Randika terdiam beberapa saat, apakah instingnya itu salah? Tidak mungkin!
"Pak, ini benar-benar cuma air putih biasa." Kata Adrian sambil menyerahkan kembali botol air tersebut ke Randika.
Randika meraihnya dan memperhatikannya. Matanya penuh dengan keraguan. Apakah Roberto benar-benar bukan sebuah ancaman?
...…..
Waktu berjalan dengan cepat, sekarang sudah waktunya untuk pulang.
Hari sudah mulai malam ketika Randika dan kedua kakak adik itu berkendara menuju rumah.
"Han, bagaimana dengan mobilmu?" Tanya Randika.
"Butuh waktu beberapa lama sampai benar-benar betul." Balasnya.
Randika duduk di bagian belakang, dia menatap kedua perempuan cantik ini sambil tersenyum nakal. Dia benar-benar sudah di ujung tanduk, nafsunya semakin membesar tiap detiknya.
Ketika sampai di rumah, Hannah mengomel betapa capeknya dirinya. Dia langsung naik ke atas dan masuk ke dalam kamarnya.
Randika mengambil bir yang ada di dalam kulkas dan duduk di sofa sambil menonton TV.
Kebetulan dia sedang menonton acara berita, dan kebetulan juga beritanya mengenai pembunuh berantai yang abnormal.
"Menurut keterangan polisi, sebuah mayat perempuan kembali ditemukan di sungai tengah kota. Korban berusia 22 tahun dan masih menempuh pendidikan akhirnya. Korban ditemukan dengan dadanya yang terbuka dan jantungnya sudah tidak ada. Pada saat ini, pihak kepolisian sedang mengolah TKP.
Sebelum ini, sudah ada 8 korban lainnya yang ditemukan dengan kondisi yang sama. Polisi mengatakan bahwa ini adalah ulah seorang pembunuh yang pertama kali melakukan aksinya sebulan yang lalu. Pelaku diidentifikasikan sebagai seorang yang abnormal yang menarget perempuan usia 20 tahun.
Polisi juga menyampaikan kepada para penduduk agar tidak keluar sendiri pada malam hari, khususnya perempuan. Kita juga dihimbau agar tidak pergi ke tempat yang sepi ... "
Dalam sekejap, Randika sudah memindahkan saluran TVnya.
Setelah mendengarkan informasi tersebut, Randika hanya menggelengkan kepalanya. Jelas mencari pelakunya sangat susah apabila mereka tidak tahu titik awal untuk mencarinya.
Randika mengambil sekaleng bir lagi sekaligus ke toilet. Karena berniat untuk ganti baju sekalian, Randika pergi ke kamar mandi di lantai 2.
Ketika masuk, Randika langsung membuka risleting celananya dan membidik.
Suara air mengalir dapat terdengar, Randika menikmati momen nikmat ini selama 10 detik.
Setelah mengguyurnya, Randika mulai menutup risleting celananya dan berniat untuk keluar. Tetapi, tiba-tiba dia menyadari ada sebuah sosok di pinggir kamar mandi. Hannah menatap Randika dengan tatapan kosong.
Hannah?
Randika benar-benar bingung, tangannya yang sekarang masih menggoyang-goyangkan penisnya untuk membuang sisa-sisa air kencing yang ada. Hannah sendiri hanya menatap Randika yang sedang asyik sendiri dengan kedua tangannya menutupi dadanya yang terbuka.
Satu detik, dua detik, tiga detik.
Setelah momen hening, akhirnya Hannah dapat memproses kejadian ini dengan benar. Di bawah tatapan Randika, dia memejamkan mata, membuka mulutnya dan menarik napas yang dalam. Detik berikutnya, suara teriakan yang luar biasa keras membuat kuping Randika menjadi tuli.
Randika benar-benar kewalahan, dia langsung menerjang maju untuk membungkam mulut adik iparnya ini. Tetapi ketika dia berlari, tiba-tiba dia terpeleset oleh air.
Sialan, kenapa lantainya licin!
Randika meluncur tidak terkendali menuju Hannah, tangannya melambai-lambai ketika hendak terjatuh. Tiba-tiba, tangan Hannah yang melindungi kedua dadanya itu menahan tubuh Randika.
Randika yang tidak bisa berhenti, akhirnya secara tidak sengaja mendarat dan meremas dada Hannah.
