Chapter 3 - Kedatangan salah satu wanita milik Ludius

Mobil terhenti didepan sebuah rumah yang begitu megah, terdapat taman dan halaman yang begitu luas. Mobil terparkir tepat didepan pintu utama, saat Silvia keluar dari mobil dia dikejutkan dengan pelayan yang berjajar rapih menyambut Tuannya kembali.

"Selamat datang Tuan Muda Lu dan Nona. Nona.. Saya kepala pelayan Tuan Muda Lu. Nama saya Bibi Yun. Nona.. Silahkan masuk, saya telah menyiapkan makan malam. Jika Nona memerlukan sesuatu Nona bisa memanggil pelayan".

"Tuan Lu?? Apakah kamu Ludius Lu? Presiden Tangshi Grup yang tengah naik daun itu?". Silvia menatap Ludius serius, berharap bahwa bukan dia orangnya.

"Gadis kecil, kita sudah bersama untuk beberapa waktu tapi kamu baru tahu siapa aku? Baiklah. Karena kamu sudah mengetahui siapa aku, seharusnya aku memberimu hadiah bukan..".

"Terima kasih Tuan, Aku tidak butuh hadiah darimu. Kau tidak berbuat sesukamu saja itu sudah cukup!".

Silvia masuk kekediaman Ludius, di dalam terdapat beberapa Lukisan dan barang antik bernilai jutaan. Ruang tamu yang begitu luas di bagian depan dengan kensep klasik namun tetap terkesan mewah.

'Apakah ini selera orang kaya, tapi.. Dimana keluarganya?'.

"Tuan Lu, apakah kamu hanya tinggal seorang diri di rumah yang sebesar ini, dimana anggota keluarga Tuan?".

Ludius memandang kearah Silvia dengan perasaan tidak senang. Dia menatap kedua bola mata Silvia dengan tatapan dinginnya. "Kanguru kecil, lebih baik kamu fikirkan apa yang harus kamu lakukan sebagai ucapan terima kasihmu dan berhentilah menanyakan sesuatu yang tidak penting!". Ludius pergi begitu saja.

"Baiklah, maafkan aku". Suara Silvia seakan tertahan melihat begitu banyak penekanan dari sorot mata Ludius.

Bibi Yun yang sedari tadi diam membawa Silvia keruangannya. "Nona, mari ikut saya keruangan anda". Bibi Yun membawa Silvia ke kamar yang ada di lantai 2 tepatnya 2 kamar disamping kamar milih Ludius.

"Terima kasih Bi, saya akan mandi dahulu. Bibi boleh keluar sekarang".

Meski Silvia khawatir dengan perangaian Ludius, tapi melihat sikap baik Bibi Yun membuatnya sedikit lega. Silvia bergegas mandi untuk menyegarkan badan.

Beberapa menit kemudian, Silvia keluar dari kamar mandi dan masih mengenakan kimono dengan rambut masih basah. Di saat yang bersamaan tiba-tiba Ludius membuka pintu, sontak saja membuat Silvia berteriak. Melihat keindahan dari tubuh Silvia yang selalu tertutup, mata Ludius terus memandang Silvia tanpa memperhatikan teriakan Silvia.

"Aaah… Tolong ada orang mesum!" . Silvia berteriak begitu keras hingga terdengar oleh banyak orang. Segera ia menarik selimut untuk menutupi tubuh dan kepalanya. Dia berlari kembali ke kamar mandi untuk menghindari Ludius.

Braaak!

Silvia membanting pintu dengan keras.

"Tuan Lu sebenarnya ada apa dengan Nona, apa telah terjadi sesuatu?".

Terdengar suara cemas dari Bibi Yun membuat Ludius tertawa. "Hahaha.. Tidak ada apa-apa Bi, aku hanya heran dengan gadis kecil. Dia kaget saat aku melihatnya hanya memakai kimono, padahal semua wanita mengemis cinta dan hidup bersamaku, tapi dia justru menghindar dariku hanya karena aku melihatnya. Bukankah dia sedikit berbeda..". Ludius tersenyum simpul membuat sebuah hal baru di kehidupannya yang selalu terlihat dingin.

