Randika dengan cepat menghampiri Safira dan Elva yang berdiri di depan gedung.
"Sudah lama tidak bertemu kak!"
Melihat Randika yang berjalan menghampirinya, wajah Safira sudah terlihat sangat bahagia. Sedangkan Elva tetap terlihat dingin dan acuh tak acuh. Tanpa menarik perhatian, Randika mencuri pandang pada sosok Elva yang berpakaian kasual itu. Kali ini, dia tidak mengikat dadanya sedemikian rupa sehingga terlihat besar, benar-benar menggoda!
"Cih." Elva menyadari tatapan tajam Randika yang diam-diam itu dan berdecak, dia sebenarnya malas bertemu dengan pria mesum ini.
Randika lalu berkata pada Elva sambil tersenyum. "Aku sudah lama tidak melihatmu, ternyata selama ini kamu melakukan operasi pembesaran dada toh."
Elva mau tidak mau menatap tajam Randika sambil memakinya di hatinya, sedangkan Safira sudah menahan tawanya sejak tadi.
"Sudah, sudah, cukup bercandanya kak, lebih baik kita segera masuk."
Randika mengangguk dan masuk bersama Safira dan Elva di sarang lawan barunya ini.
Di dalam bar, Richard sedang minum-minum dan bercanda ria dengan teman-temannya. Berbagai botol alkohol mahal seperti Konyak, vodka, dan berbagai macam cocktails sedangkan di tangan mereka terlihat sedang memegangi kartu.
"Aku naikkan taruhannya menjadi 200 ratus ribu."
"Sial, buka 3 kartu saja mahal sekali! Aku keluar."
"Aku juga keluar."
"Aku all in!" Kata Richard.
"Aku ikut, tunjukan kartumu."
"Makan nih, As dan King wajik!" Kata Richard sambil tersenyum.
"Eits tunggu dulu." Temannya lalu memperlihatkan kedua kartunya.
"Sialan! Bisa-bisanya kamu pocket As!"
"Hahaha, Richard kalah lagi." Semuanya tertawa selagi Richard membanting kartunya yang sudah tidak ada harapan. Sambil menggelengkan kepalanya, Richard mengambil gelasnya dan menegaknya dalam satu tegukan.
Di samping para pemuda kaya ini, terlihat beberapa perempuan cantik dengan baju yang sedikit terbuka. Perempuan yang duduk di samping Richard memeluknya dan mengelus kepalanya, berusaha menghiburnya yang barusan saja kalah Poker.
"Sudah ayo lanjut, siapa yang ngocok kartunya sekarang?" Mereka kembali bermain dan meninggalkan Richard.
Setelah kartu dibagikan, berbagai macam trik seperti pura-pura gelisah atau wajah tanpa ekspresi terlihat semuanya. Sepertinya mereka bermain dalam skala kecil meskipun kekayaan mereka bisa membeli bar ini dengan mudah. Di sekitar mereka, terdapat pengawal berbadan besar yang berdiri dengan sangar.
Di bar ini, bukan hanya Richard dan teman-temannya yang duduk dengan minuman mewah seperti ini, tetapi seluruh Inferno bar ini merupakan tempat perkumpulan orang kaya. Banyak orang berkuasa yang bersenang-senang di bar ini.
Oleh karena itu, penjagaan dan keamanan di tempat ini sangatlah kuat. Ada lebih dari 10 orang petugas keamanan di setiap pintu masuk ataupun keluar. Terlebih lagi, petugas yang berada di dalam ruangan juga tidak kalah banyak.
Pada saat yang sama, pemilik bar ini juga membayar preman-preman dan polisi yang ada di sekitarnya sehingga tempat ini bisa dikatakan sangat aman.
Oleh karena itu, tempat ini bisa dikatakan memiliki servis dan pelayanan yang jarang ada di bar-bar pada umumnya. Mulai dari narkoba, perempuan, tempat berjudi dll.
Richard dan temannya terus bermain kartu sambil minum, tetapi terdengar suara ribut di pintu masuk. Terdengar orang yang berteriakan dan suara orang berkelahi.
"Apa ada penggerebekan?" Temannya menatap ke arah pintu dengan penasaran, tetapi dia sama sekali tidak bisa melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"Aduh santai saja, tidak mungkin bar ini membiarkan ada polisi yang menggerebeknya." Temannya tertawa dan diikuti para perempuan yang mereka rangkul. Bisa dikatakan bahwa hal seperti itu tidak akan mungkin terjadi mengingat betapa mahalnya si pemilik bar membayar para polisi.
