Chapter 320: Jadi Kapan Kalian Menikah?

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Dari balik telepon, Christina dapat mengetahui kegalauan Randika. Dengan nada sedikit marah dia berkata padanya. "Kenapa kamu terdengar malas begitu? Ini cuma makan malam bukan interview menikah!"

"Tapi… mamamu itu agak unik."

"Sudah, kamu mau datang atau tidak?" Nada Christina mulai tinggi. "Jika kamu tidak mau jangan harap kita bertemu lagi." Christina sebenarnya merindukan Randika, tetapi dia tidak ingin terlihat terang-terangan seperti itu jadi dia menggunakan nama ibunya untuk menutupinya.

"Aku bercanda kok, tentu saja aku mau. Siapa memangnya yang tidak mau bertemu dengan malaikat cantik bernama Christina dan ibunya itu?" Randika langsung tidak ragu-ragu lagi ketika mendengar ancaman Christina. Mendengar kata-kata ini, mulut cemberut Christina kembali tersenyum.

"Kalau begitu aku tunggu di rumah mamaku ya, jangan makan banyak-banyak siang ini! Sampai ketemu nanti!"

Randika tidak sempat membalas satu kata pun, dia tidak menyangka bahwa acaranya itu akan berlangsung malam hari ini.

Randika lalu menghela napasnya, kenapa bisa ada ibu yang semangat sekali seperti itu di dunia ini? Dia benar-benar tidak berdaya di hadapan Ayu.

Namun, nasi telah menjadi bubur.

Setelah jam pulang kantor, Randika langsung berangkat menuju rumah Ayu. Tidak lama kemudian, dia telah sampai dan terdiam di depan pagar. Sambil menghirup napas dalam-dalam, dia akhirnya menekan bel pintu rumahnya.

TING TONG!

Bel pintu rumah yang nyaring langsung berbunyi. Setelah beberapa waktu, Ayu keluar sambil tersenyum.

"Aduh menantuku sudah datang, ayo masuk, masuk."

Ayu langsung menangkap tangan Randika dan menyeretnya masuk.

Randika tidak tahu harus menangis atau tertawa. Terakhir kali mereka bertemu dia dipanggil Dika dan sekarang menantu? Cepat sekali berubahnya.

Namun, Randika sama sekali tidak berani komplain. Dia hanya pasrah diseret masuk oleh Ayu.

"Kamu duduk dulu sama calon istrimu itu dulu ya, makanannya bentar lagi siap kok." Kata Ayu dengan semangat. Randika lalu memperhatikan Christina yang memeluk bantalnya sedang duduk di sofa.

Randika lalu duduk di samping Christina yang ternyata juga sedang membaca buku.

"Tin, apakah kamu merindukanku selama ini?" Randika tersenyum dan menaruh lengannya di sandaran sofa tepat di belakang kepala Christina. Setelah bersama dengan Inggrid dan Viona, Randika mengerti tindakan kecil seperti ini berarti ketika dirinya berduaan.

Christina langsung menyingkirkan tangan Randika sambil cemberut. Bibirnya yang kecil itu terlihat imut ketika cemberut. Belum lagi kulitnya yang putih, bulu mata yang lentik dan kacamatanya itu membuat sosok Christina terlihat intelektual.

Pada saat ini, Randika tidak tahan memikirkan dirinya bermain roleplay guru dan murid bersama Christina. Kecantikannya Christina berbeda dengan Inggrid dan Viona. Sebagai guru di universitas, sosok tegas yang dia tampilkan itu berbanding terbalik dengan sifat imut yang dia perlihatkan selama mereka berduaan. Yang membuat Randika tidak tahan adalah kacamata yang dia kenakan itu, sudah lama dia ingin mencoba mengeluarkan muncratannya itu di atas kacamata.

Christina lalu melepas kacamatanya dan menaruh buku yang dia baca. Matanya tertuju pada Randika. "Kamu kenapa selalu tidak mengabariku kalau mau pergi?" Setitik air mata terjatuh dari mata Christina.

Randika tersenyum, dia lalu membelai pipi Christina dan mengusap air matanya. Dia lalu menempelkan dahinya di dahi Christina.

"Maafkan aku, tetapi urusanku itu benar-benar mendadak." Setelah mencium pipinya, dia berbisik di telinganya. "Biarkan aku melihat wajahmu yang cantik itu tersenyum."

Ketika Christina mengangkat wajahnya, matanya bertemu dengan tatapan mata Randika yang terlihat lembut.

