Orang yang dipukuli itu sudah pasti orang Indonesia, sepertinya dia turis yang sedang berkunjung ke Tokyo. Pada saat ini, dia meringkuk di tanah sambil melindungi kepalanya. Dia dikelilingi beberapa orang yang terus memukuli ataupun menendangnya.
Dia terus-menerus dihajar dan orang yang memukulinya itu berkata dengan Bahasa Inggris.
"Mati kau Gaijin! Pulang sana ke negaramu!" Katanya sambil marah-marah.
Jepang menjadi negara yang didambakan banyak orang untuk ditinggali ataupun hanya sekedar dikunjungi. Banyak yang menganggap hidup di Jepang tidak ada bedanya dengan negara asalnya, bahkan orang Jepang terkenal ramah dengan orang asing dan pikirannya lebih terbuka.
Namun, tidak semua penduduknya memiliki pemikiran modern seperti itu. Tindakan-tindakan diskriminasi juga tidak lepas dari negeri sakura ini. Sebagai contohnya adalah istilah Gaijin yang artinya adalah orang asing atau orang non-Jepang. Beberapa orang menganggap istilah itu memiliki konotasi negatif.
Kejadian penindasan atau dikucilkan sudah sangat sering dirasakan oleh beberapa orang asing yang tinggal di Jepang. Dan apa yang dilihat oleh Randika sekarang adalah salah satu contohnya.
"Hentikan!" Teriak Randika pada orang yang menindas itu, wajahnya benar-benar terlihat dingin. Orang-orang seperti inilah yang paling tidak disukai oleh Randika, karena baginya orang rasis selalu menganggap dirinya superior daripada yang lain.
"Hah? Siapa kamu?" Salah satu dari mereka menoleh ke arah Randika.
Teman-temannya melihat Randika yang berteriak pada mereka dan berhenti memukul.
"Ingin jadi sok pahlawan?" Kata salah satu dari mereka.
"Pergi sana bocah atau kuhajar juga kau!"
"Jangan coba-coba menolong Gaijin ini atau kau akan bernasib sama!"
......…..
Mereka semua mencueki Randika dan meneruskan pemukulannya pada orang Indonesia itu.
Randika mengerut dahinya dan menghampiri mereka lebih dekat lagi.
Ketika mereka melihat Randika yang mendekat, mereka berhenti memukul.
"Sudah kubilang jangan ikut campur bukan?"
"Hei coba lihat, perempuan yang bersamanya boleh juga wajahnya."
Para berandalan itu mengangguk dan mulai mengepung Randika satu per satu, sedangkan orang Indonesia itu terus meringkuk kesakitan di tanah.
Randika sudah terkepung dan semua berandalan itu sudah mengusap-ngusap tangannya ketika melihat Randika.
"Sudah terlambat untuk kabur." Ryu, ketua dari berandalan ini, berkata sambil mendengus dingin.
"Siapa yang bilang aku akan kabur?" Kata Randika dengan nada dingin. "Cukup aku seorang untuk menghabisi sampah seperti kalian."
Ryu menatap tajam Randika dan melayangkan pukulannya. Namun, Randika sama sekali tidak bergerak. Dia hanya menangkap tinju Ryu tersebut dan menariknya dengan kuat. Dalam sekejap Ryu terjatuh dan mengenai temannya.
Teman-temannya itu mulai tertawa. "Ealah ternyata cuma segini toh kemampuanmu Ryu, lawan Gaijin saja tidak bisa."
"Jangan harap kamu bisa tidur sama cewek itu, sini biar aku saja."
Ketika teman-temannya menertawai dirinya, wajah Ryu sudah merah. Sepertinya orang di depannya itu bukan mangsa yang lemah seperti sebelumnya.
Ketika Randika mendengar perkataan teman-temannya Ryu itu, dia makin marah. Dia ingin memberi pelajaran pada semua berandalan ini!
Ryu langsung berdiri dan menerjang kembali tetapi dia dengan cepat dihajar kembali oleh Randika. Terakhir, Randika meremas kuat tinju Ryu itu hingga dia meringis kesakitan.
Tangan Ryu menjulang tinggi tetapi tubuhnya meringkuk seperti udang, rasa sakit yang dirasakannya luar biasa.
Teman-temannya mulai mengerutkan dahinya. Melihat temannya itu tidak berkutik, mereka semua mulai menyerang Randika.
Randika masih memegang erat tangan Ryu, dia bergeser sedikit untuk menghindari serangan lawan. Kakinya dengan mantap menendang siapapun yang mendekat. Berandalan itu sama sekali tidak berkutik, satu per satu menerima tendangan Randika dengan telak.
