Keesokan harinya, ketika sinar matahari mulai bersinar, Randika berguling-guling di kasur dan masih dalam keadaan tidur. Namun, dia tiba-tiba merasa kedinginan. Dia membuka matanya perlahan dan menyadari selimutnya itu sudah tidak ada.
"Han, kenapa kamu di sini?" Randika kehabisan kata-kata. Kenapa adik iparnya itu pagi-pagi masuk ke kamarnya dan mengambil selimutnya.
"Kak, kamu kira ini sudah jam berapa? Kenapa kakak masih tidur?" Hannah terlihat seperti ibu-ibu mengomel.
Sialan, jika bukan karena kamu merebut istriku itu, tentu aku tidak akan kesusahan tidur seperti ini!
Randika sedikit marah karena dia rupanya kesepian di dalam kamarnya dan tidak bisa tidur. Oleh karena itu, suasana hatinya sedikit lebih panas ketika tidurnya itu diganggu.
Lagipula, bukankah ini salah adik iparnya karena telah merebut istrinya?
"Sudah cepat bangun, aku mau berangkat ke sekolah."
Hannah lalu berjalan keluar sambil mengambil tasnya yang dia taruh di dekat pintu. Tidak lama kemudian, Randika dapat mendengar suara mesin mobil sport yang menggelegar.
Bagi Hannah, yang memiliki mobil sport, pergi ke sekolah hanya membutuhkan 10 menit.
Randika lalu dengan ogah berdiri dan meninggalkan tempat tidurnya. Ketika dia berjalan turun ke bawah, dia menyadari istrinya itu sedang duduk di sofa.
"Akhirnya bangun juga." Ketika Inggrid melihat Randika, dia langsung tersenyum. Namun tatapan mata Randika berbinar-binar ketika melihat istrinya itu.
Hari ini Inggrid memakai jas kerjanya, rok hitam pendek dan lipstik merah yang cerah. Istrinya terlihat dewasa dan menawan, bagaikan bunga mawar.
Ketika dia melihat istrinya itu, dia merasakan api mulai membakar hatinya.
Sialan, istrinya ini benar-benar menawan. Tiap hari yang mereka lalui bersama Randika merasa bahwa kecantikannya itu terus bertambah. Meskipun awal kali mereka bertemu dia sudah terlihat dewasa, namun aura yang dipancarkannya terasa dingin. Sekarang auranya jauh lebih hangat dan wajahnya juga jauh lebih sering tersenyum.
Randika sedikit sedih sekaligus lega dalam hatinya. Benar, Inggrid Elina adalah istrinya. Meskipun dia enggan memperlihatkan kecantikan istrinya itu pada lelaki mesum di luar sana, cuma dialah yang bisa melihat apa yang ada di balik baju itu. Istri yang manja, perhatian, baik dan pemalu, tidak ada orang selain dirinya yang mengetahui hal itu.
Ketika Inggrid berjalan menghampirinya, Randika sudah memeluknya dan mencium bibirnya.
Setelah beberapa saat, wajah Inggrid menjadi merah dan dia pun mengatakan. "Ran jangan, aku harus kerja hari ini."
"Aku akan pergi bersamamu." Kata Randika sambil meremas pantatnya.
Setelah puas merasakan keempukannya, Randika mengambil roti di meja makan dan berangkat bersama Inggrid setelah berganti baju.
Keduanya lalu berkendara menuju kantor.
Ketika mereka berdua memasuki gedung, semua karyawan menyambut kedatangan Inggrid.
"Selamat pagi Ibu Inggrid."
"Ibu Inggrid senang Anda telah kembali."
Inggrid membalas sapaan mereka dengan senyuman hangat.
Randika memperhatikan sekelilingnya, sepertinya jumlah karyawannya sama sekali tidak berubah. Awalnya Inggrid mengumumkan bahwa perusahaannya ini akan tutup selamanya. Namun, Inggrid kemudian memanggil kembali mereka semua dan ternyata tidak ada satupun yang menolak.
Mungkin ini berkat karisma dan bakat memimpin Inggrid yang luar biasa. Bagaimanapun juga, tidak mudah seorang perempuan menjadi pemimpin perusahaan.
Terlebih lagi, Inggrid tidak memotong gaji mereka sama sekali ketika perusahaan ini tutup. Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang membuat karyawan di tempat ini kembali semuanya. Meskipun ada beberapa yang tidak kembali, itu cuma ada di posisi yang tidak penting.