"Sungguh menawan." Tangan Randika membelai pipi Christina. Dia lalu merangkul pinggang Christina dan hendak mengajaknya berciuman.

Wajah Christina sudah tersipu malu. "Ran jangan, mamaku ada di dapur."

Randika lalu menoleh ke arah dapur dan memperhatikan keadaannya. Dia lalu tersenyum dan berkata dengan suara yang pelan. "Tidak apa-apa, mamamu tidak tahu kalau kamu menahan suaramu."

Tangan Randika sudah memeluk leher Christina dan kedua bibir mereka bertemu setelah sekian lama berpisah. Bibir yang lembut itu membuat Randika nyaman dan tidak ingin berpisah lagi. Ketika dia ingin berbuat lebih, Christina memperingatinya sambil terengah-engah. "Jangan Ran, nanti saja."

Sambil tersenyum, Randika kembali menikmati bibir lembut dosen cantik ini.

Setelah sekian lama, kedua bibir mereka berpisah dan Randika berkata padanya. "Kamu sedang baca buku apa?"

"A dream of Red Mansions." Jawab Christina sambil mengatur napasnya kembali.

"Ah aku pernah menonton film itu, aku memang sedikit bingung dengan ceritanya. Tetapi aku tidak menyangka kamu suka buku erotis semacam itu."

"Ngawur saja, sekolahku sedang mengaji literatur Cina klasik jadi aku membacanya agar bisa membahasnya lebih detail lagi."

"Hahaha tapi apakah kamu suka dengan ceritanya? Aku bisa membantumu mempraktekkan beberapa kejadian di dalam buku itu kalau kamu mau."

"Kejadian apa?" Christina terlihat bingung.

"Tentang bagaimana Jia Baoyu membuat keturunan."

"Kamu ini ya!" Wajah Christina menjadi merah dan memukulkan bukunya ke Randika.

"Hahaha aku bercanda kok, ampun, ampun." Kata Randika sambil melindungi dirinya. Namun pada saat ini, Randika berhasil menangkap tangan Christina. Dia lalu menarik Christina ke dalam pelukannya dan menciumnya sekali lagi.

"Apakah kita perlu mempercepat keinginan mamamu itu untuk punya cucu?" Kata Randika di telinga Christina sambil meraba-raba dadanya.

Christina awalnya ingin mendorong dan melepaskan diri, tetapi di bawah serangan Randika yang intens, Christina merasa tidak punya kekuatan untuk menolak.

Pada saat ini, Ayu yang sudah mengintip mereka daritadi, akhirnya memanggil mereka untuk makan karena khawatir makanannya itu akan dingin.

Mendengar panggilan ibunya itu, Christina mengumpulkan kekuatannya dan mendorong Randika. Setelah menenangkan dirinya, dia berjalan menuju meja makan.

Randika juga berdiri sambil tersenyum puas dan duduk di samping Christina.

"Ayo, ayo, cepat dimakan. Dika, ini masakan tante yang paling baru." Kata Ayu dengan semangat, dia mengambilkan beberapa lauk sekaligus untuk Randika.

"Aduh tante tidak usah repot-repot, aku bisa ambil sendiri kok. Mana mungkin aku merepotkan mertuaku terus-terusan." Randika langsung mengatakan kata-kata manis yang sudah lama dia persiapkan. Ketika mendengar ini, mata Ayu terlihat berbinar-binar lalu dia pun tersenyum.

"Benar juga ya, Dika memang menantu yang perhatian. Kalau begitu ambil makanan yang kamu suka."

Ketika Christina mendengar ini, dia menatap tajam pada Randika. Namun, Randika hanya tertawa padanya dan mencubit pipinya. Christina mendengus dingin dan mengangkat kakinya lalu menginjak kaki Randika.

"...."

Randika hanya bisa menahan rasa sakitnya itu, dia hanya ingin sekali-kali mengikuti alur dan mencoba jadi menantu dari Ayu.

"Tin coba makanan ini." Randika mengambilkan makanan untuk Christina. Adegan ini membuat Ayu makin bahagia. Suaminya sendiri tidak pernah perhatian seperti itu, anaknya ini sungguh beruntung mendapatkan lelaki perhatian seperti Randika.

Christina yang awalnya cemberut itu hanya mengangguk dan tidak menolak.

Akhirnya ketiganya mulai makan bersama-sama. Tentu saja, pembicaraan mereka bertiga tidak terlepas dari kata pernikahan dan kapan punya anak.

"Dika, kapan kamu menikahi anak tante ini?"