Chapter 5 - Hanya ingin mengatakan "Maaf"

Ludius akhirnya sampai di sebuah gedung tua, tempat dimana Wangchu berada. Di sana ada  seseorang yang sudah terikat dengan di jaga oleh beberapa anggota dari Naga Imperial (Nama sebuah organisasi mafia).

"Ludius aku sudah memaksa mereka untuk berbicara tapi mereka tetap saja tutup mulut" KataWangChu menjelaskan apa yang terjadi.

"Tuan Wei Lu Yang...". Menatap dengan tatapan tajam   "Aku tahu kamu mempunyai seorang putri yang tengah menjadi artis papan atas. Apakah kamu ingin putrimu masuk berita dalam keadaan tidak bernyawa karena bunuh diri?"

"Kurang ajar kau Ludius, Anakku tidak ada hubungannya dengan masalah ini, jangan libatkan dia...!"

"Tuan Wei Luyang, aku tidak suka tawar menawar. Cepat beri tahu aku apa yang kau ketahui tentang 15 tahun silam atau putrimu tiada..!" ancam Ludius.

"Baiklah, aku tidak terlalu tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, 2 tahun yang lalu aku mendapat berita bahwa ada Organisasi tersembunyi yang melibatkan orang-orang ternama dunia bawah. Salah satunya adalah Li Zhueyan, dia adalah tokoh yang sangat berpengaruh di dalam bisnis dunia bawah. Tidak ada yang tahu pasti apa motif nya, tapi dia pasti ada hubungannya dengan kejadian 15 tahun silam. Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan, aku mohon jangan ganggu putriku" Wei Lu Yang menatap Ludius dengan wajah memelas.

"Baiklah aku akan membiarkan putrimu tetap hidup".  memandang ke arah Wangchu dan memberi isyarat. "Wangchu beres kan dia, Jangan sampai meninggalkan jejak"

"Siap bos.. serahkan saja padaku". Ludius meninggalkan tempat tersebut dengan membawa bukti yang masih samar. Ludius segera menghubungi Longshang untuk membahas apa yang baru saja dia temukan.

Di depan gedung perusahaan Tangshi Grup Ludius memarkir mobilnya, Dia turun dan memasuki ruangan disambut oleh para pegawai kantor.

"Selamat datang Direktur Lu. Asisten Longshang tengah menunggu di ruangan anda". Ludius bergegas menuju ruangannya.

Seketika pegawai wanita kantor riuh melihat Ludius datang, dia adalah salah satu Direktur tampan yang menjadi impian para pegawainya. Tidak jarang para pegawai wanita mencuri kesempatan agar bisa dekat dengannya. Mereka mulai bergosip dan berbisik mengenai apapun tentang Ludius.

"Ya ampun.. Direktur Lu benar-benar tampan. Kapan yah aku bisa jadi kekasihnya" bisik salah satu pegawai

"Ah.. jadi simpanan nya juga aku rela. Kira-kira siapa yah yang bisa jadi istri direktur tampan seperti dia?" Balas pegawai wanita yang lainnya.

"Bubar semua, berhentilah bergosip, kembali bekerja..!" Manajer bagian keamanan melerai.

Diruang kerja, Longshang dan Ludius membahas langkah selanjutnya,

"Longshang kita harus mempercepat kerja sama kita dengan Huangshi grup, Ini akan mempermudah penyelidikan kita dengan memanfaatkan situasi yang ada. Diam-diam Li Zhueyan menjadi anggota Organisasi tersembunyi dan kini menjadi orang yang berpengaruh dalam bisnis dunia bawah, aku yakin Li Thian tidak akan tinggal diam mengetahui apa yang di lakukan pamannya di belakangnya".

"Benar Ludius, tapi bukankah ini terlalu kebetulan...?"