Setelah berpisah dengan Inggrid, Randika segera menuju departemen parfum. Di sana dia bertemu dengan Kelvin dan timnya.
"Wah ada pak Randika! Sudah lama sekali saya tidak bertemu dengan Anda."
"Pak Randika selamat pagi."
"Pak, bagaimana malam nanti kita hura-hura?"
Semuanya senang ketika melihat panutan mereka ini masuk kerja.
"Pak, kenapa bapak terlihat bahagia? Semalam habis ngapain hayooo."
Semuanya senang bercanda dengan Randika, pemimpin mereka ini asyik untuk diajak bercanda.
"Pak, pas bapak absen tahu tidak perusahaan kita ini mau tutup? Tetapi untung saja kemarin kita dipanggil untuk masuk kerja lagi, bapak tahu apa yang telah terjadi?" Mode gosip para karyawan menjadi aktif. Mereka tahu bahwa posisi Randika cukup tinggi di perusahaan ini jadi dia seharusnya tahu sesuatu.
Kenapa mereka beranggapan seperti itu? Karena tentu saja jumlah masuknya Randika bisa dihitung jari dalam seminggu, jika dia bukan berada di posisi tinggi maka dia sudah pasti dipecat. Dan juga ada rumor mengatakan bahwa Randika sangat dekat dengan boss perusahaan ini yaitu Inggrid Elina.
Semuanya menatap antusias pada Randika, mereka mengharapkan cerita yang menarik. Tetapi harapan mereka pupus ketika Randika berkata sambil tersenyum. "Mana mungkin aku tahu hal seperti itu, aku saja baru dengar perusahaan ini mau tutup kemarin lusa."
Orang-orang ini baru saja mau menginterogasi Randika lebih lanjut, tetapi pada saat ini, Kelvin datang menghampiri mereka. Saat para karyawan ini melihat sosok Kelvin, mereka seperti melihat setan dengan cambuknya. Wajah santai mereka berubah menjadi wajah serius.
Mereka berubah dari santai menjadi serius hanya dalam waktu 0,01 detik, hal ini tentu membuat Randika terkejut. Dia sendiri saja tidak bisa berubah secepat itu!
Kelvin menyapa Randika terlebih dahulu sebelum melototi karyawan-karyawannya. Dia lalu berkata pada mereka. "Jangan malas-malasan, mau aku pecat kalian?"
Melihat mode mengamuk Kelvin sudah menyala, semuanya mulai berpencar dan kembali ke posisi mereka.
Randika duduk dengan santai di tempat duduk, dan pada saat ini, seorang perempuan cantik masuk ke dalam ruangan. Randika menoleh dan menyapa Viona yang baru saja masuk.
Viona sudah bagaikan karya seni dunia, benar-benar cantik! Stocking putih yang menempel ketat di kakinya serta rok hitamnya itu memperindah pemandangan.
Tetapi yang membuat semua pria menelan air ludahnya adalah kemeja putihnya tersebut. Dada besar Viona memang menjadi senjata andalannya, tidak ada yang bisa mengalahkan dada besar.
Dan apa yang paling menarik dari kemeja putih? Tentu saja beha yang menerawang! Beha berwarna biru itu dapat terlihat dengan jelas dari balik baju, setiap pria di ruangan ini berusaha mencuri pandang sepanjang waktu.
Tidak perlu diragukan lagi, Viona memang bunga terindah di ruangan ini!
Ketika Viona melihat Randika, hatinya berdebar-debar dan wajahnya tidak bisa berhenti tersenyum. Ketika dia berjalan menuju tempat kerjanya, Randika sudah duduk di sampingnya.
"Bagaimana kabarmu Vi?" Kata Randika sambil menaruh tangannya di pahanya Viona. Viona sendiri menjadi tersipu malu ketika Randika begitu berani seperti ini.
"Ran…." Viona ingin mengingatkan bahwa ini adalah tempat kerja mereka. Pada awalnya mereka bermesraan di ruangan kosong di gedung ini, lama-lama Randika berani melakukannya di ruangan penuh rekan kerja mereka.
Wajah Viona sudah merah padam, hatinya itu siap meledak kapan saja.
"Vi, jangan malu seperti itu. Hari ini kita punya waktu yang banyak untuk berduaan." Kata Randika dengan suara yang pelan. Ketika Viona mengangkat wajahnya, dia melihat senyuman nakal Randika dan tertunduk kembali.
