Semua orang mulai bersorak ketika singa itu terbangun. Di dalam kandang, singa Afrika itu terlihat gagah dengan surainya yang lebat.
"Wow kak, bukankah singa itu terlihat keren?" Hannah tidak bisa berhenti tersenyum.
"Iya keren." Randika menjawabnya dengan setengah hati. Dalam hatinya dia mengingat-ingat kembali rasa daging singa yang tahu dia makan dulu.
Saat dirinya masih berkeliling dunia, Randika pernah memakan daging singa beberapa kali. Yang paling membekas di ingatannya adalah ketika dia berhasil selamat dari terkaman seekor singa jantan saat dirinya bersembunyi dikejar musuhnya. Saat itu dia sedang dikejar oleh puluhan orang dan belum makan selama 2 hari jadi daging yang dibakar seadanya itu benar-benar lezat.
Dan lagi ketika dia diundang makan oleh seorang pangeran, lagi-lagi Randika mencicipi olahan daging singa yang enak.
Pikiran Randika masih terjebak nostalgia sedangkan para pengunjung lainnya sibuk mengeluarkan handphone mereka dan memfoto singa tersebut.
Sepertinya singa Afrika ini belum pernah melihat orang berkumpul sebanyak ini, ia terlihat sedikit cemas. Sepertinya si raja hutan ini mulai berpatroli dan sedikit cemas ketika dirinya melihat kilatan cahaya handphone ketika difoto.
Singa itu mengeluarkan raungan teredam. Jika ini di alam, suara ini merupakan suara mengamuk dan tanda siap-siap untuk menyerang. Tetapi kali ini, suara ini menandakan ketidak berdayaannya.
Tiba-tiba, singa jantan itu membuka mulutnya dan mengaum keras!
Raungan yang super keras itu membuat beberapa pengunjung terkejut dan sedikit takut.
Melihat para makhluk yang di depannya itu ketakutan, singa jantan ini terlihat puas. Sepertinya aumannya berhasil menghentikan tindakan mereka. Ketika ia hendak kembali ke bawah pohon untuk tiduran, tiba-tiba para manusia di hadapannya itu bersorak.
"Wow aumannya benar-benar dahsyat!" Kata salah satu orang. "Aku sampai sedikit mengompol!"
"Ma, aku takut." Seorang anak terlihat menangis di pelukan ibunya.
"Share suara aumannya di media sosial ah." Banyak orang yang berhasil merekam aumannya tadi.
....
Melihat manusia-manusia itu bersorak dan kembali memfoto dirinya, singa jantan itu terlihat bingung. Kenapa makhluk-makhluk itu tidak lari ketakutan?
Randika sendiri merasa bosan.
"Aku ke toilet bentar ya." Kata Randika pada Hannah.
Hannah tidak mendengarnya, perhatiannya benar-benar terfokus pada singa tersebut.
Singa jantan dari Afrika ini benar-benar tidak berdaya dengan perubahan alam yang mendadak ini, ia sudah tidak sabar lagi. Ia membungkukan badannya dan menerjang ke depan. Semua pengunjung terkejut. Namun, jarak mereka benar-benar jauh karena adanya parit. Jadi mereka benar-benar aman.
"Hahaha! Mangkanya belajar matematika sana!"
"Singa Afrika benar-benar beda."
Para pengunjung ini mulai bersorak dan besar kepala, mereka tahu bahwa singa itu tidak bisa menyentuh mereka. Singa yang tadinya hendak melompat itu kembali ke daerah pohonnya.
"Ayo lagi!"
Seorang pengunjung seperti menantang singa itu.
Singa jantan ini cuma bisa menatap para makhluk di depannya itu. Situasinya sekarang benar-benar membingungkan.
Pada saat ini, seorang pengurus tampak hendak memberikan singa itu makan lagi.
Dia melemparkan ayam utuh ke daerah pohon di mana singa itu berada. Singa itu tampak tidak tertarik dan memaling wajahnya. Dia justru menjauhi makanannya itu dan masuk ke dalam area pepohonan.
"Lha sudah kenyang?"
"Gak seru ah."
Semua pengunjung itu sedikit kecewa singa itu menghilang. Tetapi pada saat ini, seorang pengunjung terkejut dan menunjuk ke arah kandang. "Hei! Sepertinya singa itu pingsan!"
"Pingsan?"