"Kita memang tidak memiliki bukti apa-apa saat ini. Tapi anggap saja ini sebuah keberuntungan bagi kita. Hubungan antara Li Thian dengan Li Zhueyan dari dulu memang kurang baik, kita manfaatkan kesempatan ini untuk mencari tahu semua tentang Li Zhueyan dari Li Thian. Bukankah musuh dari musuh adalah teman..?"

"Dasar kau Ludius, kelicikanmu dari dulu tidak pernah berubah".

"Aku akan kembali ke rumah sakit. Semua urusan kantor ku serahkan padamu" Menepuk pundak Longshang dan berjalan keluar.

Dirumah Sakit, teman-teman Silvia mulai berdatangan untuk menjenguk, salah satunya adalah Ling Ling. Dia adalah sahabat Silvia semasa berada di asrama.

"Silvia, kamu sakit kenapa tidak  mengatakannya padaku, apa aku bukan sahabatmu?"

"Maafkan aku Ling Ling, aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu, tapi memang aku tidak bisa. Handphone ku disita oleh si Ludius sialan itu, dia berusaha mengurungku dirumahnya". Silvia bercerita dengan wajah sedih sekaligus kesal.

"Iya.. iya.. aku maafin ko, oh ya.. Pangeran kampus datang menjenguk Lho..". Dari luar terdengar suara ketukan pintu, Ling Ling tersenyum kearah pintu.

"Silvia.. Bagaimana keadaanmu?" sapa seseorang yang berada di ambang pintu

"Li Thian.. kamu ada disini? Hmmz... Iya beginilah keadaanku. Ngomong-ngomong terima kasih yah karena telah menjenguk ku"

"Kamu adalah temanku, sudah seharusnya aku menjenguk. Silvia bagaimana kamu bisa terluka?"

"Begini Li Thian, sebenarnya Silvia.. " belum sempat Ling Ling berbicara, Silvia mencubit Ling Ling, memberi isyarat untuk diam.

"Diam..! jangan beritahu Li Thian yang sebenarnya, awas kalau kamu bicara, kita bukan lagi teman..!" Bisik Silvia

"Begini Li Thian, sebenarnya Silvia terluka karena jatuh. iya.. seperti itu. He.. He.. ". Ling Ling mengarang alasan yang sebenarnya tidak masuk akal.

"Benarkah seperti itu? tapi sudahlah.." Meletakkan sebuah buket bunga di meja. "Yang penting sekarang keadaanmu baik-baik saja. Lain kali kamu harus hati-hati yah"

"Dengerin kata Li Thian tuh Silvia, lain kali harus hati-hati, kalau tidak nanti bisa ja… tuh" nada bicara Ling Ling penuh dengan sindiran.

"Silvia, maaf aku harus pamit dahulu, Ada pekerjaan di kantor. Jika sudah sembuh aku janji akan mentraktirmu makan". Melempar senyum dan keluar dari ruangan.

Tidak berselang lama Ludius datang dengan wajah suramnya. "Silvia, bagaimana keadaanmu saat ini?" Ludius bertanya dengan wajah serius

'Sudah kuduga, dilihat dari wajahnya saja sudah ketahuan kalau dia sedang dalam masalah. Kira-kira dia tahu tidak yah kalau Li Thian datang?' .Wajah Silvia berubah cemas

"Aku sudah baikan Tuan, apakah Tuan sedang menjenguk ku?" Tanya Silvia yang melihat Ludius membawa buah-buahan. Mendengar itu sikap dingin Ludius berubah menjadi salah tingkah. Ling Ling yang melihatnya mencoba menahan tawa.

"Silvia sepertinya aku harus pulang, soalnya aku ada urusan. Aku pamit dulu yah". Ling Ling sengaja meninggalkan mereka berdua di satu ruangan.

"Silvia sebenarnya aku hanya ingin mengatakan…". Perkataan Ludius terhenti, sesaat dia merasa tercekik dengan apa yang ingin ia katakan. "Maafkan aku". Kataya lirih

'Akhirnya terucap juga, kenapa aku bisa seperti ini sih?' batin Ludius.