"Ran, ayo kita makan."
Viona dan Hannah mulai memakai pakaian mereka.
"Ayo kita makan seafood!" Kata Hannah dengan semangat.
"Bukannya kamu benci ikan?" Kata Randika dengan nada sinis.
"Aku cuma benci ikan mentah." Kata Hannah sambil tersenyum.
Mereka bertiga kemudian pergi menuju restoran seafood.
Pada saat yang sama, di hotel yang diinapi Randika, mendadak didatangi oleh banyak orang.
"Minggir, minggir! Halangi jalan saja."
Para pria berbadan besar ini menendang siapapun yang berani menghalangi jalan mereka, mereka benar-benar kasar.
Para staf hotel mulai ketakutan, si resepsionis menghampiri mereka. "Pak, apakah ada yang bisa di…."
Namun, sebelum dia selesai berbicara, dia telah ditendang oleh satu orang.
"Diam! Pergi dan jangan ganggu kita." Kata salah satu pria berbadan besar sambil mendengus dingin. Wajahnya benar-benar terlihat bengis.
Wajah resepsionis itu menjadi pucat pasi, para staf yang lain juga ikut takut. Pada saat yang sama, ada seorang pria paruh baya yang berjalan keluar dari barisan orang berbadan besar itu.
Melihat wajah tenang dan percaya diri pria tersebut, orang-orang yang akrab dengan dunia kasino langsung berubah menjadi pucat pasi.
Orang itu? Kenapa dia ada di sini!
"Sebelum kau pergi, carikan orang yang bernama Randika!" Katanya pada si resepsionis.
"Dia sedang keluar!" Balasnya dengan cepat.
Pria paruh baya itu lalu menjawab. "Tidak masalah, kita akan menunggunya."
Mendengar hal ini, para pria berbadan besar itu langsung mengambilkan sebuah kursi untuknya. Pada saat yang sama, pria paruh baya itu langsung dijaga ketat oleh mereka.
Dalam sekejap, lobi hotel ini menjadi tempat yang paling menakutkan.
Di lain sisi, Randika dan kedua malaikatnya itu sedang bersenang-senang. Setelah makan, mereka awalnya ingin lanjut jalan-jalan tetapi Viona menyarankan untuk pulang sebentar agar bisa menyegarkan diri terlebih dahulu.
Karena mereka baru saja berenang di air laut, jadi lebih baik mereka mandi terlebih dahulu. Hal ini langsung disetujui oleh Hannah.
Mereka bertiga berjalan menuju hotel sambil bercanda ria.
Tetapi ketika mereka bertiga berjalan menuju lobi hotel, tiba-tiba, ekspresi ketiganya langsung berubah. Bisa dikatakan bahwa suasana lobi hotel ini benar-benar mencekam.
Di tengah-tengah lobi, banyak pria berbadan besar berdiri dengan tatapan mata yang tajam. Dan pada saat yang sama, di tengah-tengah mereka duduk seorang pria paruh baya.
Pria itu hanya duduk dengan wajah yang tenang dan penuh percaya diri, jelas bahwa dia adalah pemimpinnya. Rasa tenang sebelum badai ini menunjukan bahwa dia adalah orang yang berpengalaman dalam bidang seperti ini.
Orang-orang biasa yang melihat sosok pria tersebut akan merasakan ketakutan yang luar biasa tetapi Randika berbeda, wajahnya tetap tenang.
Di lobi hotel ini juga banyak berkumpulnya orang, mereka sendiri penasaran dengan apa yang akan terjadi. Awalnya mereka semua mengira bahwa orang-orang ini datang untuk merampok hotel ini tetapi ternyata mereka datang untuk menemui seseorang.
Dan orang yang mereka tunggu akhirnya telah datang.
Di sepanjang lobi ini suasana benar-benar hening, tidak ada orang yang berbicara. Sekarang semua tatapan mata tertuju pada tiga orang yang baru datang ini.
Viona sudah berlindung di belakang Randika sedangkan Hannah dengan wajah garangnya berkata dengan lantang. "Apa lihat-lihat? Apa kalian tidak pernah melihat perempuan cantik sebelumnya?" Teriaknya dengan Bahasa Inggris yang mantap.
