Chapter 15 - Kecemburuan yang tidak beralasan

Di perjalanan Silvia hanya terdiam membuat Longshang merasakan perasaan yang tidak seharusnya dia miliki.

"Silvia, mungkin kamu berfikir Ludius hanya mempermainkan dan menganggapmu sebagai mainannya. Tapi yang kulihat, dari dulu aku sebagai sahabatnya tidak pernah melihat Ludius seserius ini terhadap wanita. Dia selalu acuh dan tidak peduli pada wanita manapun. Tapi dia mau melakukan apapun terhadapmu itu adalah hal pertama baginya, dia hanya tidak tahu cara menyayangi seseorang. Jadi, kamu lebih bersabar lah terhadapnya"

"Aku masih belum tahu apapun mengenai masa lalu Ludius hingga membuatnya menjadi seperti sekarang. Aku hanya tahu, dia orang yang temperamental yang bisa membunuh tanpa rasa penyesalan".

Panjang lebar mereka berbicara hingga mobil sampai di depan asrama. Karena waktu masih siang asrama terlihat sepi, semua orang sedang melakukan aktivitas di luar.

"Masuklah, aku akan memberitahu Ludius kalau kamu tidak bisa menemuinya hari ini. Percayalah padaku, dia hanya sedang dalam mood yang kurang baik. Dia pasti akan segera menyesali apa yang telah dia perbuat padamu". Silvia masuk dan memberikan senyuman perpisahan.

Gadis yang menarik, Tegar dan mempunyai pendirian yang tinggi. Bahkan Ludius tidak bisa meruntuhkan pendiriannya. Mungkin itulah pandangan Longshang ketika melihat Silvia. Longshang keluar dari halaman asrama dan membawa mobilnya pergi dari pandangan Silvia.

Di Kantor Perusahaan Tangshi Grup

Ludius datang ke kantor dalam keadaan mood yang kurang baik, membuat pegawai yang melihatnya seketika terdiam, mereka tidak berani berbicara bahkan berbisik melihat Ludius berjalan ke ruangan Wangchu .

"Wangchu, dimana Longshang, apakah dia belum datang?" Tanya Ludius pada Wangchu yang saat itu sedang berada di ruangannya.

"Bukankah dia menyusul mu ke Rumah Sakit. Apakah kalian tidak bertemu?"

"Aku tidak bertemu dengannya. Cepat suruh dia kembali ke kantor. Aku ingin melihat laporan selama aku tidak ada, dan aku tidak menerima kesalahan".  Pegawai yang berada di luar ruangan Wangchu mendengar dan melihat Ludius sedang marah membuat mereka langsung membenahi semua berkas penting yang mungkin Ludius butuhkan.

"Ada apa denganmu hari ini Ludius?? Sepagi ini amarahmu sudah memuncak dan membuat semua pegawai takut padamu. Ini tidak seperti kamu yang biasanya".

"Sudahlah, urus saja urusanmu atau kau kekurangan pekerjaan karena sepagi ini sudah mengkritik orang lain?" Ludius memandang Wangchu dengan tatapan menindas.

"Ok.. baik, aku tidak akan bertanya lagi. Lebih baik aku mengurus pekerjaan ku". Wangchu pergi menghindar. Di depan kantor semua pegawai heboh melihat ada pria tampan lewat. Ludius yang mendengar suara ribut langsung keluar untuk melihat.

"Selamat pagi Tuan Hanson Lei, ada gerangan apa Tuan Hanson mengunjungi kantorku?" Sapa Ludius, mereka saling berjabat tangan. Ludius mempersilahkan Hanson menuju ruang khusus tamu.

"Aku sudah bertemu dengan Longshang dan menawarkan kerjasama proyek di daerah Shanghai, mungkin dia belum memberitahu mu. Aku dengar Tuan Lu berada di Rumah Sakit?" .

"Hanya luka kecil, tidak usah di hiraukan. Aku sudah melihat kontraknya, untuk masalah yang lain aku serahkan pada Longshang. Tuan Hanson, bagaimana kalau kita makan siang bersama sebagai tanda kerja sama kita?".

"Baik, aku tidak bisa menolak niat baik Tuan Lu. Kita bertemu lagi nanti siang, Aku masih ada pekerjaan yang harus ku selesaikan".  

"Tuan, mari saya antar anda keluar". Pegawai bagian pemasaran mengantar Hanson keluar. Dia keluar disambut oleh para pegawai yang sedang riuh membicarakannya.

***

Waktu begitu cepat berlalu, di depan asrama sebuah mobil keluaran terbaru bertengger didepan gerbang, seseorang keluar dari mobil itu dengan style yang modis. Silvia yang pada saat itu baru saja keluar melihat Lithian tengah berdiri menunggu didepan pintu

"Silvia, Apa kau mau berangkat kuliah bersamaku?" ajak nya.

"Li Thian, bagaimana kamu bisa tahu kalau aku ada disini?"

"Ling Ling yang memberitahu kalau kamu sudah kembali ke asrama. Bagaimana apakah kamu mau berangkat bersamaku?" ajak nya kembali.

"Baiklah, aku terima ajakanmu".  Silvia dan Li Thian berangkat bersama.