Semua pengunjung menatap area pepohonan dan menemukan singa jantan itu hanya tergeletak tidak bergerak di sana. Sepertinya ia benar-benar pingsan.
Si pengurus singa ini sendiri merasa ada yang aneh. Ketika mendengar orang-orang mengatakan singanya itu pingsan, si pengurus ini ragu harus berbuat apa. Si pengurus ini membuka pintu kandang, dia berniat untuk mengecek situasi.
Si pengurus ini sendiri tidak berani terlalu dekat dengan singa liar ini. Dia membawa sebuah tongkat untuk memberinya jarak. Melihat singa itu tergeletak begitu saja, si pengurus ini berjalan perlahan mendekatinya. Ketika dia berjarak 10 langkah, singa Afrika ini tiba-tiba berdiri!
Gawat!
SI pengurus benar-benar terkejut, tetapi pada saat ini, singa yang didatangkan dari Afrika itu sudah menerjang dengan kecepatan penuh dan melompat di udara dan mendarat di depannya!
Semua para pengunjung sudah berteriak ketakutan. Si pengurus itu sudah terjatuh dan tertindih, tetapi singa itu belum menerkam dirinya. Malahan, ia melihat para pengunjung dan berlari menuju pintu kandang yang terbuka!
Pada saat ini, para pengunjung kebun binatang ini menyadari pintu kandang yang tidak tertutup, mereka langsung panik tidak karuan. Hannah sendiri masih bingung dengan apa yang telah terjadi, terkadang memang orang masih tidak dapat percaya dengan apa yang dia lihat dan berdiri kaku di tempatnya.
Singa jantan itu berhasil keluar dan mengaum ke arah para pengunjung. Semua orang langsung lari berhamburan tanpa peduli apa pun.
"Lari!!"
"Hei jangan dorong-dorong!"
Situasi benar-benar kacau, orang-orang berlarian tidak mempedulikan sesamanya. Hannah juga akhirnya terbangun dari linglungnya dan hendak berlari. Namun pada saat ini, singa jantan itu sudah menatapnya lekat-lekat.
Melihat orang-orang yang dirasa dagingnya keras, ia melihat kaki mulus Hannah yang terlihat empuk.
Ditatap predator papan atas, Hannah merasa tidak bisa bernapas dan kakinya gemetaran.
"Kak Randika!"
Hannah tidak berani bergerak sama sekali, tetapi mulutnya sudah berteriak nama kakak iparnya. Namun, Randika masih tidak muncul juga.
Ketika para pengunjung melihat singa itu mendekati Hannah secara perlahan, sebagian merasa lega sebagian merasa khawatir. Manusia memang makhluk egois, di situasi seperti ini barulah warna sejati tiap-tiap orang keluar semua. Mereka semua aslinya lega bukanlah mereka yang diincar oleh singa tersebut.
Kantor pusat kebun binatang ini sudah mengetahui keadaannya dan mengirim seseorang. Tetapi kejadian ini terlalu mendadak dan orang-orang yang berlarian membuat bantuan susah mencapai tujuan. Hannah benar-benar dalam situasi gawat.
"Kak Randika!"
Hannah sudah menangis sambil gemetaran. Dia merasa tidak berdaya ketika singa itu sudah semakin dekat dengannya. Namun pada saat ini, sebuah suara muncul dari arah belakangnya. "Sudah tidak usah berteriak seperti itu, aku sudah ada di belakangmu."
Hannah terkejut dan merasa lega ketika Randika berjalan ke depannya dan melindungi dirinya.
"Kok bisa singa ini sampai lepas." Randika sedikit kesal dengan situasi yang memanas ini. Dia menatap singa itu dan berjalan mendekatinya.
Para pengunjung yang masih berkeliaran dekat situ merasa takjub dengan Randika.
Orang itu benar-benar gila!
Apa orang itu sudah bosan hidup sampai mengorbankan nyawanya?
Singa jantan itu menatap Randika, mulutnya sudah penuh air liur. Kemudian dia mengaum dan bersiap untuk menyerang.
Randika masih berwajah tenang, dia mengeluarkan kedua tangannya dari saku celananya dan mengepalkan tinjunya. Tindakannya ini membuat para pengunjung yang melihatnya semakin menganggapnya gila. Dikira ini di Roma dan di dalam koloseum?
Singa jantan itu tidak peduli dan mengeluarkan cakarnya dan menerjang ke arah Randika. Mulutnya terbuka lebar, siap menerkam mangsanya!
"Tidak!"
