Randika tentu saja ingin mencium celana dalam ini, dia sudah hampir menaruh celana dalam tersebut di hidungnya. Wajah Christina sudah merah padam, dia langsung menangkap celana dalamnya itu.
"Tidak!" Christina berhasil mengambilnya sebelum Randika berbuat macam-macam, dia langsung memasukannya ke dalam sebuah bak. Kemudian dia menoleh ke arah Randika dan melihat bahwa pria itu sedang memegangi beha yang dipakainya tadi.
Christina tidak habis pikir, dia langsung menerjang ke arah Randika. Namun, tiba-tiba dia ditarik dan jatuh di pelukannya Randika. Christina yang lebih kecil itu berusaha mengambil dari tangan Randika yang diangkatnya tinggi-tinggi.
"Ah! Kembalikan!"
Christina berteriak keras, dia benar-benar marah sekarang.
Setelah sebelumnya melihat Christina yang berpakaian longgar, nafsu Randika mulai terbentuk. Setelah dia menyentuh pakaian dalam yang dikenakannya tadi, mendadak dia tidak bisa menahan nafsunya itu.
Randika tidak tahu kenapa dia bisa bernafsu seperti ini, apakah dia telah berubah? Sejak dia bersama dengan Inggrid, Randika jadi lebih mudah jatuh cinta dan nafsu birahinya itu makin tinggi. Melempar beha yang ada di tangannya, Randika dengan cepat memeluk erat Christina.
Randika yang mencium paksa Christina itu mulai kehilangan pikirannya, sedangkan Christina mulai sedikit takut ketika Randika bertindak agresif seperti ini. Namun, tiba-tiba dirinya digotong Randika ke tempat tidur.
Tidak butuh waktu lama untuk Randika menindih Christina.
Kekhawatiran Christina adalah ibunya yang ada di dapur, berarti solusinya adalah mengunci mulut Christina agar tidak menimbulkan suara yang keras. Dengan cepat, Randika mengunci bibir Christina dengan bibirnya.
Christina yang awalnya ragu dan takut itu akhirnya perlahan larut dalam sensasi ini dan lebih terbuka dengan Randika. Kedua bibir mereka tidak bisa berhenti bergerak. Di saat keadaan mulai memanas, Randika sudah membuka bajunya begitu pula dengan Christina.
Randika sudah memperhitungkan waktu memasak Ayu, seharusnya masih ada setengah jam untuknya melakukan hubungan intim ini.
Namun, ketika keduanya masih sibuk berciuman, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.
"Tintin, ada apa ribut-ribut?" Ayu membuka pintu secara tiba-tiba, dia mendengar suara teriakan anaknya dari dapur dan merasa khawatir. Ibu ini sangat terkejut ketika melihat anaknya hanya berbalut pakaian dalam dan sedang sibuk berciuman.
Hmm… Ayu benar-benar kehabisan kata, dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Christina sendiri sudah merinding dan mendorong-dorong Randika ketika pintu itu terbuka dan sekarang ibunya melihat dirinya sedang berciuman dengan Randika LAGI. Kedua pasangan ini membeku sambil melihat Ayu, benar-benar memalukan!
Ini sudah ketiga kalinya Randika mengalami kejadian super memalukan seperti ini, dia merasa nasibnya benar-benar sial. Pertama adalah ketika dirinya baru saja menyelamatkan Christina, waktu itu Randika sedang menerima ciuman terima kasih dan tiba-tiba Ayu keluar dan merusak suasananya. Kedua adalah ketika dia dan Viona bercumbu dan meluapkan nafsu mereka pada satu sama lain. Bahkan dia membuat Viona muncrat di depan kedua orang tuanya!
Dan sekarang, lagi-lagi suasana menyenangkan ini menjadi canggung dan memalukan. Lagipula, bukankah Ayu berkata padanya bahwa dia tidak akan mengganggu dirinya?
Wajah Christina benar-benar merah, dia tidak berani melihat wajah ibunya. Ayu sendiri melototi kedua pemuda ini, dia masih tidak tahu harus berkata apa. Sebagai ibu yang baik, dia tidak boleh merusak suasana intim anaknya dengan calon menantunya.
Dengan cepat, Ayu berkata pada mereka berdua. "Tin, mama tadi dengar kamu berteriak jadi mama khawatir kalau kalian ada apa-apa. Sudah jangan khawatir, lanjutkan lagi saja. Dika, mama harap 1 jam cukup untukmu ya, nanti makanannya terlanjur dingin."
