Setelah tenaga dalamnya itu mengalir deras, Randika meraung keras sampai-sampai suaranya itu menutupi suara baling-baling helikopter. TIdak sampai di situ, raungan Randika masih menggema ke seluruh tempat. Teriakannya yang lantang itu langsung membuat semua orang menutup telinga mereka karena saking kerasnya.
Teriakannya itu berhasil membuat para polisi melepaskan jari mereka dari pelatuk dan menutupi telinga mereka.
Randika yang daritadi berdiri diam itu sudah menunjukan kekuatannya. Seluruh tubuhnya sudah diselimuti oleh tenaga dalamnya dan aura membunuhnya sudah memancar dengan hebat.
Nama Ares bukanlah dicapai melalui prestasi melainkan ribuan orang yang telah dibunuhnya tanpa pandang bulu. Awalnya Randika enggan membunuh para polisi ini karena mereka adalah saudara sebangsa dan setanah air. Tetapi jika mereka menghalangi dirinya, itu sudah lain cerita.
Sekarang Barkah sudah mengerti mengapa Ivan sampai memintanya untuk membunuh orang ini, jika dia berhasil membunuhnya maka hadiah besar pasti akan jatuh ke tangannya. Melihat polisi korup satu itu, keraguan Randika sudah hilang dan dia tidak akan sungkan-sungkan untuk membunuh para polisi yang berani menghalanginya.
Ketika suara teriakan Randika itu sudah tidak terdengar lagi, semua orang, termasuk para ahli bela diri, sudah terkejut bukan main.
"Teknik macam apa itu? Sejak kapan ada orang seperti itu di Indonesia?"
"Bodoh, apa kamu tidak sadar dari raungannya yang membahana itu? Itu sudah pasti teknik auman singa dari Cina!"
"Sebenarnya siapa orang itu?"
...….
Orang-orang mulai berspekulasi mengenai Randika, sedangkan Ivan sendiri sudah pucat pasi ketika raungan Randika memasuki telinganya. Dia merasa bahwa kekuatan Randika yang sekarang lebih mengerikan daripada sebelumnya. Untungnya saja raungannya itu tidak sampai membuat semua orang terpental, para polisi juga sudah kembali bersiaga. Barkah benar-benar sudah marah dan berkata dengan nada dingin. "Ini peringatan terakhir, menyerahlah atau kami akan membunuhmu!"
Barkah memang sedikit terkejut dengan raungan Randika tetapi dia sama sekali tidak takut dengannya. Bagaimanapun juga, lawannya ini cuma satu orang dan dia memiliki persenjataan yang lengkap dan banyak seperti ini. Buat apa dia takut? Justru dia akan melumatkan bocah satu itu!
Terlebih lagi, di antara bawahan yang dia bawa hari ini, dia mendapatkan bantuan dari Densus 88 dan Arwah Garuda. Kekuatan yang ada di tangannya ini benar-benar sudah mengerikan, tidak mungkin dia bisa kalah.
Menatap pemuda di depannya itu, Barkah mendengus dingin dan memberikan perintahnya untuk menyerang. Beberapa orang dari Densus 88 maju dan bersiap untuk menangkap Randika hidup-hidup.
Ketika orang-orang itu maju, Randika tahu bahwa mereka bukanlah polisi biasa. Namun, apakah ada bedanya?
Dia sudah pernah merasakan kehebatannya pasukan Amerika yang terkenal paling hebat di dunia, setiap prajuritnya setara dengan 100 prajurit biasa. Keahlian mereka memang terhebat dan kemampuan berpikir mereka juga kelas dunia, tetapi di hadapan Randika mereka bukanlah apa-apa.
Apalagi pasukan yang sekarang bergerak untuk menangkap ini.
Dengan pisau militer di tangannya, seseorang menerjang maju ke arah Randika sedangkan 4 temannya lainnya menyerang dari sisi kanan dan kiri Randika. Mereka juga berkoordinasi dengan para senapan jitu untuk menghalangi jalur lari Randika.
Randika tiba-tiba bergerak. Di saat pisau militer itu tertuju pada kakinya, Randika hanya memberikannya sebuah tinju di wajahnya. Dia memang terlihat tidak bergerak, tetapi itu karena pukulannya sangat cepat. Insting bahaya yang sudah diasah oleh latihan keras bertahun-tahun membuat prajurit ini mengangkat tangannya tetapi semua sudah terlambat. Tinju Randika sudah bersarang di wajahnya dengan keras.