"Perhatian, perhatian." Tiba-tiba Kelvin menepuk tangannya dengan keras. "Terima kasih karena telah kembali ke perusahaan ini. Jadi untuk hari ini kita kembali mengerjakan formula yang kita kerjakan sebelum kita libur kemarin. Jika kita tidak mengerjakannya dengan cepat, bisa-bisa ide parfum kita diambil oleh perusahaan lain."
Semuanya lalu mengerjakan tugas mereka masing-masing dan Kelvin menatap Viona yang duduk di samping Randika. Kelvin lalu menghampiri mereka. "Pak, bisakah aku pinjam Viona sebentar? Aku harap tidak merusak momen mesra kalian."
Awalnya Viona ingin berdiri, tetapi dalam sekejap dia merasa malu ketika mendengar kata-kata terakhir Kelvin. Apakah artinya dia tahu hubungannya dengan Randika?
Sepertinya seluruh orang di laboratorium ini sudah mengetahuinya.
Dengan wajah merah padam, Viona berdiri dan membungkuk ke arah Kelvin. Ketika dia hendak pergi, suara Randika dapat terdengar. "Oke tetapi cepat kembalikan dia padaku, aku kesepian kalau tidak ada Viona di sampingku."
Telinga para karyawan ini sudah berfokus ketika Kelvin menghampiri Randika. Mendengar kata-kata Randika barusan, akhirnya pertanyaan terbesar mereka telah terjawab! Sudah lama mereka menduga adanya asmara antara Randika dan Viona.
Sebelumnya mereka ragu karena Randika digosipkan dekat dengan Inggrid Elina jadi mereka penasaran siapakah yang dekat dengan Randika. Dengan kata-kata barusan, mereka bisa memastikan bahwa Viona lah pacar dari Randika.
Kelvin tersenyum pahit dan mengatakan. "Tetapi saya juga butuh bantuan pak Randika. Bapak tahu sendiri kan perusahaan kita tutup sementara waktu jadi produksi parfum kita terlambat. Jika kita tidak bekerja dengan cepat, jadwal produksi kita juga bisa kacau jadi saya butuh bantuan bapak juga."
"Tidak masalah, aku juga nganggur kok." Kata Randika sambil tertawa.
Dengan begitu, Randika mulai bekerja bersama dengan Kelvin.
Waktu cepat berlalu, meskipun sudah jam makan siang, Randika masih terlihat sibuk dan berkonsentrasi kerja. Namun, tiba-tiba HP miliknya itu berbunyi. Randika lalu melihat nomor yang memanggilnya dan langsung terkejut. Dia lalu berjalan keluar untuk menerima telepon tersebut.
"Kenapa? Apakah kamu ada masalah lagi?" Suaranya terdengar jahil.
"Ah kamu ini ada-ada saja." Christina terdengar cemberut di balik telepon. "Aku sudah berusaha meneleponmu 2 minggu ini tetapi nomormu itu tidak aktif sama sekali."
Randika terkejut mendengarnya lalu tersenyum pahit. Ketika dia memanjat gunung kapan hari, dia lupa membawa HPnya. Jelas selama dia terjebak di gua, HPnya kehabisan baterai dan mati begitu saja. Jadi tidak heran apabila nomornya itu tidak aktif ketika ditelepon oleh Christina.
"Maaf, maaf, aku sedang tidak ada di kota selama 2 minggu ini. Bagaimana caranya aku bisa menebus kesalahanku ini calon istriku?" Randika berusaha membuat Christina luluh.
Meskipun masih sedikit marah, mendengar kata calon istri membuat Christina tersipu malu. "Kalau begitu ada satu hal yang bisa kamu lakukan."
"Katakan saja."
"Kamu harus siap mental."
"Iya aku siap kok."
"Jadi begini." Awalnya Christina ragu-ragu untuk sementara waktu dan nada suaranya itu terdengar serak. Randika sendiri merasa penasaran, Christina lalu melanjutkan. "Mamaku ingin kamu datang untuk makan malam bersama-sama."
Ah?
Mulut Randika terbuka lebar, makan bersama?
Tidak tahu kenapa, dia merasa rahangnya itu terlepas dan dia pun menelan air ludahnya. "Mamamu ingin aku datang ke rumahnya?"
Randika tidak masalah dengan acaranya tetapi mengingat betapa antusiasnya Ayu pada dirinya itu, mau tidak mau Randika menjadi sedikit ragu-ragu. Dia terus menerus menawarkan anaknya itu pada dirinya dan memaksanya untuk segera menikahi anaknya.