Hati Randika benar-benar ketakutan, kejadian ini benar-benar tidak sengaja. Melihat Hannah yang hanya bisa tercengang, Randika dengan cepat mengambil kembali tangannya. Tetapi pijakannya itu tidak stabil dan kembali terpeleset, kali ini dia terjatuh hingga ke lantai.
Sialan, sakit sekali!
Randika yang menutup matanya ketika jatuh itu hanya bisa mengutuk kesialannya.
Ketika dia membuka matanya, dia membeku.
Randika benar-benar membeku dan membuka mulutnya lebar-lebar. Di hadapannya sekarang, ada dua kaki putih dan mulus milik Hannah.
Ketika dia jatuh tadi, Randika menimpa dan menjatuhkan Hannah bersamanya. Dan sekarang, kepala Randika berada tepat di kedua paha adik iparnya itu.
Melihat buah terlarang berwarna pink itu, Randika benar-benar terpukau.
Indah sekali, benar-benar indah sekali.
Ketika Hannah ingin berteriak, dia menyadari sosok Randika yang menghilang. Pada saat yang sama, dia meraih handuk yang terjatuh di lantai dan menutupi dadanya.
Ketika sosok Randika menghilang, Hannah merasa bingung sekaligus lega. Tetapi ketika dia hendak berdiri, dia menyadari bahwa kepala Randika berada di kakinya dan terdiam.
Hannah benar-benar malu. Dia baru saja selesai mandi dan hendak tidur, dia benar-benar tidak menyangka akan diintip sedemikian rupa oleh Randika. Tubuh bagian atasnya sudah dibalut oleh handuk tetapi bagian bawahnya benar-benar terekspos.
Untuk perempuan, mana yang lebih penting? Atas atau bawah?
Pertanyaan yang sama untuk para lelaki, atas atau bawah?
Tentu saja bawah!
Oleh karena itu, Hannah berteriak bagaikan singa mengaum. Dalam sekejap dia menendang Randika dan melepaskan diri.
"Kak, kau benar-benar orang biadab!"
DUAK!
Kaki Hannah berhasil mengenai wajah Randika dan meninggalkan jejak di sana.
Randika hanya bisa menerima serangan ini dan mengerang kesakitan, tetapi benaknya masih berusaha mengabadikan momen langka ini.
Sepadan… Semua ini sepadan!
Ketika Randika berdiri, Hannah sudah memakai bajunya. Bagian atasnya dia memakai baju rumah yang tipis dan dia hanya memakai celana dalam berwarna putih saja. Kakinya yang panjang dan mulus itu tampil menggoda di depan matanya.
"Han, aku benar-benar tidak tahu kamu ada di dalam." Kata Randika. Melihat reaksi Hannah yang tidak bagus, dia menambahkan. "Aku berani bersumpah bahwa ini semua hanya kecelakaan. Jangan khawatir, aku tidak melihat apa-apa."
Kata-kata ini benar-benar tidak dapat meyakinkan Hannah, dia terlihat menggertakan giginya dan mengepalkan tinjunya.
"Apa kakak tidak capek berbohong terus seperti itu?" Hannah benar-benar malu dilihat telanjang seperti ini. Ketika memikirkannya kembali, wajahnya memerah seperti tomat.
"Sungguhan aku tidak lihat apa-apa." Randika menggelengkan kepalanya dengan cepat, dia harus meyakinkan dan memenangkan hati Hannah sebelum dia menyerang dirinya dengan senjata andalannya.
"Sungguhan?" Wajah Hannah terlihat jahat.
"Sungguhan!"
"Kakak yakin?" Hannah masih terlihat ragu-ragu.
"100%." Wajah Randika terlihat serius.
Hannah hanya bersiul dan menggumam. "Terserah apa kata kak Randika, pokoknya hari ini aku akan tidur sama kak Inggrid."
Tuh kan!!!
Randika menggelengkan kepalanya untuk sementara waktu, apakah ini juga karena insiden di mall tadi siang? Kenapa adik iparnya ini begitu kejam?
Randika merasa harus menenangkan hati Hannah, kalau tidak bisa-bisa dia tidak akan berhubungan seks lagi dengan istrinya!
Mengingat betapa menggairahkannya siang hari tadi, tentu saja adik kecil Randika itu sudah tidak tahan lagi.
Ketika dia hendak menyusul Hannah yang keluar dari kamar mandi, HP Randika bergetar.
Siapa yang menelepon dirinya di situasi kritis seperti ini?
Randika terkejut ketika melihat ID penelepon. Rupanya itu Christina!