Chapter 41 - 41. Perasaan Terhubung

Ludius kembali ke Restaurant dari tempat dia berlari mengejar sosok Silvia. Di Restaurant Mu Lan sudah menyiapkan beberapa makanan untuk Ludius santap. Tapi fikirannya teralihkan oleh sosok yang baru saja dia lihat, membuatnya kehilangan selera makan. Dia hanya terdiam tanpa menyentuh sedikitpun makanan yang ada.

"Kalau kau ingin makan malam cepatlah..! Aku akan menunggumu di mobil". Ludius beranjak dari tempat duduk nya dan kembali kedalam mobil.

Dengan perasaan kesal Mu Lan juga mengikuti Ludius beranjak dari tempatnya. Didalam mobil Ludius diam tanpa sepatah katapun membuat Mu Lan semakin ingin memberi perhatian lebih. "Tuan Lu.. Aku tahu, aku tidak berhak ikut campur masalah Tuan. Tapi mengapa tiba-tiba anda berlari ke arah luar. Apa Tuan Lu sedang mengejar seseorang?!" Tanya nya hati-hati.

"Aku sudah pernah bilang padamu bukan..! Aku paling benci jika ada pegawai sepertimu yang ikut campur masalah pribadi ku. Jika kamu masih ingin bekerja padaku, Lebih baik untukmu tetap diam tanpa ikut campur atau bertanya". jawab Ludius dengan dinginnya.

Tanpa Ludius ketahui, Asisten yang bersamanya diam-diam terus memperhatikannya dengan dua sisi wajah yang berbeda.

Mobil telah sampai di apartement, Ludius tidak perduli dengan Asisten Mu Lan yang ternyata tinggal di sebelahnya. Didalam apartement Ludius menaruh satu koper dan beberapa berkas serta satu buah Laptop. Dia melepas Jas dan mengendurkan dasi kemeja yang seakan mencekik lehernya..

Ludius menyusuri seisi apartement, di dapur sudah ada semua bahan makanan dan minuman, Dia membuat kopi lalu berjalan menuju beranda apartement. Dia membuka jendela, dan Terlihat hamparan kota Jakarta yang begitu gemerlap di malam hari.

"Aku harus menyebar mata-mata untuk segera menemukan dimana keberadaan Silvia. Tidak disangka, Kerinduan ini ternyata benar-benar menyiksa".

Malam ini berlalu dengan mata menatap hamparan kota yang luas dengan fikiran tertuju pada satu orang bahkan hingga dia tertidur.

// // // //

Pagi hari di Kota Jakarta.

Pagi ini Julian telah berpakaian rapih memakai kemeja dan Jas untuk menemani Silvia dan Ling Ling menemui dokter ahli untuk mengecek keadaan Silvia.

"Kak Julian.. Kakak terlihat lebih tampan memakai Jas ini. Kenapa tidak dari dulu Kakak berpakaian rapih seperti ini.." Puji Silvia,

Julian yang mendengar pujian Silvia tak terasa perasaannya bergetar. Disaat Silvia dan Julian sudah siap untuk pergi, Ling Ling mendapat kabar dari keluarga yang memintanya untuk segera pulang.

"Silvia, Kak Julian. Aku baru saja mendapat kabar bahwa aku harus segera pulang. Jadi sepertinya aku akan pulang hari ini. Aku sudah memesan online tiket pesawatnya. Dan akan terbang sekitar jam 09.00 nanti". Terang Ling Ling dengan perasaan yang tidak enak hati.

"Kak Julian, sepertinya kita undur saja pergi cek upnya. Aku akan menemani Ling Ling sampai bandara".

"Baik, aku akan meminta sopir untuk menjaga kalian. Kakak hari ini ada ketemu seseorang untuk membahas pekerjaan. Jika ada apa-apa kamu harus Cepat hubungi kakak yah..".

Silvia dan Ling Ling kembali masuk kedalam rumah untuk membereskan semua pakaian milik Ling Ling. Sedangkan Julian pergi di antar sopir untuk mengantarnya menemui seseorang.

***

Di pagi hari Ludius sudah bersiap dengan kemeja putih dan Jas biru tua dipadu dengan Dasi yang selaras keluar dari apartement. Saat Ludius membuka pintu, terlihat Mu Lan berada di ambang pintu dengan membawa beberapa makanan.

"Tuan Lu, saya sudah menyiapkan sarapan untuk Tuan. Tadi malam Tuan belum makan sama sekali, Jadi saya berniat membawakan Tuan sarapan".

"Taruh di dalam, kau boleh pergi..!" Ucap Ludius dingin, Dia seperti tidak memberi celah untuk Mu Lan mendekatinya.

Mu Lan menaruh makanan yang dia bawa di atas meja. "Jadwal anda pagi ini adalah temu janji di Restaurant Cempaka jam 08.00 pagi". Mu Lan berjalan keluar. Ludius seperti tidak mendengar perkataan Mu Lan..