"Bi.. Pesankan pakaian yang dia inginkan, aku tahu dia tidak mungkin mau memakai pakaian yang ada disini".

"Baik Tuan, sesuai perintah anda".

Bibi Yun pergi untuk menelpon Butik khusus agar mengirimkan beberapa pakaian sopan ke kediaman Ludius. Tidak berselang lama, pegawai butik datang membawa beberapa set pakaian sopan dan mengantarkannya ke kamar Silvia di temani Bibi Yun.

Tok.. Tok..

Bibi Yun membuka pintu dan masuk bersama pegawai Butik. Pegawai butik yang membawa beberapa set pakaian yang tergantung membawanya kehadapan Silvia.

"Nona, ini beberapa pakaian yang Nona inginkan. Jika ada kekuhan Nona bisa menukarnya. Kami permisi". Kata pegawai Butik dan pergi keluar dari kamar Silvia.

"Bi, apakah ini tidak terlalu berlebihan. Kalian para orang kaya memang selalu seenaknya saja. Sudahlah, aku memang tidak mengerti jalan fikiran Tuanmu. Bibi boleh keluar, aku akan memilih salah satu dan memakainya".

"Baik Nona". Bibi Yun keluar ruangan.

1 jam kemudian Silvia keluar kamar memakai dress panjang yang terlihat sopan dengan bagian dada yang tertutup, terlihat Dress ini adalah dress keluaran terbaru dan mungkin hanya terjual beberapa, terlihat dari bahan dan desainya. Silvia pergi menuju ruang kerja Ludius untuk mengucapkan terima kasih.

Diruang kerja disaat Ludius sedang sibuk dengan pekerjaannya, ketika melihat Silvia perasaan Ludius seketika terpana dan tanpa sadar dia mendekati Silvia dengan sendirinya.

"Tu.. Tuan, Aku hanya ingin mengatakan terima kasih karena Tuan masih menghargai prinsip dan keyakinanku. Untuk kejadian yang tadi... ".

Silvia tidak bisa melanjutkan perkataannya, wajahnya merona merah mengingat betapa malunya dirinya saat itu. Tanpa sadar mereka saling memandang membuat keduanya merasa seperti De Javu. Hingga Ludius tersadar bahwa saat ini dia tidak seperti dirinya yang biasanya.

'Ada apa sebenarnya denganku, ini tidak seperti aku yang biasanya. Ayolah Ludius.. Wanita adalah pakaian bagimu, tidak ada hati ataupun perasaan yang pantas untuk mereka'. Batin Ludius. Dia menyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang dirasakannya saat ini adalah salah.

"Lihatlah wajahmu saat ini gadis kecil, aku baru tahu bahwa saat kamu malu ternyata cantik juga". Mendengar perkataan itu dari mulut Ludius, Silvia langsung memalingkan wajahnya. Bagai cerobong asap, wajahnya semakin memerah menahan malu.

"Kanguru kecil, sebenarnya siapa namamu?".

"Aku Silvia Zhu Tuan, dan aku bukan kanguru kecil!". jawab Silvia ketus didepan Ludius.

"Datanglah kekamarku jika kamu ingin mengambil hadiah dariku".

"Terima kasih atas tawaran hadiahnya. Tapi Tuan Lu, kamu fikir aku akan terpikat dengan hafiah darimu. Dari pada Tuan mempersulitku, mengapa Tuan tidak melepaskanku saja. Apa untungnya bagi Tuan membawaku kemari? Lagi pula besok aku harus ke kampus". Kata Silvia dengan memandang Ludius tegak.

"Kamu mulai berani kepadaku, sepertinya kamu perlu diingatkan kembali akan statusmu. Kamu tidak lebih dari seorang gadis yang terjerat olehku, jangan sampai kamu membuatku marah atau kamu akan tahu sendiri akibatnya!!".

Ancaman Ludius cukup membuat Silvia terdiam, dia telah melihat bagaimana Ludius menghabisi pemabuk hingga tewas.