Melihat teman-temannya menertawai dirinya, pemuda ini mengangguk tetapi dalam hatinya dia masih merasa gelisah. Ketika dia berusaha mendengar lebih jelas suara keributan tadi, sudah tidak ada suara dari arah pintu masuk.
"Sudah jangan khawatir, atau kamu cari alasan biar tidak main? Aku tidak akan membiarkanmu pulang kalau belum dalam keadaan mabuk."
"Oya Richard, kenapa kamu tidak membawa adik perempuanmu hari ini? Aku sudah lama tidak melihat wajahnya." Kata salah satu teman Richard.
Wajah Richard terlihat buruk. "Kalau kau mau mengajaknya tidak masalah asalkan kalau kamu punya keberanian mengajaknya."
Mendengar hal ini, temannya itu menciut dan tidak membahasnya lagi.
Richard memang punya adik perempuan. Dia memang terlihat seperti anak kecil tetapi dia memiliki dada yang besar, benar-benar impian semua lelaki.
Namun, otak adik perempuannya ini sedikit bermasalah. Meskipun penampilannya membuat semua orang tergila-gila, teman-temannya ini tidak ada yang pernah berhasil mendapatkan hatinya. Malahan, teman-temannya Richard ini digunakan sebagai bahan jail adiknya itu. Temannya yang barusan bertanya itu pernah diikat di bagian depan mobil dan adiknya membawa mobil itu hingga ke kota sebelah.
Kemudian karena trauma, temannya itu tidak mau keluar rumah selama sebulan penuh. Sejak hari itu, dia sedikit merinding ketika mendengar nama adik perempuan Richard. Tetapi mengingat dada dan wajah cantiknya, temannya itu masih belum menyerah untuk mendapatkan hatinya.
Richard menggelengkan kepalanya, kepalanya pusing jika berurusan dengan satu-satunya saudara yang dia punya itu. Bagaimana bisa orang masih menyukainya jika perilakunya buruk seperti itu?
Adiknya adalah malaikat berhati iblis!
Mereka terus bermain poker dengan gembira, tetapi tiba-tiba, ada suara teriakan yang keras. Kali ini, semua orang dapat mendengar teriakan ini dengan jelas dan tatapan semua orang tertuju pada pintu masuk.
Richard dan teman-temannya mulai menahan napas mereka, apakah polisi benar-benar menggerebek tempat ini?
Tidak butuh waktu lama untuk semua orang dapat melihat seorang petugas keamanan bar ini melayang dan mendarat di lantai dengan keras. Kemudian dari arah pintu masuk terlihat 3 orang berjalan masuk.
Mata Richard terbelalak, rupanya dia bertemu lagi dengan Randika!
Benar, tadi pagi dia bertemu dengan orang yang lebih tangguh dari pengawal pribadinya itu tetapi dia tidak akan menyangka akan bertemu dengannya malam hari ini.
Terlebih lagi, Randika berdiri bersama dengan 2 perempuan super cantik. Keduanya berbeda dengan perempuan-perempuan yang pernah dilihatnya selama ini. Keduanya terlihat perempuan yang mandiri dan kuat, tidak seperti perempuan yang manja dan mengincar hartanya selama ini.
Teman-temannya itu juga menatap Safira dan Elva dengan mata kagum. Siapa pria itu sampai-sampai bisa didampingi 2 malaikat secantik itu? Kecantikan mereka hampir menyamai adik perempuannya Richard.
Pada saat yang sama, banyak petugas keamanan yang menerjang maju ke arah Randika.
"Siapa kamu!" Tanya salah satu dari petugas itu.
"Buang-buang waktu saja." Randika menggelengkan kepalanya. Sesudahnya dia selesai berbicara, dia menerjang maju. Semua orang terkejut karena sosok Randika tiba-tiba menghilang dari pandangan mereka. Tiba-tiba sosok Randika sudah berdiri di belakang para petugas itu dan satu per satu dari mereka mulai terkapar di lantai.
Richard dan teman-temannya terpukau melihat adegan ini, mereka sama sekali tidak tahu apa yang dilakukan pria itu barusan.
Pada saat ini, tatapan mata Richard berbinar-binar. Dugaannya benar, pria ini bukanlah pria sembarangan. Apa pun yang terjadi, dia harus menjadikan pria itu payungnya!
Terlebih lagi, Randika bisa mengenalkan 2 perempuan cantik itu padanya!
Ketika Randika ingin mengatakan bahwa keadaan sudah aman, dari arah belakangnya terdengar hentakan kaki yang kuat. Beberapa orang bertato datang menghampirinya, mereka adalah jagoan bela diri yang dipekerjakan oleh pemilik bar ini.