Di apartement Ludius masih berkutat dengan Laptopnya untuk melihat perkembangan pencarian Silvia. Dia sudah menyebar beberapa mata-mata di seluruh area Jakarta Pusat.

Tok .. Tok .. Tok ..

Terdengar suara pintu di ketuk.

Mu Lan masuk kedalam dan memberitahukan sesuatu "Tuan Lu sudah saatnya anda datang untuk temu janji dengan Klien".

//

Di Restaurant Cempaka seseorang telah menunggu kedatangan Ludius. Dia sedang duduk sendiri menikmati secangkir kopi. Melihat Ludius dia langsung datang menghampiri.

"Pagi Tuan Julian, maaf jika anda telah menunggu lama. Ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Indonesia". Saling berjabat tangan.

"Pagi Tuan Lu, tidak masalah. Saya juga belum lama datang. Mari silahkan duduk, saya sudah memesan beberapa makanan khas Indonesia untuk menemani sarapan Tuan. Sebenarnya saya sudah mengajak adik saya untuk ikut menemani tapi dia tiba-tiba ada hal mendadak, jadi saya belum sempat memberitahu sekretaris saya untuk menemani". Jelas Julian panjang lebar.

Tidak lama pelayan datang membawakan beberapa makanan pembuka seperti batagor, Martabak, mpek mpek Palembang, bakwan serta minumannya seperti Es Cau dan Es Dawet modern dengan topping dan wipped cream. Ludius yang melihat memicingkan mata, seperti berkata makan ini sungguh aneh.

"Tuan Lu, silahkan dicicipi hidangan pembuka ini. Ini salah satu makanan tradisional khas Indonesia. Tapi kalau soal rasa, Tuan bisa menilainya sendiri".

Julian dan Ludius menikmati hidangan pembuka dengan akrab. Di tengah-tengah keakraban mereka, Julian mendapatkan Telefon dari seseorang. Dia terlihat cemas dan khawatir.

"Maaf Tuan Lu, sepertinya saya harus pergi mencari taksi. Adik saya tiba-tiba jatuh dari kursi rodanya saat pergi mengantar seorang teman". Julian beranjak dari tempatnya dengan terburu-buru.

"Tunggu Tuan Julian..!" Cegah Ludius. "Mari saya antar. Mu Lan.. Saya akan mengantar Tuan Julian menemui adiknya. Dan kamu kembalilah ke apartement terlebih dahulu".

Dengan cepat Julian dan Ludius menuju mobilnya. Julian memberi arahan dimana posisi adiknya berada.

Di perjalanan mereka sempat saling berbicara satu sama lain "Sebelumnya terima kasih Tuan Lu mau mengantar saya. Adik saya sangat berarti bagi saya. Saya pernah kehilangan dia untuk waktu yang lama, dan sekarang saya tidak ingin kehilangan dia untuk yang kedua kalinya".

Perasaan ini.. Mengapa aku ikut terluka mendengar cerita tentang adiknya. Apakah karena aku juga mengalami Kehilangan orang yang aku sayang?.

Di perjalanan Ludius terus terdiam, Hingga tanpa sadar mobilnya telah berhenti di sebuah Rumah Sakit di Jakarta. Ludius memarkirkan mobilnya dan berjalan bersama Julian masuk kedalam rumah sakit.

Saat Ludius memasuki rumah sakit seketika tempat dia berpijak riuh oleh bisikan para wanita yang melihatnya. Dia seketika bak Artis papan atas yang sedang berjalan di depan para Fans nya. Walau Rumah Sakit riuh oleh suara para wanita yang terpikat padanya. Dia justru terdiam dengan tatapan kosong dan angan yang terbang jauh.

Semakin lama mengapa aku menjadi semakin gelisah. Apakah aku sedang tidak enak badan? Dadaku tiba-tiba terasa sesak.

Ada apa sebenarnya denganku. Silvia.. sampai kapan kamu akan terus menyiksa ku.

Dimanapun aku berada, Perasaanku tidak pernah merasa tenang sebelum aku bertemu denganmu..!!.

Setibanya di ruang IGD, Sopir pribadi Julian sedang menunggu adik Julian di depan ruang IGD.

"Bagaimana keadaan adik saya Pak?". tanya Julian cemas pada supirnya

"Saya belum tahu Tuan. Sedari tadi dokter belum juga keluar.." jawab Pak sopir tidak kalah khawatirnya.

Ada rasa penasaran di hati Ludius tentang siapa adik yang Julian bicarakan. Semakin dekat perasaan Ludius justru semakin tidak terkendali.

Silvia.. mengapa aku merasa sangat dekat denganmu..

Hatiku yang gelisah dan hampir gila ini seperti memberi isyarat bahwa kamu memang ada di depan ku.

Aku mohon Silvia.. Jangan sembunyi lagi, Jangan siksa aku lebih lama lagi.