Setelah rapat selesai, Catherine dan yang lain mulai mengerjakan tugas mereka. Seluruh pasukan mulai sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Pada saat yang sama, setelah Yuna mengambil alih divisi intelijensi, Randika mentransfer kembali orang-orang divisi intelijensi yang setia padanya ke Yuna. Dengan bantuan mereka, Yuna bisa merakit kembali jaringan intelijensi sebelumnya sekaligus mencari keberadaan Bulan Kegelapan.
Di saat yang sama pula, Catherine mulai menyusun rencana untuk mengambil alih kembali istana bawah tanah mereka. Dia bekerja sama dengan Polemos dan Kyoko untuk merebut kembali tempat tinggalnya ini.
Bahkan setelah beberapa hari berlangsung, keberadaan Bulan Kegelapan sama sekali tidak terdeteksi.
Randika sudah berada di Tokyo beberapa waktu. Namun, dia tidak bisa kembali ke Indonesia sebelum membunuh Bulan Kegelapan. Dia sama sekali tidak bisa tidur dengan tenang selagi Bulan Kegelapan berkeliaran dengan bebas. Bom waktu seperti itu harus dituntaskan sebelum memberikan dampak yang buruk.
Terlebih lagi, jika Bulan Kegelapan membawa seluruh negara untuk melawannya, hal ini akan menjadi rumit.
......…
Keesokan harinya, Randika berjalan dengan santai mencari makanan.
Hari ini begitu membosankan baginya, keadaan masih tetap buntu. Jadi dia ingin jalan-jalan sambil mencari makan untuk ganti suasana.
Pada saat ini, lagi-lagi Randika bertemu dengan Kaori.
Ketika dirinya menyapanya, Kaori langsung tersenyum lebar.
"Kita bertemu lagi ya, benar-benar kebetulan."
"Kamu juga sama cantiknya saat pertama kali kita bertemu." Kata Randika sambil tersenyum.
"Terima kasih." Pujian Randika ini membuat hari Kaori menjadi indah. Dia sangat senang bisa bertemu dengan Randika.
"Apa kamu sedang belanja?" Tanya Randika.
Kaori mengangguk. "Iya, aku sedang mencari beberapa pakaian baru."
"Bolehkah aku menemanimu?" Randika tersenyum kecil dan menangkap tangan Kaori.
Kaori tersipu malu tetapi dia menyukai perasaan ini. Kemudian keduanya berjalan bergandengan tangan menelusuri jalan.
Mereka sudah bagaikan pasangan yang sedang kasmaran, orang-orang mulai terlihat iri dengan mereka.
Tidak lama kemudian, mereka tiba di suatu toko pakaian.
Dengan cepat si pemilik toko menyambut mereka. Kaori lalu melihat-lihat sedangkan Randika menunggu di samping.
"Kakak mencari pakaian yang seperti apa ya?" Tanya si pemilik toko.
"Aku sedang mencari rok."
Kaori melihat-lihat toko ini sekilas dan mengatakan. "Toko ini pakaiannya bagus-bagus ya."
Si pemilik toko ini masih sibuk memperkenalkan rok yang cocok untuk Kaori. Tetapi pada saat ini, matanya tertuju pada rok berwarna krem.
Ternyata itu bukan rok, itu adalah one piece dress. Di sampingnya juga terdapat beberapa dress yang tidak kalah bagusnya.
Dalam sekejap Kaori tertarik untuk membelinya.
"Dress ini sangat cocok untukmu. Pakaian ini akan membuatmu lebih cantik lagi dan pacarmu itu pasti semakin mencintaimu." Si pemilik toko ini tersenyum. Salah satu trik membuat pelanggan wanita membeli dagangannya adalah memuji kecantikannya di depan pacarnya.
Mendengar kata-kata manis ini, Kaori tersipu malu. Randika yang ada di sampingnya berkata padanya. "Cobalah dulu."
Kaori mengangguk tetapi dia tidak sengaja melihat harga dari one piece dress tersebut yaitu 22.999 yen!
Dalam sekejap hati Kaori mengepal.
"Hmm? Kenapa?" Tanya si pemilik toko.
"Harganya terlalu mahal, aku tidak mampu untuk membelinya." Kaori meletakan kembali dressnya. "Aku lebih baik mencari yang lain."
Ketika mendengar kata-kata ini, mau tidak mau si pemilik toko kecewa di dalam hatinya. Sepertinya pelanggannya ini orang miskin.
