Chapter 16 - Dosen baru berwajah tampan

Ludius sengaja bersikap manis di depan semua orang, dia melampiaskan amarahnya pada Silvia dengan terus mengerjainya.

"Sayang.. Makanlah..!, Aku tidak ingin wanita ku terlihat kurus seperti ini" . Ludius menyuapi Silvia,

Antara perasaan cemburu dan geram, Lithian yang memang memiliki sosok tenang lebih memilih diam tanpa memprovokasi Ludius. Memperhatikan dalam diam, ternyata lebih sulit dari marah dalam geram.

"Nona.. Sepertinya Tuan Lu sangat mencintaimu. Tuan Lu, Aku benar-benar meminta maaf atas sikapku tempo hari, Aku kira Tuan Lu sengaja ingin mencelakai wanita yang begitu cantik dan sederhana ini. Perkataanku masih berlaku, Jika Tuan berani menyakitinya, Maka aku bisa merebutnya dari tangan Tuan". Hanson melirik kearah Silvia dan memberi senyum simpulnya.

"Tuan Hanson bisa saja.. Mana mungkin aku menyakiti wanita yang ku cintai. Dia adalah wanita satu-satunya yang bisa membuatku jatuh cinta". Menatap Silvia dengan tatapan yang sungguh-sungguh, seakan itu adalah perkataan dari lubuk hatinya.

Silvia membalas tatapan Ludius, Perasaan nya tiba-tiba tak menentu membuat hati Silvia seakan goyah. Tuhan adalah Maha Pemberi Cinta, tidak ada yang bisa lepas dari Permainan yang Tuhan berikan. Dalam sekejap Silvia merasa gelisah dengan perkataan sederhana Ludius. Hanya dengan kata 'Dia adalah satu-satunya wanita yang bisa membuatku jatuh cinta' Permainan yang Tuhan berikan di mulai.

"Jangan mengatakan hal yang membuat orang salah faham Tuan. Aku tahu orang seperti Tuan bisa mengatakan kata murahan seperti itu pada setiap wanita. Terima kasih karena telah datang. Silahkan Tuan-tuan lanjutkan makan siang kalian. Saya permisi". Meski perasaannya sempat melayang,  Silvia menyelesaikan makan siang nya dan pergi dari tempat itu.

Tidak ada lagi yang bisa menggambarkan seberapa besar kemarahan Ludius saat ini setelah mendengar penghinaan yang Silvia tunjukkan padanya. Ludius hanya bisa mengepalkan tangannya menahan emosi didepan Hanson dan Lithian.

"Tuan Lu, wanita mu sungguh menarik. Jika seperti itu aku juga ingin menaklukkan hatinya" Canda Hanson.

"Tuan Hanson, silahkan saja.. Wanita bagiku adalah pakaian yang hanya bisa sekali pakai. Karena dia sedikit menarik mungkin aku masih ingin bermain denganya sedikit lebih lama".

"Bagaimana dengan Tuan Muda Li thian, Aku rasa Tuan Muda juga tertarik pada gadis sepertinya?". Memandang Li Thian dengan wajah berbeda. Kini 3 pria penguasa tengah bermain api dan memperebutkan 1 wanita.

"Baik..! Tidak ada salahnya ikut permainan ini, Kita bermain permainan hati. Siapa yang bisa menaklukkan gadis itu, dia berhak atasnya" Tegas Li thian.

Lithian mengusulkan permainan pertama kali tanpa ragu meski hatinya merasa bersalah, dia hanya ingin membuat Silvia menjadi kekasihnya dan lepas dari 2 serigala penguasa seperti Hanson dan Ludius. Hanya saja permainan hidup tidak mudah untuk di kendalikan dan Lithian tidak menyadari akan dampak buruknya di kemudian hari.

"Menarik.. Karena ini permainan, tidak seru kalau tidak bertaruh.. Aku akan pertaruhkan 1 Mall di daerah Tiongkok.  Bagaimana?" Tawar Ludius.

"Jika Tuan Lu berkata seperti itu, Maka aku akan bertaruh 1 Hotel yang berada di Shanghai".  Hanson tersenyum licik.

"Tuan, Aku tidak bisa menawarkan apapun. Aku hanya memiliki 1 buah mobil keluaran terbaru di tambah dengan Villa di daerah Shanghai, Disana tempat yang paling cocok untuk bersantai".

"Aku sudah pesan wine untuk mengawali perjanjian kita". Ludius terlihat senang.

Tidak berselang lama Wine dan makanan ringan datang. "Tuan Silahkan… ".

"Aku tuangkan wine ini untuk mu Tuan". Ludius menuangkan wine pada gelas Hanson dan Li Thian.