Para pengunjung sudah ketakutan dan menutup mata mereka. Sepertinya adegan berdarah tidak terhindarkan lagi. Tetapi para pengunjung yang membuka mata mereka tampak terkejut.
Apa yang mereka lihat benar-benar keajaiban.
Rupanya ketika singa itu melompat dan hendak menerkam Randika, dia sudah melayangkan tinjunya dan mengenai dahi si singa. Tinjunya itu membuat singa tersebut terpental.
DUAK!
Singa jantan yang besar itu terjatuh dan terguling, namun pada saat itu juga, dia sudah berdiri kembali.
Para pengunjung itu semakin bersemangat, apa orang ini masih manusia.
"Thor!"
Seseorang tidak bisa tidak membandingkannya dengan superhero kesukaannya.
"Bodoh, jelas-jelas dia itu Thanos!"
"Sejak kapan Thanos suka melawan singa? Thor kan pernah bertarung di koloseum jadi dia itu Thor!"
Yang jelas semua orang terkagum-kagum oleh Randika. Jika ini jaman dahulu, jaman di mana peradaban belum maju maka melawan singa ataupun beruang dengan tangan kosong masih masuk akal. Tapi sekarang adalah jaman modern, di mana hewan-hewan buas tidak bisa ditaklukan tanpa bantuan senjata api. Menantang hewan-hewan buas seperti itu benar-benar mencari mati.
Tetapi, orang di depan mereka ini benar-benar menghantam seekor singa dengan tinjunya. Jika mereka tidak melihatnya dengan kedua mata kepalanya sendiri, mereka semua mungkin tidak akan percaya.
Singa jantan itu sendiri sedikit terkejut, tetapi rasa percaya diri dan keberaniannya tidak membuat raja hutan ini menjadi ciut. Ia kembali menerjang Randika dengan kecepatan penuh. Randika lagi-lagi dengan mudah meninjunya hingga singa itu terkapar kembali.
Setelah membuatnya terkapar, Randika langsung mendatanginya. Pukulan demi pukulan dia layangkan pada wajah si singa.
Pukulan pertamanya membuat singa itu mengaum marah.
Pukulan keduanya membuat singa itu mengaum ketakutan.
Pukulan ketiganya membuat singa itu mengaum seperti meminta ampun. Hewan ini sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya.
Pada saat ini, bantuan dari kantor kebun binatang sudah tiba. Mereka membawa senjata laras panjang dengan peluru bius di tangan mereka.
Ketika mereka tiba di lokasi, mata mereka terbelalak. Kenapa seorang manusia terlihat menindih si singa? Bukannya seharusnya si singa berada di atasnya?
Mereka semua saling bertatap-tatapan, mereka hanya bisa melihat seorang pemuda berhasil membuat singa itu pingsan. Seseorang akhirnya membidik Randika sambil mengatakan. "Pak tolong hentikan, kalau tidak berhenti Anda saya tembak."
"Kalian datang ke sini bermaksud untuk membantuku atau si singa?"
"Kedua nyawa kalian tidak kalah penting."
Para pengunjung sudah tidak bisa berhenti membicarakan hal menakjubkan ini.
Randika hanya menghela napas dan berjalan menjauhi si singa. "Aku sudah menjinakan singamu itu, dia tidak akan berani berulah lagi."
Para petugas kebun binatang itu masih bingung dengan apa yang terjadi. Ketika mereka mendekati si singa, mereka melihat si singa itu berdarah dan tidak mau bergerak sama sekali.
Ibu, aku ingin kembali ke padang rumput!
Singa itu sudah berurai air mata, sang raja telah dikalahkan hingga menjadi kucing. Jika ada singa betina yang melihatnya, mereka akan menolak untuk kawin dengannya.
Randika berjalan dengan santai dan tidak menoleh ke belakang. Beberapa orang sudah berlarian dan meminta foto dengannya, Randika benar-benar tampan!
Setelah beberapa menit, Randika menghampiri Hannah yang sedang jongkok.
"Kenapa kamu?" Randika nampak bingung. Kenapa adiknya ini berjongkok?
"Kak, kakiku lemas." Kata Hannah sambil tersenyum.
Randika menampar dahinya. Sepertinya adik iparnya benar-benar ketakutan tadi. Yah wajar jika seorang perempuan kelas atas seperti Hannah ketakutan seperti ini ketika berhadapan dengan situasi berbahaya seperti tadi.