Kemudian dengan wajah tersenyum, Ayu menutup pintunya. Selagi berjalan menuju dapur, Ayu tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Sepertinya momen dia menggendong cucunya akan segera tiba!
Di sisi lain, Randika dan Christina sama-sama terdiam. Mereka berdua sudah tidak berniat melakukannya setelah diganggu seperti itu.
.....
Di meja makan yang besar itu, berbagai macam makanan sudah tersedia. Kali ini Ayu tidak mengajukan pertanyaan, malahan dia sangat akrab dengan Randika.
"Dika, coba masakan ikan ini."
"Kalau ayam bumbu rujak ini spesialisnya mama lho, ayo dicoba."
"Kalau bebek kamu suka atau tidak? Sudah dicoba dulu aja ya, mama yakin kamu suka."
...….
Randika tidak tahu harus menangis atau bahagia, dia sama sekali tidak berdaya. Melihat piring Randika yang sangat penuh itu, Christina yang duduk di samping Randika merasa sedikit malu. "Ma sudah cukup!"
"Tintin, kamu tenang saja. Dika ini butuh makan banyak karena dia itu laki. Sudah cepat ambil makanmu sana." Ayu tidak bisa berhenti tersenyum. "Nanti kalau kamu sudah menikah sama Dika, kalian harus membawa cucunya mama itu main ke rumah lho ya."
Randika terbatuk tanpa henti, ibunya Christina ini tidak bisa berhenti menyerang. Berarti tujuannya memberikan dirinya makan begitu banyak adalah untuk memberinya tenaga agar dapat berhubungan dengan anaknya.
Mendengar kata-kata menikah, Christina hanya bisa tersipu malu dan mengambil makanannya dalam keadaan diam. Dia sama sekali belum kepikiran untuk mempunyai anak, apalagi menikah.
"Makannya pelan-pelan, nanti kamu tersedak bagaimana?" Ayu memperhatikan Randika yang sedang makan. "Tunggu sebentar, mama bawain kamu supnya."
Randika kehabisan kata-kata, sejak kapan Ayu menyebut dirinya mamanya? Dan apakah dia tidak melihat piringnya masih penuh seperti gunung?
Melihat Randika yang tidak berdaya itu, Christina tertawa dalam hati. Dengan adanya Randika, Christina bisa sedikit lega ketika bersama ibunya itu. Biasanya saat makan bersama Christina akan menjadi objek omelan ibunya itu. Karena sekarang ada Randika, dia terlepas dari omelan ibunya.
Dari sini Christina mengerti betapa pentingnya memiliki pasangan.
Tetapi tentu saja Christina tidak ingin sembarangan orang untuk menjadi pasangannya. Hanya orang seperti Randika lah yang memenuhi kriteria sebagai pasangan idealnya.
....
Setelah makan, Christina berniat untuk pergi ke universitas karena ada urusan mendadak.
"Tintin, kamu hati-hati ya di jalan." Kata Ayu.
"Iya, kan juga ada Randika menemaniku." Kata Christina sambil berpamitan dengan ibunya, dia lalu pergi bersama dengan Randika.
Di jalan, Randika menghembuskan napas lega berkali-kali. Christina yang melihatnya itu tertawa dalam hati. "Bagaimana masakannya mamaku?"
"Kamu ini ya, kenapa kamu tidak membantuku sama sekali. Perutku seakan ingin meledak!"
"Itu kan mamaku sendiri yang naruh lauknya di piringmu, salahmu juga asal makan saja." Kata Christina sambil tersenyum. Sejak bersama Randika, dia merasa dirinya telah berubah dan lebih sering tertawa.
Randika memperhatikan sekelilingnya dan menyadari tidak ada orang di sekitar mereka. Randika lalu dengan cepat merangkul Christina di pelukannya.
"Ah!" Wajah Christina dengan cepat menjadi merah. Dia khawatir ada orang yang akan melihat mereka.
"Berani-beraninya kamu menertawai pacarmu." Kata Randika sambil memegang dagunya.
Christina hanya bisa tersipu malu ketika dirinya dicium oleh Randika. Dia sekarang hanya bisa berharap tidak ada orang yang dikenalnya melihat dirinya mencium pacarnya ini.
Setelah mereka berciuman, Randika mencari taksi dan naik bersama Christina.
"Bukannya kamu libur hari ini?" Randika tampak bingung.
"Iya ada masalah di sekolah dan aku diminta tolong untuk membantu." Kata Christina sambil menyandarkan kepalanya di pundak Randika, dia sangat suka dengan perasaan nyaman ini.