertawa keras.
"Oh ya?" Randika masih menatap tajam Yosef. "Hari ini kau tidak akan berjalan lagi."
"Aku ingin sekali melihatmu berusaha." Yosef sudah merasa jijik dengan Randika, bocah itu sepertinya tidak sadar bahwa riwayatnya sudah tamat.
"Hajar dia tetapi jangan sampai dia mati. Tangkap dan ikat dia, aku akan menyiksanya nanti!" Teriak Yosef.
Dua belas pendekar elit ini sudah siap kembali bertarung. Karena lawannya kali kuat, mereka tidak boleh bertindak gegabah. Kerja sama adalah kunci untuk menaklukan musuhnya itu.
Randika berjalan perlahan ke arah Yosef. Pada saat ini, seorang pendekar mengendap-endap dan menyerang Randika dari belakang. Ketika pendekar ini bergerak, seluruh situasi segera menjadi kacau. Secara bersamaan, 11 orang lainnya sudah menerjang ke arah Randika sambil melindungi teman di sampingnya!
Pada saat ini, kemarahan Randika sudah meledak!
Saat darah seorang Ares mendidih, seribu mayat tidak akan mampu menghapus nafsu membunuhnya itu.
Para pendekar elit ini merasakan aura membunuh Randika yang luar biasa kuat. Sebelum mereka mendekat, mereka memberikan serangan pisau yang bertujuan untuk menutup jalur lari Randika.
Tetapi pemimpin dari pendekar ini terkejut, Randika tiba-tiba menghilang dari tempatnya berdiri! Kemudian aura membunuh itu terasa dari arah samping. Semua pendekar itu terkejut, setelah berlatih bertahun-tahun dengan keras, serangan kombinasi mereka itu sempurna. Tetapi bagi Randika serangan itu sangat lambat.
Kemudian Randika dengan cepat memukul dada dari pemimpin para pendekar itu. Tiba-tiba, sudah ada lubang sebesar lengan ada di dadanya.
One hit kill!
Pada saat yang sama dua pendekar kembali menerjang ke arah Randika. Satu melompat dan satu menyerang dari arah samping.
Randika masih mempertahankan wajah tanpa ekspresinya. Dia dengan santai menangkap kaki dari orang yang melompat itu.
Orang tersebut benar-benar terkejut, sejak kapan orang itu sudah ada di hadapannya?
Tetapi sebelum dia sempat bereaksi, Randika sudah meremukan tulangnya. Setelah itu Randika melemparnya ke pendekar yang menyerangnya dari arah samping. Keduanya bertabrakan dan meringkuk kesakitan di lantai.
Melihat aksi Randika ini, Yosef menjadi cemas sekaligus terkejut. Dia lalu membentak para bawahannya itu. "Serang dia bersama, aku ingin dia bertekuk lutut di hadapanku 1 menit lagi!"
Sisa dari para pendekar itu langsung menerjang kembali ke arah Randika. Mereka sudah kehilangan 2 teman mereka dan pemimpinnya hanya dalam 1 serangan. Kekuatan lawannya ini benar-benar lebih mengerikan daripada bayangan mereka.
Randika mengangkat kepalanya dan menatap mereka semua. Dia melihat para pendekar ini memakai taktik yang berbeda, mereka mengepung dirinya dari segala arah. Lalu serangan kombinasi dilancarkan secara bersamaan.
Namun, Randika jauh lebih cepat dari mereka. Dengan satu hentakan yang kuat, Randika sudah melompat tinggi dan berputar di udara dengan indah. Gerakannya ini bisa dikatakan sangat elegan dan menarik. Para pendekar yang melihat hal ini langsung menoleh ke atas.
Pada saat ini, salah satu dari pendekar itu melompat dan berusaha menyerang Randika. Memangnya siapa yang bisa mengelak di tengah udara? Dan juga teman-temannya itu sudah siap menyerang ketika Randika mendarat.