"Semua pakaian di sini harganya hampir sama, jadi kalau tidak mau ya silahkan keluar saja." Sikap dari si pemilik toko ini langsung berubah drastis. Wajahnya yang tersenyum itu terlihat ogah-ogahan.
Randika yang melihat hal ini langsung mengerutkan dahinya, kurang ajar sekali sikap orang itu. Sepertinya mau di negara mana pun, hanya uang yang membuat para pemilik toko ini bersikap sopan.
Bukan hanya pemilik toko ini, karyawan toko yang lain juga menatap dirinya dan Kaori dengan tatapan jijik.
"Bocah desa berani belanja di kota besar, bukannya baju yang mahal tapi kalian aja yang miskin!"
"Dari bajunya saja sudah kelihatan kalau tidak mampu bayar."
Kedua karyawan itu bergosip dengan suara pelan tetapi pendengaran super Randika masih bisa menangkapnya.
Tidak bisa dipungkiri, hal ini membuat Randika sedikit marah.
Kaori yang mendengar kata-kata itu menjadi kecewa dan akhirnya mengajak pergi Randika. "Lebih baik kita pergi saja dari tempat ini, uangku tidak cukup."
Ketika Kaori hendak berjalan pergi, tangannya ditangkap oleh Randika.
"Menurutku dress itu bagus untukmu. Cobalah dulu saja." Kata Randika sambil tersenyum.
Kaori ragu-ragu. "Tapi dress itu terlalu mahal, uangku tidak cukup untuk membelinya."
"Sudah coba saja dulu, tenang saja." Kata Randika.
"Baiklah, baiklah." Karena dipaksa Randika terus menerus, Kaori akhirnya mencoba dress itu. Ketika melihat Randika, si pemilik toko terlihat berbinar-binar. Mungkin pacarnya itu orang kaya?
Dalam sekejap, sikap si pemilik toko itu berubah lagi menjadi ramah. Sambil tersenyum lebar, dia membawa Kaori ke ruang ganti baju.
Melihat wajah tersenyum si pemilik toko, Randika tertawa dalam hatinya.
Tidak lama setelah itu, Kaori keluar memakai one piece dress berwarna krem itu. Dia terlihat sangat cantik, jelas pria mana pun akan jatuh cinta padanya ketika melihatnya.
"Benar-benar cantik." Randika memujinya.
Si pemilik toko itu menambahkan. "Jarang sekali ada orang yang secocok ini dengan baju di tokoku ini. Anda benar-benar cantik!"
Namun, mata si pemilik toko ini terfokus pada Randika. Selama Randika mengangguk puas, maka bajunya ini akan terbelu. Namun, tanpa diduganya, Randika tiba-tiba mengerutkan dahinya. "Tapi kalau dilihat-lihat bukannya baju itu sedikit cacat?"
Mendengar hal ini, si pemilik toko menjadi berwajah dingin kembali. "Jadi apa kalian ingin membeli baju ini?"
"Sepertinya tidak, lagipula baju itu tidak terlalu bagus."
Mendengar kata-kata ini, Kaori sedikit kecewa. Apa dirinya sejelek itu?
Si pemilik toko menjadi marah ketika mendengar kata-kata Randika. Jadi dia hanya pura-pura kaya di depan ceweknya? Benar-benar membuang waktuku.
"Kalau begitu cepat lepaskan baju itu." Kata si pemilik toko dengan nada dingin. Sedangkan karyawannya menatap sinis ke arah Kaori.
Namun, pada saat ini, Randika berkata dengan santai. "Selain dress yang satu itu, aku akan membelinya semuanya."
Tiba-tiba wajah si pemilik toko itu menjadi tegang, sepertinya dia salah dengar. "Maaf tolong diulangi?"
"Aku tidak mau dress yang dia pakai itu." Randika menunjuk ke arah baju yang dipakai oleh Kaori. Dia kemudian menunjuk seluruh dress yang ada di dalam toko. "Aku ingin semua produkmu ini!"
Apa?
Si pemilik toko terkejut dan melongo di tempat. Dua karyawannya yang bergosip itu juga tidak harus berkata apa.
Pemilik toko ini belum pernah mendengar kata-kata indah itu, dia pun ragu dan bertanya kembali. "Anda maksud semua baju di tempat ini?"
"Benar! Bungkuskan semua baju kecuali satu itu." Kata Randika dengan santai.
