Semua polisi itu sudah ketakutan bukan main ketika ribuan peluru mereka hanya menembus penjahat nomor 1 Jakarta saat ini. Penjahat tersebut masih berdiri tegak setelah dihujani peluru begitu banyak selama 1 menit.
Para anggota keluarga Alfred sudah mulai mengompol di celana mereka. Menatap salah satu anggota yang dibunuh Randika tadi, mereka makin ketakutan.
Para tamu undangan sudah gemetar dan tidak tahu harus berbuat apa, mereka benar-benar tertegun. Mereka harus mengingat dan menyebarkan ke seluruh anggota keluarga mereka bahwa mereka sama sekali tidak boleh menyinggung orang tersebut!
Terlebih lagi, mereka yakin bahwa keluarga Alfred akan hancur hari ini!
Memikirkan hal ini, mereka juga sedikit ketakutan. Jika anggota-anggota keluarga Alfred meninggal semua maka kekuasaan keluarga Alfred akan runtuh. Kejadian mengerikan seperti ini akan membuatnya keluar dari keluarga berpengaruh di Indonesia.
Randika masih berdiri di tempat yang sama, dia menatap Ivan dengan tatapan membunuhnya!
"Berkali-kali kau berusaha membunuhku dan orang-orang di sekitarku." Tatapan mata Randika benar-benar tajam. "Sekarang giliranku untuk membunuh kalian semua."
Ivan mendengus dingin. "Kamu memang kuat tetapi kamu tidak punya kekuatan untuk menghancurkan keluarga Alfred!"
Ivan tidak menyangka akan bertemu dengan lawan sekuat Randika di dalam hidupnya. Dia melihat sendiri Randika melompat turun ke bawah tebing tetapi masih bisa selamat. Sekarang mungkin adalah pertempuran terakhir mereka, antara dia yang mati atau dirinya yang mati.
Dia akan menari di atas mayat Randika malam ini!
"Kekuatan?" Randika lalu berkata dengan nada dingin. "Tidak ada kekuatan di dunia ini yang bisa menghentikanku untuk menghancurkan keluargamu itu!"
"Matilah bersama dengan anjing-anjingmu itu."
Bersamaan dengan itu, Randika melangkah maju dengan aura membunuh yang mengerikan!
Para anggota keluarga Alfred yang bersembunyi di belakang Ivan sudah gemetar ketakutan. Di mata mereka Randika sudah bukan lagi manusia. Mata yang merah dan aura yang mencekam, Randika sudah benar-benar mirip seorang iblis.
Ketika para tamu undangan melihat tatapan mata Randika, mereka tidak bisa berhenti merinding. Benar-benar pemuda yang mengerikan, hanya auranya saja sudah mampu membunuh!
Ketika Randika mengambil langkah maju, wajah Ivan menjadi pucat pasi. Di hadapan aura membunuh yang luar biasa besar itu, dia hanya bisa mengambil langkah mundur.
Pada saat Randika mengambil langkahnya kembali, Ivan pun mengambil langkah mundur lagi!
Langkah mundur yang diambil Ivan itu makin membuat para anggota keluarganya ketakutan.
Tatapan benci Ivan tidak sebanding dengan tatapan membunuh Randika, Ivan seakan-akan melihat jurang maut yang dipenuhi oleh iblis. Detik demi detik, iblis itu bermaksud untuk menariknya ke dalam!
Bruno juga menatap Randika. Dia merasa bahwa orang ini sungguh berbahaya dan harus dimasukkan ke dalam daftar hitam organisasinya. Jika organisasinya ini tidak berhati-hati, bisa-bisa negara ini hancur dalam semalam!
Di Arwah Garuda, terdapat 3 daftar yaitu putih, merah dan hitam. Daftar putih adalah daftar orang-orang yang menjadi sekutu dari mereka. Merah adalah daftar orang-orang yang sedang diburu oleh Arwah Garuda. Sedangkan yang hitam adalah daftar lawan yang harus diperhatikan oleh mereka.
Di daftar hitam ini, tidak ada individu di dalamnya karena di dalam daftar ini berisikan organisasi-organisasi berbahaya di dunia seperti mafia Italia, pasukan Ares di Jepang, Triad dll.