Tetapi ketika dia baru melompat, wajahnya itu disambut oleh sebuah kaki. Serangan kaki Randika ini benar-benar kuat dan membenamkan kepala pendekar itu ke dalam lantai!
Setelah mendarat, Randika sudah disambut oleh beberapa orang yang menerjangnya. Randika malah mencuekinya dan menatap tajam Yosef. Yosef yang ditatap langsung merinding ketakutan.
Kenapa seorang penjual mie ayam bisa bertarung sehebat itu? Kemampuannya sudah mirip dengan orang-orang di daftar Dewa.
Sisa dari para pendekar ini kembali mengepung Randika, mereka lalu saling bertatap-tatapan. Memahami arti tatapan satu sama lain, mereka sudah bertekad untuk berjuang sampai mati dan menerjang kembali ke arah Randika. Tetapi semua usaha mereka sia-sia. Satu per satu dari mereka entah dipukul hingga pingsan ataupun salah satu tulangnya dipatahkan oleh Randika dan tidak bisa bergerak lagi.
Hanya dalam 5 menit, tersisa Randika yang berdiri di tengah tubuh para pendekar itu.
Yosef tanpa sadar mengusap keringat dinginnya yang ada di dahinya. Dia tidak menyangka situasi akan berubah drastic seperti ini. Skenario yang sudah susah payah dia rancang langsung hancur berantakan.
Pada saat ini, Randika menatap mata Yosef yang sudah ketakutan itu. Aura membunuh Randika masih belum padam!
Kali ini Yosef sudah merasa ingin mengompol, keringat dingin sudah membasahi seluruh punggungnya. Ini pertama kalinya dia merasa tidak berdaya dan ketakutan seperti ini, semuanya karena pertemuannya dengan Randika. Dia merasa bahwa Randika bisa menghabisinya dengan satu jari.
"Aku peringatkan kamu sekali lagi, aku ini adalah suruhan orang dari keluarga Alfred. Berani menyinggung aku maka kau akan menanggung akibatnya." Kata Yosef sambil merangkak mundur. Randika secara perlahan menghampirinya sambil mengepalkan tangannya.
Randika sendiri tidak menjawab, dia hanya berjalan menghampirinya.
"Kau tidak bisa menyentuhku! Statusku sangat tinggi di keluarga Alfred! Jika kau membunuhku, Inggrid juga akan menerima akibatnya!" Keringat dingin Yosef sudah menggenang di lantai, aura membunuh Randika benar-benar menekan.
Yosef sendiri masih bingung, dari mana Inggrid menemukan orang sekuat ini? Apakah orang ini adalah senjata rahasianya Inggrid untuk melawan keluarga Alfred? Seharusnya Inggrid tahu bahwa semua ini lebih besar daripada hanya menikah, kelangsungan hidup keluarganya juga tergantung pada sikapnya.
Bukan fenomena yang aneh keluarga kaya menikahkan anaknya secara paksa untuk mempertahankan kekayaannya, hal ini sudah berlangsung sejak lama.
Melihat Randika yang masih terdiam dan aura membunuhnya yang makin mengecam, Yosef sudah kesusahan untuk bernapas.
"Jangan mendekat, pergi sana!" Yosef terus menerus mundur dan akhirnya dia menatap tembok dengan keras.
Sambil memegangi kepalanya yang kesakitan, ternyata dia melewatkan jalur kaburnya. Karena saking takutnya dengan Randika, Yosef gagal memperkirakan jaraknya berdiri dengan jendela. Dia sekarang malah menatap tembok dan tidak bisa lari ke mana-mana.
Ketika dia mengangkat kepalanya, sebuah kaki sudah menghantam dadanya dan kekuatan tendangan ini membuatnya tersungkur kesakitan di lantai.
Rambut Yosef lalu dijambak oleh Randika dan dia dihadapkan oleh mata dingin Randika.
"Di mana Inggrid?"