"Bersulang untuk di mulainya permainan. Chirs…". Hari itu mereka sedikit berpesta, dan Ludius sengaja membooking tempat itu agar tidak ada yang mengganggu mereka.

***

Di kampus Ling Ling sedang menunggu Silvia datang. Dia sedang bersama kakak senior yang kebetulan menjadi mentor mereka. Pria ramah dengan postur tubuh tinggi dan tegap duduk berdampingan dengan Lingling

"Silvia, akhirnya kamu datang juga. Kenalin dia Senior kita kakak Bryan, Dia yang nantinya akan jadi mentor kita. Kakak Bryan, kenalkan dia Silvia" Ling Ling memperkenalkan satu sama lain dan mereka saling berjabat tangan.

"Mohon bantuan kedepannya kak Bryan. Bagaimana kalau selesai kuliah kak Bryan aku traktir, Anggap saja ini ucapan terima kasih ku karena kakak telah bersedia menjadi mentor kita?" . Silvia tersenyum manis, membuat Bryan terus memandangnya.

"Karena kalian yang memintaku, aku tidak bisa menolak nya. Maaf aku tinggal dulu Lingling, sebentar lagi aku ada kelas". Bryan pergi dengan melempar senyuman pada Silvia.

"Ling Ling, kita juga harus masuk. Ini sudah jamnya. Takutnya Dosen kita sudah datang duluan..". Silvia bergegas menuju kelasnya.

"Jangan khawatir, aku dengar Dosen nya ganti. Bukan lagi  Pak Tua Killer yang hobinya godain gadis. Katanya Dia Dosen magang Tampan yang mempunyai Perusahaan di daerah Beijing. Dan dia menjadi Dosen karena permintaan seseorang". Ling Ling menjelaskan sembari berjalan menuju ke kelas.

"Justru karena Dosen baru. Aku tidak ingin cari gara-gara karena terlambat". Sesampainya di ambang kelas Silvia tidak sengaja menabrak mahasiswa lain yang satu kelas dengan ya.

Bruuuk..

Buku dan kertas yang sedang di bawa Silvia berserakan, Dia mengutip satu persatu dengan terburu-buru.

"Ling Ling cepat bantuin…! Takutnya Dosennya keburu datang nih..".

Dosen yang mengajar kelas Silvia datang, dia memberi isyarat pada Ling Ling untuk masuk. Dosen itu membantu Silvia mengutip kertas yang sedang berserakan.

"Dari tadi kek, bantuinnya.!". Kata Silvia tanpa memandang lawan bicaranya, dia mengambil kertas terakhir dan beranjak. "Tapi makasih sudah mau bantuin ngutip kertasnya". Melihat kearah orang yang di ajak bicara. Silvia di buat terkejut ternyata dia bukan Ling Ling, melainkan...

"Tuan Hanson, sedang aja Tuan berada disini. Apa Tuan sedang mencari saya?" .

Hanson tersenyum melihat ekspresi Silvia yang imut. "Masuklah Nona Silvia, bukankah sekarang kamu ada kelas?".

"Iya aku ada kelas, Tapi untuk apa Tuan Hanson ada disini? Jika ini tentang tadi, aku minta maaf. Sekarang, biarkan aku menyelesaikan kuliah ku hari ini yah.." memohon pada Hanson. Hanson yang mendengar itu justru tertawa kecil.

"Pfft.... Apakah kamu belum tahu siapa Dosen yang mengajar kali ini?".

Ling Ling yang melihat Silvia terus berbicara dengan Hanson akhirnya menemui mereka.

"Maaf Pak..! Teman saya ini memang tidak tahu kalau anda adalah Dosen mata kuliah hari ini". Seraya tersenyum dan menyeret Silvia ke dalam kelas. Silvia tersentak mendengar kalau Hanson adalah Dosennya.

Setelah Lingling menyeret Silvia masuk, tidak lama Hanson masuk ruangan, seketika Mahasiswi satu kelas riuh karena melihat Dosen muda yang tampan tepat didepan mereka.

"Selamat siang semua.. Perkenalkan Saya Hanson Lei, Saya Dosen sementara mata kuliah hari ini. Untuk kedepannya silahkan kalian bisa tanyakan apapun tentang Mata pelajaran ini". Hanson berbicara dengan Lugas dan berwibawa.

"Hah… Orang itu Dosennya?" Bisik Silvia. Silvia masih tidak percaya kalau orang didepannya adalah Hanson yang sama buasnya seperti Ludius.

"Makanya aku seret kamu masuk, kamu mau cari gara-gara sama Dosen baru apah?. Tapi dia benar-benar tampan.." Ling Ling terus memandangnya Hanson dengan mata berbinar.