Diperjalanan Silvia nampak canggung duduk bersebelahan didalam mobil, namun sepertinya Lithian menyadari itu dan memulai percakapan.

"Silvia, apakah kamu mau menemaniku makan siang? kebetulan disini ada restaurant yang terkenal dengan makanannya"

"Baiklah, tapi aku yang traktir. Anggap saja ini permintaan maaf ku karena kejadian tadi pagi"

"Jangan fikirkan itu, aku sudah melupakannya. Lagi pula kamu sudah mau makan siang bersama ku itu sudah cukup".

Silvia dan Li Thian tiba di Restaurant, mereka memesan menu makan siang. Pelayan datang memberikan daftar menu, Lithian memesan beberapa makanan dan dessert. Tidak lama kemudian pelayan datang membawa makanan yang di pesan.

"Tuan dan Nona... Silahkan di nikmati, jika memerlukan apapun jangan sungkan untuk memanggil pelayan. Terima kasih".

Pelayan mundur dari depan meja makan. Silvia melihat satu persatu makanan yang sudah tersaji. Meski Silvia tidak tahu makanan apa saja yang ada dimeja, tapi menurutnya itu cukup membuat seseorang memiliki nafsu untuk makan.

"Silvia, bagaimana menurut mu makanan disini? Apakah ada yang tidak kamu sukai, atau aku pesankan yang lain?" Silvia dan Li Thian mulai mencicipi setiap menu.

"Makanan disini lumayan enak. Apalagi ice Coffee nya, sederhana tapi bisa di terima semua lidah" Wajah Silvia belepotan oleh cream saat meminum Coffee .

"Silvia,, Lihatlah. wajahmu penuh dengan Cream Coffee" Li Thian membersihkan wajah Silvia dengan tangannya.

Disaat yang bersamaan, ternyata Ludius dan Hanson datang ke Restaurant yang sama.

"Tuan Muda Li Thian, sedang apa Tuan Muda dari Huangshi Grup berada di Restaurant seperti ini?" Meelihat ke arah Silvia dan tersenyum simpul. "Apakah dia kekasihmu?". Sapa Hanson,  Mendengar sapaan dari Hanson, Li Thian langsung berdiri menyambut kedatangan mereka. Ludius yang melihat mereka langsung menunjukkan ketidak sukaannya pada Silvia.

'Di dunia ini semua orang memang tidak pantas untuk di hargai, termasuk kamu gadis kecil!. Aku sudah menunjukkan kebaikanku kamu justru sedang jalan dengan pria lain?. Apa kamu sedang menguji kesabaran ku?'. Batin Ludius.

"Saya hanya makan siang bersama teman kampus saya, Bagaimana kabar dari Tuan Hanson. Saya dengar Tuan Hanson sedang sibuk dengan proyek baru. Saya ucapkan selamat..!".

Emosi Ludius yang kian memuncak membuatnya menyela pembicaraan mereka. Dengan sengaja Ludius ingin mempermalukan Silvia didepan semua orang.

"Kebetulan sekali Tuan Muda Li berada disini. Tuan Li Thian.. Bagaimana kalau kita makan siang bersama dengan Tuan Hanson, Anggap saja ini terima kasihku karena Tuan sudah mengajak Silvia makan bersama. Makanan disini biar saya bisa yang bayar".

"Benar Tuan Li Thian, Jarang sekali kita bertemu selain membicarakan bisnis. Ini bisa menjadi awal yang baik untuk kedepannya". Hanson duduk di tempat yang kosong. Ludius justru mendekati Silvia yang sedari tadi diam.

"Tuan Li Thian, maafkan sikap gadisku. Dia pasti sudah banyak menyusahkan Tuan Muda Li". Ludius Memegang tangan Silvia, dia mencekal tangan Silvia dengan begitu keras. "Sayang.. Seharusnya kamu bicara kalau kamu mau pergi, Aku kan bisa mengantar mu dan tidak harus merepotkan Tuan Lithian!". Kata Ludius penuh penekanan.

"Tidak Tuan Lu, aku hanya kebetulan lewat. Dan kita kuliah di kampus yang sama". Balas Lithian.

Ludius mendekatkan dirinya pada Silvia, dengan geramnya dia membisikkan sesuatu. "Dengar gadis kecil, jangan pernah bermain api jika kamu tidak ingin terluka! Aku sudah berbaik hati tidak mengurungmu di Mansion. Kesabaranku padamu ada batasnya!". Bisik Ludius.

"Dengar Tuan Ludius yang terhormat! kamu adalah orang yang berkuasa dan memiliki segalanya, tapi bukan berati kamu bisa mengendalikanku sesuka hatimu!". Balas Silvia penuh penekanan dengan menunjuk dada bidan Ludius. "Kamu ingin mempermalukanku, Silahkan, aku tidak peduli! ". Silvia mundur. Dia tersenyum menyapa Hanson dan Ludius seolah mereka tidak terjadi apapun.

"Benar Tuan, aku hanya kebetulan bertemu dengan Li thian. Dan sekalian aku mengajaknya makan siang bersama". Melihat Silvia begitu dekat dengan Li thian, Ludius dalam hatinya semakin terbakar cemburu.