Di bawah tatapan mata orang-orang, prajurit tersebut melayang ke tengah-tengah mobil polisi parkir dan langsung tidak sadarkan diri.
Hanya satu pukulan, Randika dapat mengalahkan satuan khusus anti teror Indonesia itu!
Barkah benar-benar terkejut, namun sekarang beberapa orang menerjang Randika bersamaan. Mereka memanfaatkan momen hening tadi itu untuk menangkap Randika. Ketika mereka melayangkan pukulan mereka, mereka sudah disambut oleh sebuah kaki yang tertuju pada perut mereka.
Tidak ada yang bisa melihat kapan Randika melayangkan serangannya ini. Prajurit yang mendapatkan serangan tersebut langsung terpental. Begitu pula 2 prajurit yang menyerang Randika dari samping, keduanya langsung tak sadarkan diri begitu menerima serangan yang sama.
Hal yang sama juga terjadi pada prajurit-prajurit yang menerjang ke arahnya. Hanya dalam 1 menit, semua satuan khusus tersebut sudah tidak punya kekuatan untuk melawan balik.
Semua yang melihat kejadian ini menahan napas mereka. Para tamu undangan Ivan terkejut, begitu pula dengan Barkah dan Ivan.
Para keluarga aristokrat itu benar-benar tidak percaya bahwa ada orang yang sekuat Randika.
Randika yang masih berdiri dengan tegap itu menatap Barkah dengan dingin.
"Segitu saja kemampuan orangmu?"
Barkah menjadi marah, begitu pula para bawahannya. Tetapi mereka tidak punya pilihan, bahkan satuan khusus Densus 88 tidak berdaya apalagi mereka.
"Aku akan memberimu kesempatan sekali lagi untuk menyingkir. Hari ini keluarga Alfred akan hancur, tidak ada yang bisa mencegahku untuk melakukannya." Kata Randika dengan wajah serius. Mendengar kata-kata ini, semua orang terkejut. Pemuda ini datang untuk menghancurkan keluarga Alfred?
Gila…. Dia sudah gila!
"Jika ada yang berani menghalangiku, aku akan membunuhnya!" Kata Randika sambil menekankan kata-katanya.
Wajah anggota keluarga Alfred menjadi pucat pasi, apakah ini akan menjadi awal dari kehancuran keluarga mereka?
Wajah Ivan benar-benar dingin, lalu dia berkata pada Randika. "Bermimpilah 1000 tahun sebelum kamu bermimpi menghancurkan keluargaku."
Darah Barkah juga menjadi mendidih. "Bisa-bisanya kamu mengancam keluarga Alfred seperti itu? Apa kamu tidak peduli dengan hukum?"
Bersamaan dengan ini, Barkah memberi isyarat untuk bersiap menembak kepada bawahannya. Ratusan senapan sekarang tertuju pada Randika dan siap menembak kapan saja!
Tidak peduli seberapa hebat lawannya ini, dia tidak mungkin bisa menghindari senjata sebanyk ini.
"Masih tidak mau menyingkir?" Randika mendengus dingin. Ketika semua orang berfokus pada dirinya, dia tiba-tiba berubah menjadi asap. Randika benar-benar hilang dan tidak ada yang bisa menemukan dirinya. Tiba-tiba dia sudah berdiri di tengah para tamu dan mencekik salah satu anggota keluarga Alfred.
KRAK!
Suara leher yang patah terdengar renyah.
Kejadian ini benar-benar cepat. Barkah belum sempat memberi perintahnya, Ivan dan ratusan moncong senjata masih menatap tempat Randika sebelumnya berada.
Randika lalu membuang mayat di tangannya itu ke hadapan Ivan. "Kau berani mencoba membunuhku saat di puncak gunung, apa kau kira aku tidak berani berbuat hal yang sama pada keluargamu?"
Barkah benar-benar marah, dia lalu berteriak keras pada bawahannya. "Tembak!"
Dalam sekejap, seluruh tamu itu berlarian ke mana-mana sedangkan para polisi itu tidak ragu menembakan senjata mereka.
DOR! DOR! DOR! DOR!
Rentetan senjata mulai ditembakan bersamaan.
Dibantu oleh senapan mesin helikopter dan senapan jarak jauh, semua peluru sekarang melesat cepat menuju Randika.