Namun, serangan dari belakang membuat Randika tidak sempat menghindarinya. Dia mengangkat tubuh Ryu dengan satu tangannya dan membuatnya menjadi tameng. Pukulan itu membuat Ryu terjatuh dan menangis seperti bayi.
Ketika seseorang kembali ingin menyerang Randika dari belakang, Randika sudah siap dan memukulnya hingga terpental. Lawannya mulai menyerangnya dari arah kanan dan kiri.
Dalam sekejap, semua orang yang menerjang ke arah Randika sudah dihajar hingga babak belur oleh Randika. Kurang dari 10 detik, semuanya sudah terkapar kesakitan di tanah.
Semua berandalan itu menatap Randika dengan tatapan tidak percaya. Kenapa orang itu kuat sekali?
Apa semua Gaijin ternyata sekuat ini? Kalau benar, mereka tidak berani berbuat macam-macam!
Kaori yang melihat kejadian ini dari awal sudah bersorak dan bertepuk tangan. Orang Indonesia yang diselamatkan Randika juga terpukau, orang itu kuat sekali!
Para berandalan itu dengan cepat berdiri dan kabur dari tempat ini. Ketika sudah tidak ada orang, Randika berjalan menghampiri orang Indonesia yang masih berbaring di tanah.
"Ingatlah, penindas akan selalu menang jika kau tidak pernah melawan balik." Kata Randika dengan wajah serius. Dia lalu menghampiri Kaori dan pergi dari tempat itu.
Melihat punggung Randika yang menjauh, orang Indonesia itu melongo. Dia berusaha mencerna kata-kata Randika lalu tatapan matanya berubah menjadi tatapan kagum.
Apa yang Randika tidak tahu adalah kejadian hari ini merupakan awal mula kebangkitan geng orang Indonesia yang menakutkan di Tokyo.
Tetapi, itu merupakan cerita yang masih jauh di masa depan.
Randika melanjutkan kencannya bersama Kaori, sekarang mereka berdua sedang menuju ke taman.
"Ran, kamu tadi sungguh hebat." Kaori benar-benar terpukau, kepalanya sudah beristirahat di pundak Randika. Kaori bangga melihat rasa keadilan dari pacarnya ini.
Dan ketika mereka berdua berjalan dengan bahagia di taman, sesosok pria menyadari kehadiran Kaori. Awalnya dia bersemangat ketika melihatnya tetapi langsung mengerutkan dahinya ketika melihat dia bergandengan tangan dengan seorang pria.
Pria tersebut langsung mendatanginya.
"Kaori."
Kaori menoleh dan ekspresi wajahnya langsung berubah. Pria itu adalah orang yang terus mengejar dirinya yang bernama Shou. Bisa dikatakan sifat Shou dengan Haru itu sama jadi Kaori tidak terlalu suka dengan Shou sejak awal.
Namun, ketika bertemu dengan orangnya secara langsung, Kaori tetap bersikap sopan.
"Halo Shou, sudah lama tidak bertemu." Kaori tersenyum.
Mata Shou langsung tertuju pada Randika.
"Temanmu?" Shou menatap Randika dari atas ke bawah.
"Dia pacarku." Kata Kaori. Kata-kata Kaori ini tidak salah, hubungannya dengan Randika sudah seperti pasangan yang bahagia. Meskipun Randika tidak mengklarifikasikan hubungan mereka, Kaori sudah menganggap Randika seperti pacarnya sendiri. Dan hal ini juga bisa membuat Shou berhenti mengejar dirinya.
Ketika Shou mendengar ini, ekspresi wajahnya langsung menunjukan ekspresi tidak percaya. Dia langsung berkata dengan nada dingin. "Jika kamu ingin aku berhenti mengejarmu, kamu tidak harus bersandiwara sejauh ini. Lagipula, bukannya kamu barusan saja putus dengan Haru? Bagaimana mungkin kamu sudah menemukan pacar secepat ini?"
"Apa yang dikatakannya benar." Randika tersenyum. "Kamu tidak percaya?"
Shou menggelengkan kepalanya.
Namun, Randika tersenyum lebar lalu, di bawah tatapan mata Shou, dia memeluk pinggang Kaori dan menciumnya. Terlebih, tangan kanannya mulai berenang-renang di dadanya Kaori.
Pemandangan di depan matanya ini merupakan pukulan telak bagi Shou.
Terlebih, tangan Randika yang meraba dada Kaori itu semakin membuat Shou marah.
Kaori tersipu malu setelah bibir Randika terlepas dari bibirnya. Dengan begini, fakta bahwa Randika adalah pacarnya sudah tidak terbantahkan.