Chapter 1 - Pertemuan

Di kota shanghai China inilah seorang gadis berdarah China Indonesia Silvia Zhu berumur 20 tahun sedang menjalankan studynya di Universitas Jiao Tong Shanghai China. Seorang gadis yang memiliki senyum menawan, memiliki watak periang dan mempunyai pedoman hidup berpegang teguh pada keyakinan. Sudah 2 tahun lamanya Silvia meninggalkan Indonesia demi mewujudkan keinginan mendiang sang Ayah untuk mencari keluarga yang di tinggalkannya, Silvia bahkan pergi tanpa mendapat petunjuk dari ibunya. Yuliana al-Farezi adalah Ibu Silvia, dia adalah orang yang menentang keinginan Silvia untuk mewujudkan keinginan Ayahnya. Tanpa petunjuk apapun Silvia akhirnya bertekad untuk menemukan keluarganya yang hilang.

***

Demi menyelesaikan tugas yang tertunda Silvia harus lembur di rumah temannya hingga malam tiba. Di tengah sunyinya malam, dia berjalan sendiri melewati keramaian yang terasa sunyi.

"Mengapa jam segini tidak ada taksi yang lewat yah, Apakah aku terlalu malam untuk keluar sendirian?. Kalau seperti ini aku harus secepatnya mendapatkan kendaraan untuk kembali ke asrama".

Silvia terus berjalan hingga tidak sengaja bertemu beberapa preman yang sedang mabuk, "Hei cantik, sendirian saja. Mau aku temani?". Sapa salah satu preman tadi dengan tatapan beringas.

"Mundur kalian, aku tidak segan untuk melaporkan kalian ke polisi. Jadi.. Mundurlah!". Ancaman Silvia rupanya tidak mempan terhadap orang yang sedang mabuk berat, mereka justru memojokkan Silvia di suatu gang.

"Mari kita bermain cantik, tenang.. Aku akan melakukannya dengan lembut padamu".

Kedua preman tadi mencoba menjagal Silvia, namun dia berhasil menghindar dengan cara menendang kaki dan perut pemabuk hingga meringis kesakitan. Karena Silvia melawan, mereka justru semakin beringas, kini Silvia benar-benar terpojok.

'Bagaimana ini, aku sudah terpojok. Apakah sudah tidak ada cara lain untukku lepas dari mereka?'. Hati Silvia terus berbicara dan berfikir bagaimana cara agar bisa lepas dari mereka.

"Siapapun tolong aku..!". Teriak Silvia, teriakannya membuat preman tadi kalang kabut. Mereka membungkam mulut Silvia hingga nafasnya tersengal. Dengan sekuat tenaga Silvia mencoba lepas dari mereka. Dia menggigit salah satu tangan yang membungkamnya . Silvia berlari dan terys terkejar oleh mereka.

"Dasar pria tidak tahu malu, lepaskan aku! Siapapun tolong..!". Teriaknya kembali.

Tidak jauh dari tempat Silvia berada, seorang pria keluar bersama wanita menuju mobil yang telah terparkir tidak jauh didepan Silvia. "Ini kesempatanku untuk meminta tolong. Siapapun tolong saya..!". Teriaknya.

Saat semua terasa seakan tidak mungkin untuk lepas dari para preman yang tengah mabuk, tiba-tiba seorang pria yang tadi keluar dari bar bersama seorang wanita menarik tangan Silvia hingga jatuh kedalam pelukannya. Pria itu seketika memberi pukulan tepat di wajah hingga lebam.

"Kurang ajar, siapa kau! Berani sekali menghajar preman yang menguasai tempat ini". Ujar salah satu preman yang tadi membungkam Silvia.

"Kau tidak perlu tahu siapa aku, tapi aku tidak suka ada preman gadungan sepertimu mengaku sebagai penguasa tempat ini. Enyahlah sebelum kesabaranku habis atau nyawamu akan melayang saat ini juga!". Ancam pria itu dengan tatapan tajam.

Mendengar ancaman pria itu para preman tidak jera juga, mereka justru membawa kelompok mereka untuk menyerang.

"Kau pasti akan mati di tangan kami anak muda! Jadi bersiaplah untuk kematianmu! ". Mereka mulai mengeluarkan senjata tajam, dengan beringasnya mereka menyerang pria muda yang tengah mendekap Silvia bersamaan.

"Bang.. Bang.. ". ????

Terdengar suara tembakan.

Tanpa para preman sadari pria muda tadi mengeluarkan pistol dari sakunya. Seperti seorang GANGSTER, dia menembak dengan lihai tanpa menyisakan satu premanpun hidup.

"Tidak..!". Teriak Silvia, dia syok melihat mayat preman menumpuk di depan matanya. Melihat kejadian itu, Silvia mendorong pria muda yang menolongnya begitu saja hingga dirinya sendiri yang terjatuh.

"Kamu berani mendorong penolongmu, apakah kamu tidak tahu cara berterima kasih?". Tatap pria muda tadi pada Silvia yang masih tersungkur di tanah.

Silvia mencoba berdiri dengan wajah mendengus melihat betapa congkaknya cara pria muda tadi berbicara.

"Terima kasih karena telah menolongku, apa kamu puas..!". Ujar Silvia ketus, dia berjalan tanpa menghiraukan pria muda tadi yang memandangnya.

Melihat Silvia yang pergi membuat pria muda tadi tersenyum licik. "Baru kali ini ada seorang gadis yang menunjukkan ketidak sukaannya padaku, menarik…".

Pria muda tadi menghentikan langkah Silvia dengan mencekal tangannya hingga membuatnya terjatuh untuk kedua kalinya kedalam pelukan pria muda tadi. Sesaat Silvia memandang tanpa berkedip.

"Dengar..! Apa kamu fikir aku butuh terima kasihmu? Beri aku hal yang menyenangkan baru aku akan melepaskanmu".

Perkataan pria muda tadi membuat Silvia tersadar dan mendorong pria muda tadi sekali lagi hingga Silvia terjatuh untuk yang kedua kalinya.

"Mau sampai kapan kamu akan memberontak gadis kecil, rubah sepertimu memang seharusnya dijinakkan". Pria muda tadi membawa paksa Silvia di atas pundaknya.

"Hei lepaskan aku psikopat..!". Silvia memberontak dengan memukul pundak pria muda tadi.

Sikap pria muda yang membawa paksa Silvia sontak menyita perhatian semua orang yang melihat, terutama gadis yang sedang berada di bar. Seketika semua mata wanita melihat dengan tatapan sinis mereka tunjukkan pada Silvia.

'Pria sialan, kenapa aku bisa sampai jatuh ketangan pria psikopat sepertinya?'. Batin Silvia

"Diam kamu gadis kecil, rubah sepertimu benar-benar merepotkan". Pria tadi membanting Silvia di kursi mobil depan, dengan tanpa alasan pria tadi membawa Silvia pergi.