Sekarang di daftar teratas dari daftar hitam mereka akan berisikan sebuah nama yaitu Randika!
Tentu saja, Bruno tidak tahu siapa identitas asli Randika. Namun menurut pendapatnya, Randika seorang diri bisa menghancurkan fondasi negaranya ini dalam semalam!
Randika perlahan menghampiri Ivan, setiap langkahnya memperdalam kebenciannya terhadap keluarga Alfred. Awalnya Ivan berdiri tegak menghadapi tatapan mata Randika, tetapi semakin Randika mendekat semakin pekat aura membunuhnya. Hal ini membuat Ivan sesak napas dan secara otomatis melangkah mundur.
Ketika Randika kembali mendekat, tiba-tiba Ivan memuntahkan seteguk darah! Ivan yang sudah paruh baya itu tidak kuat menahan aura negatif yang sekuat itu. Dalam sekejap, Ivan segera menyadarinya bahwa jika dia tidak segera lari dari Randika, dia benar-benar akan mati!
Melihat Ivan yang muntah darah, para anggota keluarganya sudah menatapnya dengan mata terbelalak.
"Tuan Ivan muntah darah hanya karena saling menatap?" Ketika mendengarkan kesimpulan ini, semuanya langsung menelan air ludah mereka.
"Aku sudah pernah merasakan aura membunuh dari tim pembunuh keluarga kita, tetapi aura tersebut tidak ada apa-apanya dengan yang ini. Sudah berapa orang yang pernah dia bunuh?"
Orang dengan aura membunuh sebesar Randika sudah pasti membunuh ribuan orang!
Wajah Randika terlihat dingin, inilah akhir dari keluarga Alfred.
"Kau memang kuat." Ivan membasuh mulutnya dari darahnya. Dia lalu mengeluarkan seluruh kebenciannya dengan berkata pada Randika. "Tapi jangan harap kau bisa membunuhku!!"
Sesudahnya dia berkata seperti itu, beberapa orang menerjang maju ke arah Randika. Semuanya adalah pembunuh dan pengawal yang berada di puncak gunung waktu itu.
Dark Knife, Jessica, pak tua Fan, tim pembunuh keluarga Alfred dan beberapa ahli bela diri lainnya siap menghadang Randika.
Jika ditotal, 30 orang ahli bela diri siap bertarung dengan Randika.
Melihat para ahli bela diri tersebut, para tamu undangan terkejut. Ada sebanyak itu di antara kita selama ini?
Menurut pemahaman mereka, orang-orang tersebut adalah orang-orang terkuat yang bisa mereka temui. Dan sekarang mereka semua sekaligus didatangkan oleh keluarga Alfred? Berapa banyak uang yang dihabiskan oleh mereka?
Ivan mendengus dingin. Dia sudah menghabiskan puluhan miliar untuk mendatangkan ahli bela diri terbaik untuk mengamankan pernikahan hari ini, mustahil Randika bisa mengalahkan mereka.
Namun, dia masih belum mengeluarkan pil zombie miliknya. Banyak keluarga aristokrat yang hadir di tempat ini, dia tidak ingin menunjukan kartu As miliknya ini.
Melihat para ahli bela diri tersebut, para tamu undangan dan anggota keluarga Alfred bernapas lega. Dengan adanya mereka, Randika tidak mungkin bisa melawan balik.
Setelah beberapa hari pemulihan, luka yang dialami Dark Knife, Jessica dan pak tua Fan sudah sembuh. Ketiganya memiliki kebencian luar biasa pada Randika. Belati hitam milik Dark Knife sudah memantulkan aura membunuh pemiliknya yang besar itu. Karena dia gagal membunuh targetnya ini di puncak gunung kapan hari, hari ini dia akan memastikan untuk membunuhnya!
Dan juga, hari ini dia mendapatkan bantuan sebanyak ini bagaimana mungkin mereka bisa kalah?
Wajah Randika sama sekali tidak berubah, dia menatap dingin pada Ivan. "Kau kira beberapa ekor anjing bisa membunuhku?"
Anjing?
Wajah para ahli bela diri itu menjadi serius semua, bisa-bisanya lawannya ini masih bisa bersikap arogan seperti itu?
Randika tidak peduli dengan aura membunuh mereka, dia berkata pada mereka semua. "Majulah bersama-sama."