Kata-katanya ini membuat beberapa orang tertawa dalam hati, sepertinya nona cantik ini tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Terlebih lagi, berkata seperti itu di depan lawannya cukup sembrono.
Pria paruh baya yang duduk di tengah-tengah lobi itu akhirnya berdiri lalu meletakkan kedua tangannya di belakang punggungnya.
"Apa kamu yang bernama Randika?" Kata pria paruh baya tersebut, aura pria tersebut membuat suasana makin berat.
"Kalau aku tidak salah menebak, kamu pasti penguasa di balik kota ini bukan? Kalau tidak salah namamu adalah Li Weilong." Randika masih berwajah tenang.
"Karena kamu orang yang pintar, berarti aku tidak perlu repot-repot menjelaskan kenapa aku datang ke sini." Tatapan mata Li Weilong benar-benar dingin. Barusan saja kemarin, anaknya Li Zhen datang kepadanya dengan lengan kanannya yang patah. Dia langsung membawa anaknya ke rumah sakit dan mendapati bahwa luka anaknya ini akan memakan waktu 3 tahun sebelum pulih seperti semula. Jadi untuk sekarang, Li Zhen harus hidup dengan satu tangan.
Meskipun memang anaknya itu terkadang bertindak bodoh dan semena-mena, bagaimanapun juga, dia tetap anaknya dan tidak pernah ada orang yang berani melawan keluarganya sebelumnya. Terlebih lagi, Li Zhen merupakan anak tertua dari Li Weilong, jadi menghina anaknya berarti mengajak perang seluruh keluarganya!
Oleh karena itu, Li Weilong benar-benar murka. Dia langsung melacak keberadaan Randika dan membawa orang-orangnya ke hotel.
"Aku tidak tahu apa maumu. Mungkin penguasa kota ini ingin meminta maaf karena anaknya bersikap kurang sopan padaku? Tetapi tenang saja, aku sudah mendisiplinkan anakmu untukmu." Kata Randika dengan santai, dia lalu berjalan melewati mereka dengan wajah santai.
"Hum." Li Weilong mendengus dingin, dia sudah malas bersikap sopan lagi. Dia lalu berkata dengan nada dingin. "Aku, Li Weilong, adalah orang nomor 1 di kota ini dan siapapun yang melihat aku akan membungkuk hormat. Dan kau dengan beraninya menyakiti anakku, jangan harap kau bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup."
Saat mendengar kata-kata ini, semua orang yang melihat kejadian ini terkejut. Ternyata pemuda itu berani melukai anak dari penguasa kota ini? Benar-benar gila!
Randika yang berjalan itu lalu berhenti.
"Tidak bisa keluar?" Randika menatap jijik pada pria berbadan besar yang dibawa Li Weilong tersebut. Orang-orang ini masih menatap tajam pada Randika, di dalam hatinya mereka juga sudah tertawa. Orang ini berani menyinggung bosnya? Jelas dia mencari mati!
Orang-orang sudah angkat tangan dan mengucapkan belangsukawa pada Randika. Mencari gara-gara dengan Li Weilong? Benar-benar tindakan yang tidak bijaksana. Di Makau, Li Weilong sudah seperti pemimpin bayangan yang mengatur kota ini dari balik kegelapaan. Bahkan para politikus negerinya sangat menghormati Li Weilong.
"Kalau aku tidak bisa keluar, ya aku tinggal tiduran di kamarku saja." Di tengah-tengah suasana mencengkam ini, Randika melontarkan sebuah lelucon tidak masuk akal.
Sekarang pendapat orang-orang pada Randika sudah berubah, dia bukan hanya bodoh tetapi pemberani!
Li Weilong sudah muak dengan omong kosong ini. "Tenang saja aku tidak akan membunuhmu. Karena kau telah mematahkan lengan anakku, aku akan mematahkan lengan dan kakimu. Lalu kedua perempuanmu itu akan kubawa dan kupaksa melayaniku."