Di bawah tatapan mata semua orang, Randika mengeluarkan sebuah kartu. Ketika semua orang melihat kartu tersebut, mata mereka berbinar. Visa Infinite Card! Tidak sembarangan orang yang bisa memiliki kartu ini. Untuk mendapatkan kartu ini, orang tersebut harus memakai 1,2 miliar rupiah setiap bulannya atau akan terkena pinalti sesuai kebijakan bank.
Hanya orang super kaya yang memiliki kartu itu!
Pemilik toko itu mengusap-usap matanya, dia baru pertama kali melihat kartu super seperti ini.
Setelah Randika dan pasukannya merampas harta Bulan Kegelapan di markas militernya, pundi-pundi harta Randika mulai melimpah. Sebelum kejadian itu, kondisi keuangan mereka sangat memprihatinkan.
Kartu ini, yang diberikan Catherine padanya, bisa dipakai oleh Randika di seluruh dunia. Bahkan sekali tarik di mesin ATM, Randika bisa menarik 180 juta rupiah!
Melihat kartu ATM itu benar-benar membuat si pemilik toko menelan air ludahnya. Namun, dia dengan cepat kembali sadar dan mengambil kartu itu dan memerintahkan karyawannya untuk membungkus semua pakaian yang ada di toko ini.
Para karyawan, yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi, dengan cepat membungkuskan semua pakaian. Sikap dan perilaku ketiga orang itu dengan cepat menjadi ramah kepada Randika.
Randika lalu menyuruh Kaori mengambil apa yang dia suka tetapi sepertinya perempuan satu ini masih belum memproses seluruh kejadian ini dengan baik. Dia masih melongo.
"Hei, ambilah apa yang kamu mau. Ini adalah hadiah dariku karena sudah baik padaku." Kata Randika sambil tersenyum.
Kaori sangat senang, dia mengambil beberapa dress yang dia suka. Sebenarnya dia masih tidak percaya bahwa Randika akan membeli semua pakaian yang ada di toko ini.
Setelah membungkus barangnya, Kaori memberikan kecupan manis di bibir Randika.
"Terima kasih." Kaori sungguh senang.
"Jika kamu ingin berterima kasih padaku, bagaimana nanti malam kita bertemu lagi?" Kata Randika di telinga Kaori. Kata-katanya penuh dengan teka-teki.
Bertemu di malam hari?
Kaori mengerti maksud Randika dan tersipu malu.
"Lepas bajumu yang sekarang dan gantilah yang lebih bagus, ambil saja dari tumpukan baju itu. Dan ambil beberapa buat kedua temanmu juga." Kata Randika yang sudah bagaikan sultan.
Ketiga orang itu melongo dan iri dengan Kaori, seandainya saja pasangan mereka sekaya Randika.
Siapa yang memangnya tidak suka pasangan yang kaya dan tampan?
Kaori lalu mengambil salah satu one piece dress yang lain dan memakainya. Setelah keluar dari ruang ganti, dia terlihat lebih cantik lagi.
Randika melambai dan menyuruhnya kemari. Setelah Kaori datang, Randika langsung memeluk pinggangnya dan menciumnya.
Kaori sama sekali tidak menyangka Randika akan menciumnya, tetapi dia memejamkan matanya dan mulai menikmatinya. Pemilik toko dan dua karyawannya tambah lebih iri ketika melihatnya.
Hampir semenit Randika dan Kaori berciuman dan akhirnya mereka keluar dari toko itu. Sedangkan untuk pakaiannya, Randika memintanya untuk dikirim ke rumah amannya.
"Ya Tuhan, seandainya saja dia itu suamiku." Salah satu karyawan bergumam pada dirinya sendiri.
Randika mengajak Kaori untuk belanja lagi di tempat lain. Pada saat ini suasana hati Kaori sangat bagus, dia tidak pernah sebahagia ini. Bukan karena dia bisa belanja banyak tetapi dia bisa menikmati hari ini dengan pria yang dicintainya. Terlebih, bergandengan tangan menelusuri kota merupakan momen indah baginya.
Ketika mereka berdua berjalan bersama, mereka mendengar suara teriakan seseorang. Randika terkejut karena teriakan itu berbahasa Indonesia.
"Tolong!"
Randika langsung berjalan menuju gang yang sepi, tempat di mana suara minta tolong itu terdengar.
Ketika sesampainya di sana, Randika menemukan bahwa seorang pria sedang diinjak dan dipukul oleh beberapa orang.