Setelah mendengar kata-kata itu, semuanya menerjang ke arah Randika. Aura membunuh dari 30 orang lebih tertuju pada Randika. Para polisi tidak berani bertindak untuk saat ini, keadaan sekarang sudah tidak terkendali.
Melihat orang-orang menerjang, Randika masih terlihat tenang. Bagaikan petir menyambar, dia berlari menuju lawannya.
"Hari ini kau akan mati." Suara Randika tiba-tiba terdengar di belakang Dark Knife.
Dark Knife langsung merinding dan merasakan badannya menjadi kaku. Dengan hati yang ketakutan, dia berusaha menyerang balik Randika yang berada di belakangnya.
Namun, Randika sudah berhasil menangkap pergelangan tangan kanannya dan meremuknya hingga menjadi bubur.
"ARGH!"
Belati hitam milik Dark Knife hanya bisa menatap pemiliknya yang kesakitan, ia sudah tidak bisa membalaskan dendam pemiliknya itu lagi.
Lalu di hadapan semua para ahli bela diri, tangan Randika menembus dada Dark Knife.
Mereka tidak menyangka bahwa Randika akan mengincar yang terkuat di antara mereka terlebih dahulu, kekuatannya itu benar-benar tidak terukur dan mengerikan.
"Kalian masih berani melawanku?" Tatapan mata Randika tertuju pada pak tua Fan, Jessica, dan para ahli bela diri lainnya.
Hati para ahli bela diri terkuat ini mengalami gejolak batin. Di saat mereka tidak tahu harus berbuat apa, kepala dari pak tua Fan tiba-tiba melayang ke arah tembok.
CRAT!
Di tengah-tengah mereka sekarang ada badan tanpa kepala yang menyemburkan darahnya ke mana-mana. Bahkan mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sebelum terkena cipratan darah tersebut.
Orang kedua telah mati dan Randika sudah menunjukan sikapnya yang tak ragu-ragu membunuh mereka tanpa pandang bulu.
Menghalangiku berarti sama dengan mencari mati!
Jessica yang tersisa sudah merasa lemas, kedua kakinya itu sudah tidak bisa berdiri lagi setelah melihat kedua temannya itu mati begitu saja.
Sekarang di hati para ahli bela diri ini terlintas sebuah pertanyaan, apakah Randika yang terpojok ataukan mereka lah yang terpojok?
"Bersama, kita serang dia bersama! Dia hanya seorang diri, kita pasti bisa." Tidak tahu siapa yang berteriak, tetapi sepertinya dia menyadarkan teman-temannya itu dari keraguan mereka.
Setelah menyerap kekuatan misterius di dalam tubuhnya, menghadapi orang-orang ini bukanlah hal serius bagi Randika. Baginya mereka tidak lebih dari seekor anjing kecil yang hanya bisa menggonggong. Ketika orang itu selesai berbicara, kepala dari ahli bela diri itu sudah lepas dari kepalanya!
Gerakan Randika itu sangat sederhana, dia hanya berlari dan memenggal kepalanya dengan tinjunya yang keras dan dahsyat itu.
Bersamaan dengan itu, seluruh ahli bela diri yang tersisa menyerang bersama-sama. Para tamu undangan dan yang lain tidak bisa melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi, mereka hanya bisa melihat satu per satu kepala melayang ke arah mereka. Kepala itu ada yang mendarat di tengah tamu, di mobil para polisi dan bahkan di hadapan Ivan.
Ketika melihat kepala di bawah kakinya, Ivan benar-benar menjadi pucat. Ketika dia masih menatapnya, beberapa kepala juga mendarat di hadapannya. Kali ini kepala itu merupakan tim pembunuh terhebatnya.
Dalam sekejap kurang dari 10 orang yang masih berdiri. Di hadapan tinju Randika yang keras, mereka bukanlah tandingannya.
Tidak lama kemudian akhirnya orang terakhir telah mati dan sekarang hanya Randika seorang diri yang berdiri di tengah halaman dengan tubuh yang bersimbah darah.
"Sudah kubilang, serang aku bersama-sama." Kata Randika sambil menatap tajam pada Ivan.
"Anjing tidak dapat dibandingkan dengan singa."