Mendengar hal ini, semua orang menjadi heboh. Bukannya menghajar tetapi mematahkan lengan anaknya Li Weilong? Kelewatan… Tindakan orang itu sudah kelewatan!
"Entah dia bodoh atau tolol, tetapi bisa-bisanya dia mematahkan lengan anak dari Li Weilong?"
"Tidak heran Li Weilong sampai mengejarnya ke tempat ini, tamat sudah riwayatnya."
"Li Weilong itu orang kejam, tidak mungkin dia puas dengan hanya mematahkan lengan dan kakinya saja?"
Orang-orang sudah siap memanggil ambulans, nasib Randika sudah pasti!
Bagi mereka, tidak mungkin Randika bisa melawan orang sebanyak itu sendirian.
Kabur? Bagaimana mungkin Randika bisa kabur di kota yang dimiliki oleh Li Weilong ini? Kabur dari hotel ini saja mereka tidak yakin Randika bisa.
Menyerah? Jika Randika menyerah jelas lengan dan kakinya akan patah sesuai dengan pernyataan Li Weilong. Tentu saja tidak bisa bergerak seperti itu akan sangat membebani hidup.
Bisa dikatakan bahwa nasib Randika tidak ada yang bagus.
Randika menatap Li Weilong dengan tajam, dia berkata dengan nada serius. "Maaf aku tidak mendengarnya, bisa tolong diulangi lagi?"
"Tidak ada yang perlu diomongkan lagi, aku akan membalaskan dendam anakku."
"Bukan itu permasalahannya." Wajah Randika terlihat sangat serius. "Di awal bukankah kamu bertanya apakah namaku Randika?"
Semua orang termasuk Li Weilong jelas terkejut, mereka tidak tahu apa yang dimaksud. Tetapi kata-kata Randika berikutnya membuat mereka semua tertawa.
"Aku bukan Randika, aku itu Radinka. Kita ini anak kembar, aku rasa kamu mencari kakakku itu bukan? Seharusnya dia masih ada di pantai. Maaf kalau aku sudah membuang waktumu." Kata Randika dengan nada serius. "Cepat cegat kakakku itu sebelum dia kabur lagi."
Kata-kata Randika yang di luar dugaan ini membuat semua orang hampir tertawa. Mereka tidak menduga bahwa Randika bisa melawak di suasana tegang seperti ini.
Sedangkan Viona sendiri terlihat kebingungan, apakah orang di hadapannya ini bukan Randika?
Sedangkan Hannah sudah menampar dahinya, dia tidak menyangka kakak iparnya ini benar-benar bodoh.
"Aku tidak peduli kamu siapa, hari ini aku akan mematahkan semua tulangmu!" Wajah Li Weilong sudah dipenuhi kebencian. Pemuda ini benar-benar tidak menghormati dirinya, yang ada hanyalah kematian untuknya!
Dengan satu sapuan tangan, tiba-tiba, seluruh pria berbadan kekar itu berjalan menghampiri Randika. Otot-otot mereka yang besar itu bisa menghajar orang bagaikan tulang ayam.
"Jangan mendekat! Kalian mau apa?" Kata Randika yang pura-pura ketakutan itu. Orang-orang yang melihatnya jelas tertipu dengan sandiwara Randika. Mereka mengira bahwa ini adalah hukumannya karena telah berani melawan Li Weilong.
Semua orang mengira bahwa Randika akan dihajar habis-habisan tetapi mereka menyadari ada yang salah. Ketika ada sesosok orang yang jatuh, kenapa justru yang terkapar itu pria berbadan besar bukan Randika?
Ada apa?
Orang-orang semakin bingung ketika para pengawal Li Weilong itu mulai jatuh satu per satu bahkan melayang dan menabrak tembok.
Setelah menghabisi semua orang yang berani mendekati dirinya, Randika berkata pada Li Weilong. "Hanya segini kekuatan penguasa Makau? Kuperingatkan kau sekali saja, melawanku berarti cari mati."
"Hah? Kenapa semua orang itu kalah?" Semua orang sudah terheran-heran, semua pria berbadan besar itu takluk di bawah tinju Randika hanya dalam waktu 2 menit.