Dari luar Bibi Yun datang menyela perdebatan hebat mereka. "Tuan Lu, Nona Qi'er datang mencari anda".

"Katakan padanya bahwa aku sedang tidak bisa di ganggu". Jawab Ludius tanpa mengalihkan pandangannya.

Sesaat setelah Bibi pergi, di ruang tamu terdengar suara keributan yang membuat Ludius singgah dari tempatnya. Silvia yang mendengar juga penasaran apa yang sebenarnya terjadi.

"Ludius, nikahi aku! Saat ini aku sedang mengandung anakmu!". Kata seorang wanita yang kemungkinannya adalah Qi'er.

"Apa kamu bilang, hamil? Lalu apa urusannya denganku. Aku tidak pernah memintamu untuk bermain denganku, tapi kamu sendiri yang menyerahkan tubuhmu padaku. Terserah mau kamu apakan anak itu aku tidak peduli!". Kata Ludius dingin dengan tatapan membunuh.

Qi'er yang melihat Silvia berada di sudut ruangan membuatnya marah dan mendatangi Silvia.

Plaaak!

Tamparan melesat di wajah Silvia.

"Ini semua pasti gara-gara kamu sehingga Ludius mengabaikanku. Kamu sengaja yah menggodanya agar dia melupakanku! Kamu memang pantas mati!". Belum sempat Qi'er mendorong Silvia, Ludius mencoba menahannya.

"Cukup Qi'er..! Longshang, cepat bawa wanita sialan ini keluar. Jangan biarkan dia datang kemari, atau kamu yang akan terima akibatnya"

Longshang yang merupakan teman sekaligus kaki tangan Ludius memerintahkan pengawal untuk menyeret Qi'er keluar.

"Kamu cepatlah ke ruang makan. Temani aku makan malam" perintah Ludius, namun Silvia hanya terdiam.

Ruang makan,

Di ruang makan hanya ada Ludius dan Silvia, Silvia masih terdiam memikirkan cara agar bisa lepas dari cengkeraman Ludius. Perasaan takut dan geram melihat perlakuan Ludius yang tidak bermoral membuatnya tidak nafsu makan.

"Kamu tidak memakannya?"

"Untuk apa Tuan mengkhawatirkan ku, apa bedanya makan atau tidak dengan hidup seperti dalam sangkar ini. Tuan bisa mengendalikan wanita diluar sana, Tapi jangan harap Tuan bisa mengendalikan ku. Sekarang terserah Tuan, Tuan akan membunuhku itu lebih baik dari pada hidup harus menjadi budak Tuan". Perkataan Silvia cukup pedas untuk membuat Ludius naik darah.

"Aku sudah sangat bersabar terhadapmu. Tapi kamu masih saja menguji kesabaran ku. Kita lihat sampai kapan kamu akan terus seperti ini".  Ludius menarik tangan Silvia dengan kasar menuju gudang tua di bagian belakang rumah.

Braaak....!

Suara tubuh yang terhantam tembok cukup keras, tanpa sengaja kepala Silvia terbentur , Darah segar mengalir dari dahi Silvia.

"Nikmatilah malammu kali ini, Karena kematian terlalu indah untuk mu".

Braaak!

Ludius membanting pintu, kini yang tersisa hanya kegelapan malam yang menemani Silvia. Kepala Silvia terasa berat, tubuhnya sudah tidak mampu untuk bergerak.

"Ya Tuhan, apakah ini akhir dari hidupku? Setidaknya berikan aku kesempatan untuk meminta maaf pada ibu".

Keesokan harinya..

"Bi.. cepat bangunkan gadis itu, dia harus menemaniku sarapan, tidak perduli bagaimana Bibi memaksa nya kemari"

"baik Tuan Lu..."

Tidak lama kemudian, Bibi Yun berjalan cepat menuju Ludius perihal Silvia.

"maaf Tuan, saya menemukan Nona dalam keadaan pinsan dan terluka... "

"apa...! bagaimana ini bisa terjadi?".  Ludius berlari menuju gudang. Sesaat hatinya terluka  melihat Silvia tergeletak tidak berdaya.

'Silvia bertahan lah..'